Persepsi Wisatawan Indonesia tentang Wisata Korea

5.1 Persepsi Wisatawan Indonesia terhadap Wisata Gyeonggi

Persepsi wisatawan Indonesia diukur dengan dianalisis persepsi wisatawan ke Korea secara umum, setelah itu dilakukan identifikasi persepsi wisatawan Indonesia tentang atraksi wisata di Provinsi Gyenonggi. Adapun hasil dan pembahasan terkait persepsi wisatawan Indonesia adalah sebagai berikut.

5.1.1 Persepsi Wisatawan Indonesia tentang Wisata Korea

Berdasarkan pengalaman berwisata ke Korea yang dilakukan oleh responden, dari 80 jumlah responden terlihat bahwa 13 orang 16.3 pernah berwisata di Korea selama 10 tahun terakhir. Dari 13 orang tersebut, 4 orang dari Jakarta, 9 orang dari Bali. Apabila dilihat dari sisi jenis kelamin, 8 laki-laki pernah ke Korea dan 5 perempuan juga memiliki pengalaman berwisata ke Korea. Berikut daftar kunjungan ke Korea selama 10 tahun terakhir pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Kesempatan berkunjung ke Korea selama 10 tahun terakhir No Pernah Ke Korea Daerah Kelamin Total Jakarta Bali Laki-laki Wanita 1 Pernah 4 12,9 9 18,4 8 19,0 5 13,2 13 16,3 2 Belum 27 87,1 40 81,6 34 81,0 33 86,8 67 83,7 Total 31 100 49 100 42 100 38 100 80 100 Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016 Berdasarkan hasil survei, ditunjukkan bahwa destinasi wisata yang dikunjungi oleh 13 responden terbatas beberapa daya tarik wisata selama berada di Korea. Dengan kata lain, hasil survei menunjukkan bahwa terdapat empat daya tarik wisata utama yang dikunjungi wisatawan Indonesia selama kunjungannya di Korea. Semua wisatawan yang berwisata di Korea pernah mengunjungi Ibu Kota Seoul, sebesar 61,5 melakukan aktivitas naik Gunung Seorak di Provinsi Gangwon, dan 46,2 responden menyatakan pernah mengunjungi tempat wisata di pulau Jeju atau Provinsi Gyeonggi sebagai pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 Destinasi di Korea yang pernah dikunjungi No Destinasi Jakarta Bali Total 1 Seoul 4 100 9 100 13 100 2 Mt. Seorak 2 50,0 6 66,7 8 61,5 3 Pulau Jeju 2 50,0 4 44,4 6 46,2 4 Gyeonggi 2 50,0 4 44,4 6 46,2 Total 4 100 9 100 13 100 Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016 Berdasarkan Tabel 5.3, dari 80 responden yang telah diteliti, sebanyak 63 orang 78,8 pernah mendengar atau melihat tentang produk wisata Korea. Responden mendengar dari berbagai macam atribut sumber informasi. Ini berarti produk wisata Korea telah semakin dikenal oleh calon wisatawan Indonesia. Tabel 5.3 Kesempatan MendengarMelihat Produk Wisata Korea No Pernah dengarlihat Jakarta Bali Total 1 Pernah 24 77,4 39 79,6 63 78,8 2 Belum 7 22,6 10 20,4 17 21,3 Total 31 100 49 100 80 100 Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016 Berdasarkan Tabel 5.4, 36 orang 57.1 dari jumlah 63 responden yang pernah mendengar atau melihat produk wisata Korea menyatakan bahwa informasi mengenai Korea diperoleh melalui brosur atau buku; 29 orang 46.0, melalui internet; 17 orang 27.0, melalui media seperti TV, koran; dan 11 orang 17.5, melalui kenalan Word to Word. Kebanyakan laki-laki bisasanya memperoleh informasi lewat brosur 66.7 berbeda dengan perempuan lebih sering mendapat informasi dari media internet 56.7. Berdasarkan karakteristik usia, wisatawan yang berusia di bawah 30 tahun hampir semuanya menerima informasi melalui internet 83.3, sedangkan wisatawan yang berusia