Dengan demikian, penelitian ini berupaya membantu secara akademis para akademisi, mahasiswa, dan pelajar yang ingin mencari hasil riset atau artikel
tentang kepariwisataan antara Indonesia dan Korea, khususnya Provinsi Gyeonggi.
2.2 Kajian Konsep
2.2.1 Pariwisata massal
Menurut Failker 1997:14, pariwisata massal memiliki karakteristik yakni: 1 jumlah wisatawan yang mengikuti perjalanan dalam jumlah besar group; 2
pembelian paket wisata dan perjalanan sangat diseragamkan tidak ada pilihan; 3 perjalanan diatur segalanya oleh agen perjalanan wisata; 4 wisatawan yang
mengikuti perjalanan ini relatif tidak berpengalaman; 5 wisatawan yang mengikuti perjalanan ini tidak canggih; 6 mengunjungi daerah tujuan wisata,
hanya untuk bersantai, menikmati pemandangan dan melihat sinar matahari, pasir putih dan pantai putih, 7 wisatawan di daerah tujuan wisata banyak mengunjungi
dan menyaksikan daya tarik wisata; 8 jadwal perjalanannya sangat padat. Poon 1997: 15 dalam buku Tourism Technology and Competitive
Strategies, mengatakan pariwisata massal pariwisata konvensional berorientasi pada paket wisata atau kelompok, produk wisata yang dibakukan menurut pasar
massal dan perjalanan ke banyak tujuan dan waktunya lebih lama. Kodhyat 1997: 75 menyebutkan pariwisata massal sebagai pariwisata modern atau konvensional,
dimana jenis pariwisata ini memiliki ciri-ciri yakni kegiatan wisata berjumlah besar Mass Tourism, sebagian besar dikemas dalam satuan paket wisata,
pembangunan sarana dan fasilitas kepariwisataan berskala besar dan mewah
memerlukan tempat-tempat yang dianggap strategis serta memerlukan tanah yang cukup luas.
Menurut Poon 1997: 15, sebenarnya pariwisata massal telah membuka jalan untuk karakteristik pariwisata baru, yaitu: 1 wisatawan yang lebih canggih
dan berpengalaman; 2 lebih suka merencanakan perjalanan wisata mereka sendiri; 3 bepergian secara mandiri; 4 bersifat lebih spontan dan luwes dalam
mengatur susunan perjalanannya dan 5 mereka terdorong untuk mencari daya tarik wisata dengan minat khusus seperti wisata budaya, ekowisata, wisata
petualangan, agro wisata dan lain sebagainya. Fandeli 2002 juga menyatakan bahwa pergeseran minat wisata telah
melahirkan perkembangan pariwisata kearah pola wisata minat khusus Special Interest Tourism. Wisatawan minat khusus tidak hanya menginginkan
kesenangan sebagai tujuan wisata, tetapi juga menghendaki wisata yang berkualitas serta mendapatkan pengalaman dan pengetahuan yang baru dan unik
Monica 2013, 30. Oleh karena itu, penelitian ini berupaya merumuskan pariwisata yang
sesuai dengan minat wisatawan. Artinya, formulasi pariwisata yang berpotensi pada wisatawan Indonesia. Daya tarik wisata yang dapat meningkatkan tingkat
kepuasan wisatawan Indonesia. Dengan demikian, diperlukan serangkaian penelitian untuk mengetahui apakah daya tarik wisata Gyeonggi sudah sesuai
dengan minat wisatawan massal Indonesia, atau kalau tidak cocok apakah ada pilihan yang lain, misalnya saja, pariwisata alternatif, wisata minat khusus, wisata
tematik, atau pariwisata baru sebagai penggantian pariwisata massal.
2.2.2 Pariwisata Alternatif