D. Sikap mengenai Persepsi Periklanan Obat Sakit Kepala di Televisi
Variabel sikap mengenai persepsi periklanan obat sakit kepala terdiri dari empat belas 14 pernyataan yang digunakan untuk mengukur seberapa paham
responden tentang tata krama dan tata cara periklanan obat di Indonesia serta persyaratan iklan obat, yang terlihat pada Tabel XXVI berikut :
Tabel XXVI. Gambaran Sikap mengenai Persepsi Periklanan Obat Sakit Kepala di Televisi di Kalangan Ibu Rumah Tangga di Kecamatan Cangkringan
No Pernyataan
Persentase jawaban responden
Kecender ungan
sikap SS
S TS
STS SS+STS
+STS
1 Tata krama dan tata cara periklanan
Indonesia Mencantumkan nama industri farmasi
25 51
19 5
SS 2
Mencantumkan kandungan aktif obat 37
55 7
1 SS
3 Mencantumkan informasi peringatan
36 58
4 2
SS 4
Mencantumkan informasi perhatian 36
58 5
1 SS
5 Mencantumkan efek samping obat
39 54
6 1
SS 6
Mencantumkan kontraindikasi 36
56 5
3 SS
7 Mencantumkan efek cepat menyembuhkan
14 50
30 6
SS 8
Mencantumkan kata “segera” dalam iklan 7
31 53
9 STS
9 Iklan obat yang sering muncul di televisi
dapat menjamin keamanannya 9
30 48
13 STS
10 Iklan obat sakit kepala di televisi tidak
menarik perhatian
19 49
26 6
SS 11
Persyaratan periklanan obat Rekomendasi tenaga kesehatan menjamin
khasiat manjur 13
53 30
4 SS
12 Iklan obat yang diperankan tenaga kesehatan
dapat menjamin keamanannya 15
49 33
3 SS
13 Ketidakpahaman akan informasi iklan obat
sakit kepala 4
44
45 7
STS 14
Iklan obat di televisi tidak membantu dalam pemilihan obat sakit kepala
9 40
40 11
STS
Keterangan :1. SS Sangat setuju; S Setuju; TS Tidak setuju; STS Sangat tidak setuju.
2. Angka yang di
cetak tebal
merupakan persentase tertinggi atas jawaban responden yang nantinya akan dijumlahkan untuk menentukan kecenderungan
sikap responden. 3.
artinya: responden cenderung bersikap Sangat Setuju ataukah Sangat Tidak Setuju dilihat dari hasil penjumlahan persentase jawaban terbanyak.
Hasil menunjukkan bahwa persentase responden yang menjawab benar sebanyak 11 pernyataan, 3 diantaranya salah atau responden cenderung bersikap
mendukung pernyataan yang tidak sesuai dengan kriteria periklanan obat yang berlaku di Indonesia, yakni pernyataan ke-7, 11, dan 12.
1 Pernyataan ke-7, responden cenderung bersikap sangat setuju sehingga
bertolak belakang dengan peraturan yang menyatakan bahwa: “Iklan obat tidak boleh menunjukkan efekkerja obat segera sesudah
penggunaan obat” MenKes, 1994.
2 Pernyataan ke-11, responden cenderung bersikap sangat setuju sehingga
bertolak belakang dengan peraturan yang menyatakan bahwa: “Iklan obat tidak boleh memberikan anjuran dengan mengacu pada
pernyataan profesi kesehatan mengenai khasiat, keamanan dan mutu obat misalnya,Dokter saya merekomendasi…..”MenKes, 1994.
3 Pernyataan ke-12, responden cenderung bersikap sangat setuju sehingga
bertolak belakang dengan peraturan yang menyatakan bahwa: “Iklan obat tidak boleh diperankan oleh tenaga profesi kesehatan atau aktor
yang berperan sebagai profesi kesehatan dan atau menggunakan setting yang beratribut profesi kesehatan dan laboratorium” MenKes, 1994.
Pada penelitian ini, dilakukan pengukuran aspek sikap responden mengenai persepsi periklanan obat sakit kepala di televisi berdasarkan dua
kategori yaitu kategori sikap positif dan sikap negatif. Berikut ini merupakan distribusi persentase responden di Kecamatan Cangkringan berdasarkan aspek
sikap mengenai persepsi periklanan obat sakit kepala di televisi.
Tabel XXVII. Distribusi Persentase Responden Penelitian di Kecamatan Cangkringan Berdasarkan Sikap mengenai Persepsi Periklanan Obat Sakit Kepala
di Televisi
Kategori Skor
∑ Responden N=165
Persentase 100 Positif
2,51-4,0 135
82
Negatif 1-,2,50
30 18
Hasil yang ditunjukkan pada Tabel XXVII dinyatakan bahwa sikap
responden tergolong pada kategori sikap yang positif sebesar 82 atau 135 responden dari 165 responden. Tergolong sikap positif apabila nilai rata-rata skor
total responden antara 2,51 - 4,0 yang artinya responden mendukung pernyataan yang sesuai dengan kriteria periklanan berdasarkan undang-undang yang berlaku.
Banyak faktor yang mempengaruhi sikap responden terhadap suatu produk diantaranya pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap
penting, pengaruh kebudayaan, lembaga pendidikann, faktor emosional, sehingga nilai afektif dari seseorang dapat memperkuat nilai suatu objek untuk
terbentuknya suatu sikap yang positif maupun negatif Wawan dan Dewi, 2011. Faktor emosional terbentuk karena sikap sebagai pernyataan yang
didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap berdasarkan emosi merupakan sikap
yang bersifat sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang. Akan tetapi, dapat pula merupakan sikap yang dapat bertahan lama.
E. Tindakan Penggunaan Obat Sakit Kepala