lebih dari 41 tahun menggunakan media brosur 72. Data tersebut mengindikasikan bahwa kecendrungan calon wisatawan di masa depan akan lebih menggunakan media internet sebagai media informasi wisatawan sebelum melakukan perjalanan ke destinasi pariwisata termasuk ke Korea. Tabel 5.4 Cara Memperoleh Informasi tentang Korea No Sumber Informasi Kelamin Usia Total Laki-laki Wanita - 30 31 - 40 41 - 1 Word to Word 2 6,1 9 30,0 1 5,6 6 30 4 16 11 17,5 2 Internet 12 36,4 17 56,7 15 83,3 4 20 10 40 29 46,0 3 Media 11 33,3 6 20,0 2 11,1 8 40 7 28 17 27,0 4 Brosur 22 66,7 14 46,7 10 55,6 8 40 18 72 36 57,1 Total 33 100 30 100 18 100 20 100 25 100 63 100 Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016 Berdasarkan hasil survei penelitian ini pada Tabel 5.5, sebesar 63 orang responden yang pernah mendengar atau melihat produk wisata Korea menyatakan bahwa mereka tertarik pada daya tarik wisata yang popular sebagai wisata buatan 61,9, wisata budaya Korea 47,6, wisata kemajuan atau kecanggihan eknologi 46, wisata keindahan alam seperti salju pada musim dingin, daun- daun yang berwarna-warni saat musim gugur 30,2, wisata belanja 17,5. Namun bila diamati dari lokasi penyebaran survey ini, terlihat beberapa perbedaan, yaitu responden asal Jakarta yang berjumlah 62,5 lebih tertarik dengan daya tarik wisata kemajuan negara Korea dalam bidang ilmu pengetahuan dan kecanggihan teknologi. Berbeda dengan responden dari Bali yang berjumlah 64,1 terlihat lebih tertarik pada wisata buatan. Preferensi terhadap wisata buatan tersebut juga disampaikan oleh I Made Sukayana, pegawai Bali Fun Holiday Travel Agency yang mengikuti Gyeonggi Fam Tour Familiarisation Tour pada Januari 2016 sebagai berikut: “Everland, Petite Franc, Park Dae Jang Geum, Swiss Village, One mount dan Gyeonggi English Village ini merupakan wisata buatan di Korea yang sangat menarik, kita bisa bermain, berwisata sepuasnya, dan tentunya di dalam One mount bisa merasakan salju selalu terlepas dari musim panas atau dingin. ” Wawancara 27 Januari 2016 Dilihat dari pernyataan di atas, wisatawan asal Indonesia mendapatkan pengalaman yang sangat berkesan ketika menikmati salju di One mount yang tidak dapat dirasakan di daerah asalnya. Sebagaimana diketahui Indonesia berada di garis khatulistiwa yang memiliki iklim tropis sehingga hanya memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Apabila dilihat dari agama, 69 responden yang beragama Hindu tertarik dengan wisata buatan, sedangkan 63,6 responden yang berasal dari Jakarta dan umumnya beragama Islam lebih tertarik pada kemajuan dari wisata Korea. Hasil survey ini juga menarik bila dilihat dari usia responden yaitu 72,2 responden yang berusia kurang dari 30 tahun lebih tertarik pada wisata budaya Korea. Merujuk pada hasil survey di atas, produk wisata budaya Korea di masa mendatang perlu dikemas secara lebih kreatif dengan memadukan unsur budaya Korea dan kecanggihan teknologi. Sinergi unsur budaya dan kecanggihan dalam wisata buatan juga perlu dipadukan, mengingat kelompok usia di bawah 30 tahun menyukai keunikan budaya yang dimiliki Korea. Perpaduan unsur-unsur ini dibutuhkan agar selalu menjadi daya tarik untuk dikunjungi dan diminati bagi wisatawan Indonesia. Selanjutnya, berdasarkan Tabel 5.6. tentang hambatan untuk mengunjungi Korea, diketahui terdapat beberapa hal yang menjadi hambatan