Linearitas dan Validasi Prosedur Analisis
Tabel XII. Kadar bisfenol A dalam air dengan tanpa perlakuan paparan sinar matahari kontrol replikasi II
hari ke- kadar bisfenol A
µgmL
ttd 7
ttd 14
ttd 21
ttd 28
0,0118 ttd = tidak terdeteksi
Gambar 13. Kurva kenaikan kadar bisfenol A pada sampel perlakuan dan kontrol replikasi I
-0.0001 0.0001
0.0002 0.0003
0.0004 0.0005
0.0006 0.0007
0.0008 0.0009
7 14
21 28
k a
da r
µ g
L
Kurva Kenaikan Kadar BPA dalam Air Perlakuan dan Tanpa Perlakuan Paparan Radiasi Sinar Matahari pada
Hari ke 0, 7, 14, 21, dan 28 Replikasi I
perlakuan kontrol
Gambar 14. Kurva kenaikan kadar bisfenol A pada sampel perlakuan dan kontrol replikasi II
Peneliti melakukan uji perbedaan signifikansi slope b antara kadar sampel yang diberi perlakuan paparan sinar matahari dan kontrol. Dari uji t yang dilakukan
didapatkan hasil yang signifikan dari perlakuan maupun kontrol baik pada replikasi I maupun pada replikasi II, dengan taraf kepercayaan 95 p=0,05. Uji statistik
tersebut menjelaskan bahwa ada perbedaan kadar antara sampel yang diberi perlakuan paparan sinar matahari dan kontrol yang tidak diberi perlakuan paparan
sinar matahari. Laju peningkatan kadar bisfenol A dalam air dapat ditentukan berdasarkan
suatu orde reaksi, apakah mengikuti orde 0, 1, atau orde 2. Bila menganut orde 0, maka laju peningkatan kadar bisfenol A akan stabil sampai terjadinya
kesetimbangan konsentrasi pada botol dan air. Bila menganut orde ke 1 atau kedua, laju peningkatan kadar bisfenol A mempunyai dua profil. Pada waktu tertentu di
awal terjadinya reaksi, peningkatan bisfenol A akan cepat. Namun pada suatu titik
-0.0001 0.0001
0.0002 0.0003
0.0004 0.0005
0.0006 0.0007
7 14
21 28
k a
da r
µ g
L
Kurva Kenaikan Kadar BPA dalam Air Perlakuan dan Tanpa Perlakuan Paparan Radiasi Sinar Matahari
pada Hari ke 0, 7, 14, 21, dan 28 Replikasi II
perlakuan kontrol
dimana reaktan yang ada sudah semakin berkurang, maka laju reaksi akan melambat.
Orde reaksi peningkatan bisfenol A ditentukan dengan cara membuat kurva regresi antara konsentrasi dengan kadar bisfenol A yang terkandung dalam
air. Orde reaksi dipilih berdasarkan linearitas yang paling baik antara kurva orde reaksi 0, 1, dan 2.
Tabel XIII. Linearitas peningkatan kadar bisfenol A dalam sampel air replikasi I berdasarkan orde
Orde 0 Orde 1
Orde 2 Perlakuan
0,9500 0,9873
0,9767 Kontrol
0,7071 0,7071
0,7071
Tabel XIII. Linearitas peningkatan kadar bisfenol A dalam sampel air replikasi II berdasarkan orde
Orde 0 Orde 1
Orde 2 Perlakuan
0,9599 0,9935
0,9924 Kontrol
0,7071 0,7071
0,7071
Perhitungan yang telah dilakukan baik pada replikasi I maupun pada replikasi II didapatkan hasil kurva regresi pada orde 1 mempunyai linearitas yang
paling baik dibandingkan orde 0 maupun orde 2. Oleh sebab itu dipilih orde 1 sebagai orde laju reaksi peningkatan bisfenol A dalam air. Dengan diketahuinya
laju reaksi peningkatan bisfenol A dalam air, maka bisa dilakukan perhitungan peningkatan bisfenol A dalam air setiap harinya baik pada perlakuan maupun pada
kontrol. Laju peningkatan bisfenol A setiap harinya pada air menurut orde 1 dituliskan pada tabel XIV dan XV. Namun pada sampel kontrol tidak bisa dilakukan
perhitungan seberapa besar kenaikan bisfenol A setiap harinya karena hanya hari ke 28 saja yang terdeteksi kadarnya.