Sumber informasi dari iklan televisi juga sangat mempengaruhi pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat oleh konsumen. Pada penelitian
ini 9 responden diperoleh dari jawaban responden yang hanya menjawab iklan televisi, yaitu 15 responden dari 165 responden mendapatkan informasi dari
televisi. Masyarakat seharusnya lebih bijaksana dalam menyikapi iklan tentang obat yang beredar. Iklan tentang obat seringkali berlebih-lebihan dengan tujuan
untuk menarik konsumen supaya pemasaran obat tersebut meningkat.
C. Tingkat Pengetahuan mengenai Persepsi Periklanan Obat Sakit
Kepala di Televisi
Variabel pengetahuan mengenai persepsi periklanan obat sakit kepala terdiri dari 18 pernyataan yang digunakan untuk mengukur seberapa paham
responden memahami definisi sakit kepala, definisi iklan obat, aturan penyelenggaraan iklan obat, persyaratan iklan obat, serta tata krama dan tata cara
periklanan obat, yang terlihat pada Tabel XXIV. Dari 18 pernyataan tersebut responden mampu menjawab benar sesuai
kunci jawaban peneliti sebanyak 15 item sedangkan 3 item lainnya responden menjawab salah yaitu pernyataan ke-6, 7, dan 9, sehingga dapat dikatakan
bertolak belakang dengan peraturan periklanan obat yang berlaku seperti :
1 Pernyataan ke-6, persentase benar hanya 22, bertolak belakang dengan
peraturan yang menyatakan bahwa: “iklan obat tidak boleh memberikan anjuran mengenai khasiat, keamanan dan
mutu obat dengan berlebihan ”.
2 Pernyataan ke-7, persentase benar hanya 31, bertolak belakang dengan
peraturan yang menyatakan bahwa: “Iklan obat tidak boleh diperankan oleh tenaga profesi kesehatan atau aktor
yang berperan sebagai profesi kesehatan dan atau menggunakan setting yang beratribut profesi kesehatan dan laboratorium”.
3 Pernyataan ke-9, persentase benar hanya 25, bertolak belakang dengan
peraturan yang menyatakan bahwa: “Iklan obat tidak boleh memberikan anjuran dengan mengacu pada
pernyataan profesi kesehatan mengenai khasiat, keamanan dan mutu obat misalnya,Dokter saya merekomendasi…..”.
Tabel XXIV. Gambaran Pengetahuan mengenai Persepsi Periklanan Obat Sakit Kepala di Televisi di Kalangan Ibu Rumah Tangga di Kecamatan Cangkringan
Keterangan Tabel XXIV: angka yang di
cetak tebal
merupakan persentase jawaban responden yang sesuai dengan kunci jawaban atau sesuai dengan peraturan periklanan yang
berlaku.
No Pernyataan
Persentase jawaban responden
Benar Salah
1 Definisi Sakit Kepala
61
39 2
Definisi Iklan Obat
91
9 3
Aturan Penyelenggaraan Iklan obat Memberikan informasi yang mendidik dan bertanggung jawab
96
4 4
Pembuatan iklan harus berdasarkan peraturan perundang - undangan
93
7 5
Persyaratan iklan obat Bahasa yang sederhana
85 15
6 Diperbolehkan memberi informasi keunggulan
78 22
7 Diperankan oleh tenaga kesehatan
69 31
8 Dilarang memberikan informasi yang menyesatkan
91 9
9 Tata karma dan tata cara periklanan obat Indonesia
Diperbolehkan anjuran dari profesi kesehatan 75
25
10 Diperbolehkan mendorong penggunaan berlebihan atau terus
menerus 6
94
11 Mencantumkan informasi “Baca aturan pakai jika sakit
berlanjut hubungi dokter” 3
97
12 Diperbolehkan menunjukkan efek menyembuhkan
31 69
13 Adanya informasi kandungan zat aktif
92 8
14 Adanya informasi indikasikhasiat obat
95 5
15 Adanya informasi perhatian
96 4
16 Adanya informasi nama industri farmasi
96 4
17 Adanya informasi kontraindikasi
95 5
18 Adanya informasi efek samping obat
95 5
Pada penelitian ini, dilakukan pengukuran tingkat pengetahuan responden mengenai persepsi periklanan obat sakit kepala di televisi berdasarkan
tiga kategori yaitu kategori tinggi, sedang dan rendah. Berikut ini merupakan distribusi persentase responden di Kecamatan Cangkringan berdasarkan tingkat
pengetahuan mengenai persepsi periklanan obat sakit kepala di televisi. Tabel XXV. Distribusi Persentase Responden di Kecamatan Cangkringan
Berdasarkan Tingkat Pengetahuan mengenai Persepsi Periklanan Obat Sakit Kepala di Televisi
Kategori Skor
∑ Responden N=165
Persentase 100 Tinggi
76-100 105
64
Sedang 56-75
55 33
Rendah 56
5 3
Hasil yang ditunjukkan pada Tabel XXV dinyatakan bahwa rata – rata
pengetahuan ibu – ibu rumah tangga di Kecamatan Cangkringan Kabupaten
Sleman Yogyakarta tergolong pada tingkat pengetahuan yang tinggi yaitu sebesar 64 responden 105 responden dari 165 responden. Tergolong tinggi artinya
responden mampu menjawab pernyataan dengan nilai benar sebesar 76 – 100.
Banyak faktor yang menyebabkan responden kurang memahami peraturan yang berlaku diantaranya latar belakang tingkat pendidikan responden
yang terbilang rendah serata SMA sehingga mereka kurang memahami aturan periklanan obat di Indonesia. pengalaman sendiri, media massa iklan televisi,
radio, koran dan sebagainya, usia, jenis kelamin Budiman dan Riyanto, 2013. Pengetahuan yang tinggi, tidak menutup kemungkinan bahwa ibu rumah tangga di
wilayah pedesaan menjawab kuesioner dengan menduga – duga atas jawaban
yang sesuai artinya tidak sesuai dengan karakteristik responden.
D. Sikap mengenai Persepsi Periklanan Obat Sakit Kepala di Televisi