wisatawan Indonesia yang ingin berkunjung ke Korea. Sebanyak 52,4 responden menyatakan anggaran menjadi faktor penghambat utama untuk berkunjung ke Korea. Ini berarti masalah biaya dalam melakukan perjalanan wisata sangat berpengaruh terhadap tingkat kunjungan ke daya tarik wisata di Korea. Selain itu, perbedaan nilai mata uang antara Indonesia dan Korea menjadi salah penyebabnya. Namun, di lain pihak bagi mayoritas responden yang berjenis kelamin wanita 56,7, hambatan berkunjung ke Korea bukanlah anggaran, melainkan akses untuk mendapatkan Visa Perjalanan Korea. Secara keseluruhan, tidak ada 0 responden yang menyatakan Korea memiliki pilihan daya tarik wisata yang kurang menarik untuk dikunjungi. Ini berarti, Korea telah memiliki aneka ragam daya tarik wisata mulai dari alam, budaya dan buatan yang begitu menarik. Oleh karena itu, yang perlu menjadi perhatian bagi pemerintah Korea adalah mempromosikan sesuai dengan permintaan pasar wisatawan Indonesia. Ditinjau dari musim yang diminati wisatawan, Indonesia dan Korea terletak pada geografis yang cukup jauh sehingga memiliki musim yang berbeda. Karena perbedaan musim inilah, banyak wisatawan Indonesia ingin berkunjung ke Korea untuk merasakan pengalaman musim yang berbeda. Berdasarkan survey ini, sebagian besar wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Korea yaitu sebanyak 48,8 mengunjungi Korea dengan alasan Korea memiliki musim dingin. Oleh karena itu, wisatawan tersebut ingin merasakan suasana musim bersalju yang tidak dapat ditemui di Indonesia. Kemudian disusul oleh musim semi sebanyak 43,8 dan musim gugur sebanyak 33,8. Hanya 1,3 responden yang menyatakan ingin berkunjung ke Korea pada saat musim panas. Meskipun demikian, terdapat perbedaan bila dilihat berdasarkan jenis kelamin responden. Responden laki-laki mayoritas 54,8 memilih musim dingin untuk merasakan salju. Berbeda dengan responden perempuan yang mayoritas sebesar 47,4 memilih berkunjung ke Korea pada musim semi. Kecenderungan responden perempuan yang lebih memilih musim semi ini dapat dijadikan acuan apabila nantinya terdapat target pasar bagi wisatawan perempuan Indonesia. Beberapa hal yang menjadi dasar argumentasi dikarenakan perempuan memiliki sifat yang lebih sensitif dan biasanya memang lebih senang terhadap suasana romantis dengan banyaknya bunga-bunga yang mekar seperti pada musim semi di Korea. Berikut Tabel 5.7 mengenai musim yang diminati bagi wisatawan Indonesia. Dari minat wisatawan Indonesia ke Korea, pada Tabel 5.8 ini terlihat calon wisatawan Indonesia memiliki keinginan yang tinggi untuk dapat berkunjung. Sebanyak 53,8 responden menyatakan memiliki rencana untuk berkunjung ke Korea pada tahun 2017. Bila dilihat pada lokasi penyebarannya, jenis kelamin, agama dan usia mayoritas juga memiliki rencana berkunjung pada tahun 2017. Hal ini berarti produk wisata Korea sangat diminati bagi wisatawan Indonesia. Adapun kecenderungan persepsi wisatawan Indonesia terhadap wisata Korea dijelaskan oleh I Gede Gian Saputra selaku pegawai Komodo Naga Travel Agency yang mengikuti Gyeonggi Fam Tour Familiarisation Tour pada Januari 2016 sebagai berikut: “Saat ini masyarakat Indonesia sudah mulai berpikir untuk merencanakan liburan wisatanya. Korea menjadi salah satu negara favorit bagi masyarakat Indonesia karena pengenalan budaya Korea melalui film dan musik K-POP