32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh paparan sinar matahari terhadap kadar bisfenol A yang terkandung dalam air dan dibandingkan
dengan kontrol yang tidak diberi perlakuan paparan sinar matahari. Air yang diteliti dalam penelitian ini merupakan air yang ditempatkan di botol polikarbonat PC
dimana botol polikarbonat mengandung senyawa bisfenol A yang digunakan sebagai bahan baku pembentuk polimernya Messey, 2004. Bisfenol A diketahui
menyebabkan dampak negatif bagi manusia seperti menurunnya jumlah produksi sperma harian yang berkorelasi dengan penurunan fertilitas pada penelitian yang
dilakukan pada mencit jantan Al-Hisayat, Darmani, Elbetieha, 2002. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh bisfenol A membuat beberapa
lembaga kesehatan dunia menetapkan batas konsumsi harian bisfenol A atau tolerable daily intake
TDI, seperti Kanada sebesar 0,025 mgKgBB.hari Health Canada, 2008, di Eropa 0,01 mgKgBB.hari SCF, 2012, 0,05 mgKgBB.hari
EFSA, 2006. Adanya batas konsumsi harian bisfenol A mendorong peneliti untuk mengetahui apakah ada pengaruh sinar matahari, dimana sinar matahari di
Indonesia mempunyai intensitas yang cukup tinggi, bisa menyebabkan berpindah atau bermigrasinya senyawa bisfenol A dari botol polikarbonat ke dalam air
melebihi batas ketentuan dari lembaga-lembaga kesehatan dunia. Tidak sedikit masyarakat masih menggunakan botol polikarbonat sebagai wadah penyimpanan
air. Terlebih masyarakat yang sering beraktivitas luar ruangan, yang dapat
meningkatkan frekuensi terpaparnya sinar matahari terhadap botol polikarbonat yang mereka gunakan.
Instrumen kromatografi cair kinerja tinggi KCKT dipilih peneliti karena KCKT merupakan instrumen yang cukup sensitif untuk menetapkan suatu kadar
analit dan bisa memisahkan senyawa bisfenol A dengan pengotor-pengotor yang ada dalam air sampel. Selain itu KCKT juga lebih sensitif dari instrumen lain yang
ada di laboratorium Universitas Sanata Dharma seperti kromatografi lapis tipis KLT densitometri. Bisfenol A ditetapkan dengan instrumen KCKT menggunakan
detektor ultraviolet UV karena senyawa bisfenol A mempunyai gugus kromofor dan auksokrom yang bisa memberikan serapan pada panjang gelombang ultraviolet.
Gugus kromofor bertanggungjawab terhadap serapan gelombang ultraviolet, sedangkan gugus auksokrom bertanggungjawab terhadap pergeseran panjang
gelombang dan intensitas panjang gelombang. Pada gambar 1 ditunjukkan gugus kromofor dan auksokrom pada senyawa bisfenol A.
Gambar 8. Gugus kromofor dan auksokrom pada bisfenol A.
Penelitian yang dilakukan ini termasuk dalam kategori impurity, yaitu menganalisis kemurnian suatu bahan, starting material, atau reagen, serta bisa juga
meneliti produk degradasi Ahuja dan Dong, 2005. Senyawa bisfenol A yang diteliti merupakan bahan awal yang digunakan sebagai pembentuk polimer plastik
polikarbonat starting material yang nantinya bisa bermigrasi ke dalam air karena pengaruh paparan sinar matahari.
Penelitian ini didasarkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Natasia 2013 mengenai optimasi dan validasi penetapan kadar bisfenol A pada
sampel air maupun sampel botol polikarbonat PC. Hasil optimasi yang dilakukan oleh Natasia 2013 diperoleh suatu sistem kromatografi cair kinerja tinggi KCKT
menggunakan fase diam oktadesilsilan C
18
, campuran fase gerak asetonitril : air 70:30, kecepatan alir 1,0 mLmenit, suhu oven 30
O
C, dan detektor UV dengan panjang gelombang 278 nm. Validasi sistem KCKT yang dilakukan oleh Natasia
2013 yang sudah memenuhi persyaratan validasi juga menjadi dasar dari penelitian ini.
A. Pengambilan dan Pembuatan Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah air yang ditempatkan di dalam botol polikarbonat dengan perlakuan pemberian paparan sinar matahari dan
digunakan kontrol dengan perlakuan tanpa diberikan paparan sinar matahari. Botol yang digunakan sebagai wadah dari air sampel adalah botol jenis polikarbonat PC
yang dapat diidentifikasi dari label yang terdapat pada kemasan luar botol, mempunyai ciri-ciri seperti berwarna jernih, bersifat relatif kuat La Mantia, 2002.
Botol diperoleh dari suatu pasar swalayan yang ada di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Teknik pengambilan dari sampel botol dilakukan secara acak dengan
dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang representatif, tetapi juga harus memenuhi kriteria seperti berbentuk bagus, mulus, dan tidak bocor. Botol yang
diperoleh kemudian dicuci menggunakan akuabides untuk menghilangkan pengotor yang mungkin berasal dari sisa-sisa produksi maupun pengotor yang
berasal dari proses distribusi sampai dengan proses penyimpanan.
B. Proses Pemberian Perlakuan Pada Sampel
Botol yang didapat dan dibersihakan dengan pencucian diisi menggunakan akuabides sampai dengan volum 200 mL yang merupakan volum maksimal dari
botol untuk dapat menampung air. Botol-botol yang terisi air kemudian dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol. Kelompok pelakuan merupakan botol yang diberi paparan sinar matahari dengan jangka waktu yang sudah ditentukan, yaitu 28 hari, 21 hari, 14 hari, 7 hari,
dan 0 hari, dari masing-masing hari tersebut digunakan replikasi 2 kali. Untuk menjamin sinar matahari bisa terpapar merata pada botol, peneliti menggantungkan
botol sampel pada suatu kawat sehingga memungkinkan sinar matahari bisa secara sempurna mengenai botol sampel. Durasi pemaparan sinar matahari untuk setiap
harinya adalah selama 7 jam. Sedangkan kelompok kontrol merupakan botol yang tidak diberi paparan
sinar matahari, disimpan pada tempat yang gelap yaitu ditempatkan di dalam lemari penyimpanan dengan terlebih dahulu diselubungi pada plastik hitam. Jangka waktu
penyimpanan pada kontrol sama seperti pada sampel perlakuan, yaitu selama 28 hari, 21 hari, 14 hari, 7 hari, dan 0 hari, dengan masing-masing hari digunakan
replikasi sebanyak 2 kali. Dasar dari pemilihan interval waktu perlakuan paparan maupun perlakuan penyimpanan adalah untuk menjamin terlihatnya kenaikan kadar