multikolinier dengan cara menghitung Variance Inflation Factor VIF. VIF menyatakan tingkat “pembengkakan” varians. Apabila VIF
lebih besar dari 10, hal ini berarti terdapat multikolinier pada persamaan regresi linier.
Adapun hasil yang diperoleh setelah diadakan pengujian analisis regresi linier berganda diketahui bahwa dari keempat variabel
yang dianalisis dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6 : Tes Multikolinier
Variabel YX VIF
X1 VIF
X2 VIF
X3 Ketentuan Keterangan
Sektor Pertanian 1,226 1,544
1,737 ≤ 10
Tidak terjadi Multikolinier Sektor Industri
1,226 1,544 1,737
≤ 10 Tidak terjadi Multikolinier
Sektor Perdagangan 1,226 1,544
1,737 ≤ 10
Tidak terjadi Multikolinier Sumber pada output Coefficients
Maka hasil yang diperoleh setelah diadakan pengujian analisis regresi linier berganda diketahui bahwa dari ketiga variabel
dalam variabel Penanaman Modal Asing persektor Pertanian, Industri, dan Perdagangan di mana nilai VIF lebih kecil dari 10 sehingga dalam
model regresi ini tidak terjadi multikolinier.
3. Heterokedastisitas
Pada regresi linier nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel bebas X. Hal ini bisa diidentifikasikan dengan
menghitung korelasi rank spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Pembuktian adanya heterokedastisitas dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel 7. Tes Heterokedastisitas dengan Korelasi Rank Spearman
Variabel YX Sig 2-
tailed X1
Sig 2- tailed
X2 Sig 2-
tailed X3
Ketentuan Keterangan Sektor
Pertanian 0,580 0,347 0,533
≥ 0,05 Tidak terjadi heterokedastisitas
Sektor Industri
0,829 0,751 0,676 ≥ 0,05
Tidak terjadi heterokedastisitas Sektor
Perdagangan 0,803 0,907 0,627 ≥ 0,05
Tidak terjadi heterokedastisitas Sumber pada output NonParametrik
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh tingkat signifikansi koefisien korelasi rank spearman untuk variabel terikat ke Penanaman
Modal Asing persektor Pertanian, Industri, dan Perdagangan keseluruhan residualnya lebih besar dari 0,05 tidak signifikan
sehingga tidak mempunyai korelasi yang berarti antara nilai residual dengan variabel yang menjelaskan. Jadi dapat disimpulkan persamaan
tersebut tidak terjadi heterokedastisitas. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan diatas dapat
disimpulkan bahwa pada model penelitian ini tidak terjadi pelanggaran asumsi klasik.
4.3.1. Analisis Dan Pengujian Hipotesis
Berdasarkan dari hasil perhitungan pengolahan data dengan bantuan komputer program SPSS Statistical Program for Social Science
maka diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :
Y
1
= 492,499 + 2,967 X
1
+ 0,020 X
2
– 0,008 X
3
Y
2
= 51,830 + 51,729 X
1
- 0,017 X
2
+ 0,017 X
3
US
.
Y
3
= 2550,732 + 309,408 X
1
+ 0,246 X
2
– 0,026 X
3
Dari persamaan di atas dapat diuraikan sebagai berikut
:
a. Konstanta
β : Y
1
= 492,499, Y
2
= 51,830, Y
3
= 2550,732 Menunjukkan, Jika Tingkat Suku Bunga Internasional X
1
, Kurs Dollar X
2
, dan Neraca Perdagangan X
3
, konstan, maka Penanaman Modal Asing persektor Pertanian, Industri, dan Perdagangan Y akan mengalami
peningkatan sebesar 492,499 juta US Y
1 ,
Y
2
sebesar 51,830 juta US, dan sebesar Y
3
2550,732 juta b.
Koefisien regresi X
1
β
1
: Y
1
= 2,967, Y
2
= 51,729, Y
3
= 309,408 Menunjukkan apabila Tingkat Suku Bunga Internasional bertambah 1
persen maka Penanaman Modal Asing persektor Pertanian, Industri, dan Perdagangan bertambah sebesar 2,967 juta US Y
1
, 51,729 juta US Y
2
, 309,408 juta US Y
3
dengan asumsi X
2
, dan X
3
konstan. c.