yang memberikan rasa penasaran untuk ingin langsung melihat dan mengalami produk wisata di Korea. ” Wawancara 29 Januari 2016 Berdasarkan pernyataan tersebut terlihat pengenalan budaya melalui media yang dikemas dalam film dan musik cukup berpengaruh bagi promosi pariwisata Korea. Hallyu menjadi tren bagi masyarakat Indonesia sehingga disamping meningkatkan prestige Korea di lingkungan sosial, hal ini juga berpengaruh secara psikologis terhadap rencana kunjungan ke Korea yang semakin diminati. Berikut ini pada Tabel 5.8 dapat dilihat rencana kunjungan calon wisatawan Indonesia ke Korea. Berdasarkan tipologi wisatawan Indonesia melakukan perjalanan ke Korea, terdapat dua cara yang digunakan antara lain, pertama adalah melalui paket wisata yang telah dibuat oleh agen perjalanan wisata, cara kedua adalah wisata pribadi atau perjalanan individual yang jadwalnya dibuat sendiri. Dari jumlah total 80 responden, 38 orang 47,5 menyukai perjalanan dengan menggunakan paket wisata, sedangkan 42 orang 52,5 akan memilih cara wisata pribadi. Melihat dari aspek daerah, orang Jawa lebih suka wisata pribadi 18 orang, 58,1, sedangkan orang Bali ingin ke Korea dengan paket wisata 15 orang, 51. Dilihat dari sisi atribut jenis kelamin, laki-laki lebih suka cara paket wisata 23 orang dari 42 orang, 54,8, sedangkan wanita memilih wisata pribadi 23 orang dari 38 orang, 60.5. Selanjutnya berdasarkan agama, umat Hindu suka cara paket wisata 22 orang, 61,1, sedangkan umat Islam menyukai wisata pribadi 19 orang, 69.2. Dilihat dari sisi usia, responden yang usianya 30 tahun ke bawah lebih tertarik dengan cara berwisata melaui agen perjalanan wisata atau menggunakan paket wisata 18 orang, 75, sedangkan golongan usia 31 tahun sampai dengan 40 tahun dan golongan yang 40 tahun ke atas lebih suka wisata pribadi. Adapun jenisi wisata yang diminati wisatawan Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5.9 di atas. Secara umum berdasarkan survei mengenai minat wisatawan Indonesia terhadap jenis wisata di Korea, sebanyak 33,3 wisatawan berminat terhadap wisata budaya Korea kemudian disusul oleh wisata edukasi sebanyak 24,8. Dilihat dari usia, responden di bawah umur 30 tahun, yaitu sebanyak 75, lebih banyak memilih wisata budaya. Budaya sangat besar pengaruhnya terhadap minat wisatawan Indonesia yang ingin berkunjung ke Korea. Apabila diamati, promosi yang dilakukan pemerintah Korea yang berupa pengenalan budaya seni, seperti musik dan perfilman, memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadaap ketertarikan orang Indonesia tentang Korea. Menariknya, walaupun masyarakat Indonesia tidak begitu paham bahasa Korea, namun mereka menyukai dan menikmati budaya yang dimiliki Korea. Selain itu, hal-hal yang turut memengaruhi ketertarikan masyarakat Indonesia terhadap daya tarik wisata di Korea yaitu wisata budaya, edukasi dan wisata medis. Terlihat sebesar 10,6 responden memiliki minat terhadap wisata medis di Korea. Bahkan isu ini sempat menjadi bahasan menarik bagi masyarakat Indonesia karena di Korea orang-orang dapat melakukan operasi plastik untuk menambah kecantikan dan organ-organ tubuh lainnya. Hal ini cukup menarik perhatian, karena banyak masyarakat yang melihat secara langsung melaui media film dan musik. Adapun ragam minat wisatawan Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5.10 berikut ini.

