Tabel XXVII. Distribusi Persentase Responden Penelitian di Kecamatan Cangkringan Berdasarkan Sikap mengenai Persepsi Periklanan Obat Sakit Kepala
di Televisi
Kategori Skor
∑ Responden N=165
Persentase 100 Positif
2,51-4,0 135
82
Negatif 1-,2,50
30 18
Hasil yang ditunjukkan pada Tabel XXVII dinyatakan bahwa sikap
responden tergolong pada kategori sikap yang positif sebesar 82 atau 135 responden dari 165 responden. Tergolong sikap positif apabila nilai rata-rata skor
total responden antara 2,51 - 4,0 yang artinya responden mendukung pernyataan yang sesuai dengan kriteria periklanan berdasarkan undang-undang yang berlaku.
Banyak faktor yang mempengaruhi sikap responden terhadap suatu produk diantaranya pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap
penting, pengaruh kebudayaan, lembaga pendidikann, faktor emosional, sehingga nilai afektif dari seseorang dapat memperkuat nilai suatu objek untuk
terbentuknya suatu sikap yang positif maupun negatif Wawan dan Dewi, 2011. Faktor emosional terbentuk karena sikap sebagai pernyataan yang
didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap berdasarkan emosi merupakan sikap
yang bersifat sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang. Akan tetapi, dapat pula merupakan sikap yang dapat bertahan lama.
E. Tindakan Penggunaan Obat Sakit Kepala
Berikut ini merupakan gambaran tindakan penggunaan obat di kalangan pedesaan yang terlihat pada Tabel XXVIII berikut :
Tabel XXVIII. Gambaran Tindakan Penggunaan Obat Sakit Kepala di Kalangan Ibu Rumah Tangga di Kecamatan Cangkringan
No Pernyataan
Persentase jawaban responden
Kecenderun gan
Tindakan SS
S TS
ST S
SS+STS+S TS
1 Menggunakan obat sakit kepala apabila
mencantumkan nama industri farmasi 22
49 27
2 SS
2 Penggunaan obat tidak didasari janji
kesembuhan yang dicantumkan di iklan 14
49 30
7 SS
3 Menggunakan obat sakit kepala yang
iklannya diperankan tenaga kesehatan 15
45 33
7 SS
4 Penggunaan obat tidak dipengaruhi oleh
informasi perhatian dalam iklannya 11
53 29
7 SS
5 Menggunakan obat sakit kepala setiap
merasakan nyeri kepala 8
41 40
11 STS
6 Penggunaan obat tidak dipengaruhi adanya
informasi efek samping obat 11
57 27
5 SS
7 Menggunakan obat sakit kepala apabila
iklannya terdapat rekomendasi dokter
16 55
25 4
SS 8
Penggunaan obat tidak dipengaruhi oleh adanya informasi kontraindikasi
19 50
26 5
SS 9
Menggunakan obat sakit kepala apabila mencantumkan informasi peringatan
16 62
16 6
SS 10
Menggunakan obat sakit kepala atas dasar pilihan sendiri
27 57
13 3
SS 11
Menggunakan obat sakit kepala apabila mencantumkan efek segera menyembuhkan
9 42
44 5
SS 12
Penggunaan obat tidak dipengaruhi oleh iklan obat yang sering muncul
14 59
21 6
SS 13
Menggunakan obat sakit kepala apabila mencantumkan informasi kandungan zat
aktif 9
50 35
6 SS
14 Menggunakan obat sakit kepala dengan
merek dagang yang sama apabila terbukti menyembuhkan sakit kepala
12 40
34 14
SS
Keterangan :1. SS Sangat setuju; S Setuju; TS Tidak setuju; STS Sangat tidak setuju.
2. Angka yang di
cetak tebal
merupakan persentase tertinggi atas jawaban responden yang nantinya akan dijumlahkan untuk menentukan kecenderungan
sikap responden. 3.
artinya: responden cenderung bertindak Sangat Setuju ataukah Sangat Tidak Setuju dilihat dari hasil penjumlahan persentase jawaban tertinggi
Hasil menunjukkan bahwa persentase responden menjawab benar sebanyak 7 pernyataan, 7 diantaranya salah atau responden menunjukkan tindakan
yang memutuskan untuk menggunakan obat sakit kepala tanpa resep tidak berdasarkan kriteria periklanan yang berlaku yakni ke-3,4,6,7, 8,11, dan 14.
1 Pernyataan ke-3, responden cenderung sangat setuju sehingga bertolak
belakang dengan peraturan yang menyatakan bahwa: “Iklan obat tidak boleh diperankan oleh tenaga profesi kesehatan atau aktor
yang berperan sebagai profesi kesehatan dan atau menggunakan setting yang beratribut profesi kesehatan dan laboratorium
” MenKes, 1994.