Koefisien regresi X
2
β
2
: Y
1
= 0,020, Y
2
= - 0,017 , Y
3
= 0,246 Menunjukkan apabila Kurs Dollar bertambah 1 Rupiah maka Penanaman
Modal Asing persektor Pertanian, Perdagangan bertambah sebesar 0,020 juta US Y
1
, 0,246 juta US Y
3
dan Penanaman Modal Asing persektor Industri turun sebesar 0,017 juta US Y
2
dengan asumsi X
1
, dan X
3
konstan d.
Koefisien regresi X
3
β
3
: Y
1
= -0,008, Y
2
= 0,017 , Y
3
= -0,026 Menunjukkan apabila Neraca Perdagangan bertambah 1 juta Rupiah maka
Penanaman Modal Asing persektor Pertanian, Perdagangan turun sebesar 0,008 juta US Y
1
, 0,026 juta US Y
3
dan Penanaman Modal Asing
persektor Industri bertambah sebesar 0,017 juta US Y
2
dengan asumsi X
1
, dan X
2
konstan. Dalam analisis ini digunakan analisis regresi linier berganda dan
untuk mengolah data yang ada diguanakan alat bantu komputer dengan program SPSS Statistic Program For Social Science versi 13.0. Untuk
mengetahui hasil analisis secara simultan antara variabel bebas terhadap Penanaman Modal Asing persektor Pertanian, Industri, dan Perdagangan
sebagai variabel terikat digunakan uji F dapat di lihat pada tabel berikut :
Tabel 8. Analisis Varian Anova
Variabel Terikat Tingkat Signifikan
≤ 0,05 Keterangan Sektor Pertanian Y1
≤ 0,05 Signifikan
Sektor Industri Y2 ≤ 0,05
Signifikan Sektor Perdagangan Y3
≤ 0,05 Signifikan
Sumber pada output Anova
Oleh karena F hitung F tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa secara keseluruhan variabel bebas yaitu Tingkat Suku
Bunga Internasional X
1
, Kurs Dollar X
2
, dan Neraca Perdagangan X
3
, berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Penanaman Modal Asing persektor Pertanian, Industri, dan Perdagangan Y.
4.3.2. Uji Hipotesis Secara Parsial
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas Tingkat Suku Bunga Internasional X
1
, Kurs Dollar X
2
, dan Neraca Perdagangan X
3
terhadap Penanaman Modal Asing persektor Pertanian, Industri, dan Perdagangan Y. Hasil penghitungan tersebut
dapat dilihat dalam tabel analisis sebagai berikut :
Tabel 9. Hasil Analisis Variabel Tingkat Suku Bunga Internasional
X
1
, Kurs Dollar X
2
, dan Neraca Perdagangan X
3
, Penanaman Modal Asing persektor Pertanian, Industri, dan
Perdagangan Y.
Variabel YX Tingkat
Signifikan X1
Keterangan α
= 0,05 Tingkat
Signifikan X2
Keterangan α
= 0,05 Tingkat
Signifikan X3
Keterangan α
= 0,05 Sektor Pertanian Y1
0,889 Tidak
Signifikan 0,629
Tidak Signifikan
0,019 Signifikan Sektor Industri Y2
0,240 Tidak
Signifikan 0,829
Tidak Signifikan
0,017 Signifikan Sektor Perdagangan Y3
0,039 Signifikan
0,320 Tidak
Signifikan 0,136
Tidak Signifikan
Sumber pada output Coefficient
Tabel 10. Hasil Koefisien Variabel Independen
Koefesien Variabel Independen Variabel Dependent
β β
x1
β
x2
β
x3
Sektor Pertanian 492,499
2,967 0,020
-0,008 Sektor Industri
51,830 51,729
-0,017 0,017
Sektor Perdagangan 2550,732
309,408 0,246
-0,026 Sumber pada output Coefficient
4.3.3. Pembahasan
Dengan melihat hasil uji signifikasi Variabel Independen terhadap Penanaman Modal Asing tersebut di 3 sektor Pertanian, Industri dan
Perdagangan maka dapat diketahui bahwa Variabel Tingkat Suku Bunga Internasional merupakan Variabel yang paling dominan berpengaruh
terhadap Penanaman Modal Asing hal ini disebabkan karena dengan semakin rendah Suku Bunga Internasional secara otomatis suku bunga BI
rate akan semakin rendah sehingga banyak pengusaha atau investor untuk mendapatkan modal dari kredit maka hal ini biasanya diikuti dengan
pulihnya kondisi ekonomi sehingga mendorong para investor untuk menanamkan modalnya.