5.1.2 Persepsi Wisatawan Indonesia tentang Wisata Gyeonggi

Provinsi Gyeonggi memiliki beragam daya tarik wisata bagi wisatawan. Namun, belum banyak wisatawan Indonesia yang menyadari keberadaan dari daya tarik wisata di Provinsi Gyeonggi. Dari hasil survey ini, 70 responden belum memiliki informasi terkait Provinsi Gyeonggi. Dilihat dari jenis kelamin responden, laki-laki lebih banyak yang pernah memiliki informasi terkait Provinsi Gyeonggi, yaitu sebesar 33,3 persen. Ini berarti pariwisata Provinsi Gyeonggi perlu diperkenalkan lebih banyak bagi calon wisatawan Indonesia untuk meningkatkan minat dan kunjungan ke Provinsi Gyeonggi. Adapun data tentang kesempatan yang memiliki informasi terkait Provinsi Gyeonggi dapat dilihat pada Tabel 5.11 berikut ini. Tabel 5.11 Kesempatan memiliki informasi terkait Provinsi Gyeonggi No Pengalaman Daerah Kelamin Total Jakarta Bali Laki-laki Wanita 1 Pernah 9 29,0 15 30,6 14 33,3 10 26,3 24 30,0 2 Belum 22 71,0 34 69,4 28 66,7 28 73,7 56 70,0 Total 31 100 49 100 42 100 38 100 80 100 Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016 Dilihat dari pilihan daya tarik wisata di Provinsi Gyeonggi, responden menyatakan Everland merupakan daya tarik wisata terfavorit. Sebesar 79,2 responden memilih Everland sebagai daya tarik wisata utama ketika berkunjung ke Provinsi Gyeonggi. Setelah itu disusul oleh Pulau Jara Gapyeong yang berlokasi dekat dengan pulau Nami sebanyak 62,5 sebagai Tabel 5.12. Tabel 5.12 Minat wisatawan Indonesia terhadap pilihan daya tarik wisata di Gyeonggi No Daya tarik wisata yang pernah dengar Daerah Total Jakarta Bali 1 Warisan Budaya Dunia 2 22,2 4 26,7 6 25,0 2 Everland 8 88,9 11 73,3 19 79,2 3 Kintex, Onemount 3 33,3 6 40,0 9 37,5 4 DMZ, Imjingak 7 77,8 7 46,7 14 58,3 5 English Village 2 22,2 3 20,0 5 20,8 6 Petite Franc, Swiss Village 1 11,1 2 13,3 3 12,5 7 City of Crafts and Folk Art 3 33,3 4 26,7 7 29,2 8 Pulau Jara Gapyeong 5 55,6 10 66,7 15 62,5 9 Lain-lain - 0,0 - 0,0 - 0,0 Total 9 100 15 100 24 100 Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016 Tabel 5.13 menunjukan bahwa 77 orang 96,3 menyatakan mereka mau mengunjungi tempat wisata atau menyukai daya tarik wisata di Provinsi Gyeonggi setelah mengikuti acara promosi pariwisata Provinsi Gyeonggi. Tabel 5.13 Keinginan mengunjungi tempat wisata di Gyeonggi No Keinginan mengunjungi Daerah Kelamin Total Jakarta Bali Laki-laki Wanita 1 Mau 30 96,8 47 95,9 41 97,6 36 94,7 77 96,3 2 Tidak 1 3,2 2 4,1 1 2,4 2 5,3 3 3,8 Total 31 100 49 100 42 100 38 100 80 100 Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016 Tabel 5.14 menunjukan bahwa pengalaman sendiri maupun pengetahuan yang didapatkan dari hasil promosi pariwisata Provinsi Gyeonggi di Bali dan Jakarta menyebabkan munculnya suatu keinginan untuk mengunjungi daya tarik wisata di Provinsi Gyeonggi. Setiap calon wisatawan memiliki pendapat yang berbeda-beda tentang Provinsi Gyeonggi. Berdasarkan survei mengenai pendapat calon wisatawan tentang daya tarik wisata di Provinsi Gyeonggi yang ingin dikunjungi, 29 peserta 38,2 berkeinginan untuk mengunjungi DMZ, Imjingak, Panmunjom di Kota Paju; 24 peserta 31,6 ingin mengunjungi English Village; 23 peserta 30,3 mau