2 Pernyataan ke-4, responden cenderung sangat setuju sehingga bertolak
belakang dengan peraturan yang menyatakan bahwa: “Iklan Obat harus mencantumkan spot peringatanperhatian sebagai berikut:
MenKes, 1994.
3 Pernyataan ke-6, responden cenderung sangat setuju sehingga bertolak
belakang dengan peraturan yang menyatakan bahwa: “Informasi dalam iklan obat yang ditujukan kepada masyarakat awam
meliputi nama senyawa aktif dalam International Non-proprietary Names INN atau nama generiknya dan nama dagang, bentuk sediaan dan
kandungan senyawa aktif tiap sediaan, dosis dan aturan pakai yang dianjurkan, indikasi terapetik, efek samping dan efek yang tidak dikehendaki,
perhatian khusus, peringatan dan kontraindikasi, interaksi penting, sumber
referensi yang berkaitan, dan namaalamat pabrik” WHO, 1988.
4 Pernyataan ke-7, responden cenderung sangat setuju sehingga bertolak
belakang dengan peraturan yang menyatakan bahwa: “Iklan obat tidak boleh memberikan anjuran dengan mengacu pada
pernyataan profesi kesehatan mengenai khasiat, keamanan dan mutu obat misalnya,
Dokter saya merekomendasi…..” MenKes, 1994.
5 Pernyataan ke-8, responden cenderung sangat setuju sehingga bertolak
belakang dengan peraturan yang menyatakan bahwa: “Informasi dalam iklan obat yang ditujukan kepada masyarakat awam
meliputi nama senyawa aktif dalam International Non-proprietary Names
INN atau nama generiknya dan nama dagang, bentuk sediaan dan kandungan senyawa aktif tiap sediaan, dosis dan aturan pakai yang
dianjurkan, indikasi terapetik, efek samping dan efek yang tidak dikehendaki, perhatian kusus, peringatan dan kontraindikasi, interaksi penting, sumber
referensi yang berkaitan, dan namaalamat pabrik” WHO, 1988.
6 Pernyataan ke-11, responden cenderung sangat setuju sehingga bertolak
belakang dengan peraturan yang menyatakan bahwa: “Iklan obat tidak boleh menunjukkan efekkerja obat segera sesudah
penggunaan obat” MenKes, 1994.
7 Pernyataan ke-14, responden cenderung sangat setuju sehingga bertolak
belakang dengan peraturan yang menyatakan bahwa: “Iklan obat tidak boleh mendorong penggunaan berlebihan dan penggunaan
terus menerus” MenKes, 1994.
Pada penelitian ini, dilakukan pengukuran aspek tindakan penggunaan obat sakit kepala di televisi berdasarkan dua kategori yaitu kategori tindakan yang
tidak sesuai dan tindakan yang sesuai. Berikut ini merupakan distribusi persentase responden di Kecamatan Cangkringan berdasarkan aspek tindakan penggunaan
obat sakit kepala. Tabel XXIX. Distribusi Persentase Responden Penelitian di Kecamatan
Cangkringan Berdasarkan Tindakan Responden dalam Penggunaan Obat Sakit Kepala
Kategori Skor
∑ Responden N=165
Persentase 100 Sesuai
2,51-4,0 89
54
Tidak sesuai 1-,2,50
76 46
Hasil yang ditunjukkan pada Tabel XXIX, terlihat bahwa tindakan ibu rumah tangga di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman dalam menggunakan
obat sakit kepala tergolong pada kategori tindakan yang sesuai sebesar 54 89
responden dari 165 responden. Tergolong tindakan yang sesuai apabila nilai rata- rata skor total responden antara 2,51 - 4,0 yang artinya tindakan penggunaan obat
sakit kepala di kalangan responden berdasarkan kriteria periklanan yang berlaku. Beberapa faktor yang mempengaruhi tindakan yaitu keyakinan, nilai,
motivasi, pengetahuan, pengalaman pribadi, faktor emosional Wawan dan Dewi, 2011. Selain itu, faktor yang dapat memengaruhi tindakan konsumen dalam
menentukan keputusan pembelianpenggunaan suatu produk meliputi faktor keluarga, faktor pribadi yang terdiri dari usia dan tahap daur hidup, pekerjaan,
keadaan ekonomi, kepribadian dan konsep diri, gaya hidup, serta faktor psikologis yang meliputi motivasi, persepsi, belajar, keyakinan dan sikap. Pengambilan
tindakan penggunaan obat dapat dipengaruhi oleh rekomendasi dari berbagai sumber informasi, salah satunya berupa iklan Kotler dan Armstrong, 2006.
F. Hubungan Tingkat Pengetahuan mengenai Persepsi Periklanan