Dengan melihat hasil koefesien Variabel Independen Kurs Valas yang didapat di tabel atas maka peneliti dapat mengambil kesimpulan
bahwa sektor Perdagangan yang mempunyai hasil koefesien yang lebih besar dari pada ketiga sektor yang lain, ini menunjukan bahwa sektor
Perdagangan merupakan sektor yang paling dominan dalam meningkatkan Investasi sektoral di Indonesia hal ini disebabkan karena penduduk di
Indonesia mata pencahariaanya sebagai pedagang selain itu banyak pembinaan terhadap para pelaku UKM usaha mikro dan kecil
sehingga sektor perdagangan memiliki kontribusi yang bagus untuk meningkatkan investasi di Indonesia.
Dengan melihat hasil koefesien Variabel Independen Neraca Perdagangan yang didapat di tabel atas maka peneliti dapat mengambil
kesimpulan bahwa sektor Industri merupakan sektor yang paling dominan dalam meningkatkan Neraca Perdagangan di Indonesia hal ini disebabkan
karena banyak pembinaan terhadap para pelaku UKM usaha mikro dan kecil yang berupa pendampingan dan pembinaan manajemen usaha
dan perluasan peran dan fungsi perbankan untuk memudahkan memperoleh kredit dari lembaga perbankan yang juga diharapkan
Kredit Usaha Rakyat dapat mempermudah UKM dalam mengakses permodalan perbankan, menggerakan sektor produktifitas maupun
meningkatkan penyerapan Pendapatan Industri dan meningkatkan Neraca Perdagangan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Setelah dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara simultan
antara variabel bebas Tingkat Suku Bunga Internasional X
1
, Kurs Dollar X
2
, dan Neraca Perdagangan X
3
terhadap Penanaman Modal Asing persektor Industri, Perdagangan, dan Pertanian Y diperoleh F hitung F
tabel maka Ho ditolak dan Hi diterima, yang berati bahwa secara keseluruhan faktor-faktor variabel bebas berpengaruh secara simultan dan
nyata terhadap Penanaman Modal Asing persektor Pertanian, Industri, dan Perdagangan.
2. Dengan melihat hasil uji signifikasi Variabel Independen terhadap Penanaman
Modal Asing tersebut di 3 sektor Pertanian, Industri dan Perdagangan maka dapat diketahui bahwa Variabel Tingkat Suku Bunga Internasional
merupakan Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap Penanaman Modal Asing hal ini disebabkan karena dengan semakin rendah Suku Bunga
Internasional secara otomatis suku bunga BI rate akan semakin rendah sehingga banyak pengusaha atau investor untuk mendapatkan modal dari
79
3. Dengan melihat hasil koefesien Variabel Independen Kurs Valas yang didapat
di tabel atas maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa sektor Perdagangan yang mempunyai hasil koefesien yang lebih besar dari pada
ketiga sektor yang lain, ini menunjukan bahwa sektor Perdagangan merupakan sektor yang paling dominan dalam meningkatkan Investasi
sektoral di Indonesia hal ini disebabkan karena penduduk di Indonesia mata pencahariaanya sebagai pedagang selain itu banyak pembinaan terhadap
para pelaku UKM usaha mikro dan kecil sehingga sektor perdagangan memiliki kontribusi yang bagus untuk meningkatkan investasi di Indonesia.
4. Dengan melihat hasil koefesien Variabel Independen Neraca Perdagangan
yang didapat di tabel atas maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa sektor Industri merupakan sektor yang paling dominan dalam meningkatkan
Neraca Perdagangan di Indonesia hal ini disebabkan karena banyak pembinaan terhadap para pelaku UKM usaha mikro dan kecil yang
berupa pendampingan dan pembinaan manajemen usaha dan perluasan peran dan fungsi perbankan untuk memudahkan memperoleh kredit dari
lembaga perbankan yang juga diharapkan Kredit Usaha Rakyat dapat mempermudah UKM dalam mengakses permodalan perbankan,
menggerakan sektor produktifitas maupun meningkatkan penyerapan Pendapatan Industri dan meningkatkan Neraca Perdagangan.