mengunjungi Everland di Kota Yongin; 18 peserta 23,7 mau mengunjungi Benteng Hwaseong di Kota Suwon. Melihat dari jenis kelamin, paling banyak laki-laki memilih DMZ, Imjingak, Panmunjom 17 orang, 41,5, sedangkan paling banyak wanita mau mengunjungi Everland sebagai tempat wisata 13 orang, 36,1. Selanjutnya melihat dari sisi usia, orang yang dibawah usia 30 tahun lebih menyukai pulau Jara di Kabupaten Gapyeong 11 orang, 45,8, orang yang usianya di antara dari usia 31 tahun sampai usia 40 tahun paling menyukai Everland 12 orang, 42,9, dan orang yang usianya di atas 41 tahun lebih menyukai situs Warisan Budaya Dunia seperti Benteng Hwaseong 11 orang, 44 daripada tempat yang lain. Dari beberapa daya tarik wisata yang dimiliki oleh Korea, DMZ, Imjingak merupakan daya tarik wisata terfavorit bagi wisatawan Indonesia. Berdasarkan survey, sebanyak 38,2 responden menyatakan ingin berkunjung ke DMZ. Daya tarik wisata ini menjadi lebih menarik karena lokasinya terletak di antara perbatasan Korea Utara dan Korea Selatan, yang kadang-kadang ditutup ketika kondisi hubungan kedua Negara sedang memburuk. Selain DMZ, English village juga memiliki daya tarik bagi wisatawan Indonesia dengan sebesar 31,6 responden. Ini berarti aktifitas pendidikan mampu memberikan pengalaman yang bersifat edukatif kepada wisatawan Indonesia tentang gambaran daya tarik wisata English villlage di Gyeonggi. Berikut ini Tabel 5.14 mengenai daya tarik wisata di Gyeonggi yang ingin dikunjungi. Tabel 5.15 mengenai jenis pariwisata yang sesuai bagi wisatawan Indonesia menunjukkan bahwa 52,5 responden berpendapat menyukai wisata ke Korea karena keunikan budayanya. Wisatawan Indonesia ingin melihat langsung budaya tradisional maupun budaya modern Korea, khususnya di Provinsi Gyeonggi. Jenis wisata Industri dan wisata Edukasi berada pada urutan selanjutnya yang diminati oleh wisatawan Indonesia dengan nilai persentase yang sama sebesar 33,8. Data di atas menunjukan bahwa permintaan wisatawan Indonesia yang telah bergeser, mereka lebih memilih budaya, ilmu pengetahuan dan kecanggihan teknologi serta wisata yang bersifat edukasi daripada sekedar mengunjungi pantai dan bermain pasir. Analisis ini dilengkapi dengan jenis wisata Medis medical tourism, sebesar 15 responden tertarik untuk melihat langsung sehingga memiliki potensi yang baik untuk pengembangan ke depan dalam mencari pasar wisatawan Indonesia. Berdasarkan survey tentang daya tarik wisata yang paling sesuai bagi wisatawan individu asal Indonesia, hasilnya cukup mencengangkan. Sejumlah 48 responden dengan persentase 60 menyatakan sesuai dengan wisata budaya Korea. Namun hal yang terlihat berbeda adalah bila membandingkan dengan minat responden di Jakarta dan Bali yang sebagian besar responden di Jakarta memilih wisata budaya. Berbeda dengan responden yang ada di Bali walaupun wisatawan budaya masih tertinggi, namun antara wisata budaya dan wisata edukasi memiliki selisih yang tidak terlalu besar yaitu 53,1 memilih wisata budaya dan 42,9 memilih edukasi. Berkaiatan dengan kelompok usia, responden yang relatif lebih muda, yaitu di bawah 30 tahun, menyatakan memilih wisata budaya dengan persentase sebesar 70 sebagai pada Tabel 5.16.

5.2 Strategi Pemasaran Pariwisata melalui Analisis SWOT

Analisis SWOT digunakan untuk merumuskan strategi segmentasi pasar, penetapan target, penetapan posisi, dan promosi pariwisata Provinsi Gyeonggi. Dalam sub bab ini analisis SWOT merupakan poin yang dibahas terlebih dahulu yaitu mengenai hasil identifikasi terkait dengan daya tarik wisata Gyeonggi dan wisatawan Indonesia, serta menarik strategi pengembangan produk wisata Provinsi Gyeonggi. Poin kedua membahas mengenai strategi pemasaran pariwisata Provinsi Gyeonggi dengan mengidentifikasi strategi Segmentasi, Target Pasar, dan Positioning.

5.2.1 Analisis SWOT Produk Wisata Provinsi Gyeonggi

Berdasarkan survei dan wawancara yang dilakukan kepada para pemangku kepentingan stakeholders di Provinsi Gyeonggi dan Indonesia Jakarta dan Bali, ditunjukkan hasil identifikasi yang menarik terkait dengan faktor eksternal maupun internal. Hal ini ditinjau dari informan di Provinsi Gyeonggi seperti agen perjalanan wisata, pegawai lembaga pariwisata, dan PNS dinas pariwisata, sedangkan di Indonesia meliputi agen perjalanan wisata di Jakarta dan Bali yang mengikuti Gyeonggi Fam Tour. Lihat Lampiran I-Pedoman wawancara Mengenai hasil analisis faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang terkait dengan kebijakan peningkatan wisatawan Indonesia ke Korea termasuk Provinsi Gyeonggi dapat diuraikan sebagai berikut.

5.2.1.1 Analisis Internal

Analisis yang berkaitan dengan faktor-faktor internal dalam upaya peningkatan wisatawan Indonesia ke Provinsi Gyeonggi, Korea terdiri dari dua faktor yaitu faktor kekuatan strengths dan faktor kelemahan weakness. Berikut ini akan diuraikan mengenai kedua faktor tersebut.

A. Kekuatan Strengths

Kekuatan adalah segala sesusatu yang dapat dikembangkan sebagai andalan pengembangan dan peningkatan kunjungan wisatawan ke Provinsi Gyeonggi meliputi potensi pariwisata tematik Theme Tourism, sumber daya pariwisata buatan, wisata budaya dan minat wisata mengenai kondisi kehidupan sosial-ekonomi, sehingga nantinya bisa bersaing dengan daya tarik wisata lain. Melihat faktor kekuatan pariwisata Korea, pertama dapat diartikan bahwa adanya tempat penyuntingan film yang sangat populer dipengaruhi Hallyu seperti K-pop, drama Korea. Kedua, Korea, bersama Cina dan Jepang, memiliki musim semi, musim gugur dan musim dingin yang berbeda dengan musim di Indonesia. Jika produk wisata yang dijual di Indonesia mencantumkan konfigurasi daya tarik Cina dan Jepang, maka produk akan memiliki nilai respon yang tinggi oleh wisatawan. Sebagai contoh, konfigurasi produk tiga negara Cina, Korea, dan Jepang, ataupun sebaliknya Jepang, Korea, dan Cina. Konfigurasi di atas berdampak pada faktor kekuatan pariwisata Provinsi Gyeonggi. Pertama, Provinsi Gyeonggi berdekatan dengan Bandara Internasional Incheon yang berstandar kelas dunia dalam sisi pelayanan, dan terletak di pusat Korea. Kedua, terdapat beberapa premium outlet maupun bebas pajak untuk wisata belanja sebagai salah satu tujuan utama wisatawan Indonesia. Ketiga, pemandangan dan aksesibilitas yang cukup baik di Korea yang dikarenakan ditetapkannya sebagai lokasi penyuntingan film internasional maupun domestik. Keempat, sebagai satu-satunya wilayah yang memiliki zona demiliterisasi, baik di negara Korea maupun seluruh dunia, keberadaan DMZ, Terowongan rahasia ketiga, Panmunjom dan ekosistemnya khusus hanya dapat ditemukan di Provinsi Gyeonggi. DMZ tidak hanya sejarah bagi Korea atas perang dingin cold war di masa lalu, namun telah menjadi sejarah bagi seluruh dunia. Kelima, terdapat berbagai fasilitas yang baik dan canggih untuk dapat digunakan sebagai pariwisata medis, pariwisata kecantikan, pariwisata industri dan pariwisata pendidikan mendapatkan respon yang baik dari wisatawan asing. Keenam, untuk memperbaiki indeks kebahagiaan manusia dari stress mental saat ini wisata yang religius cenderung dijadikan pilihan untuk menenangkan hati dan jiwa maka Temple stay merupakan tempat yang tepat mengatasi hal tersebut.

B. Kelemahan Weaknesses

Kelemahan merupakan suatu keadaan pada objek yang kurang menguntungkan dalam pengembangan pariwisata Provinsi Gyeonggi melalui sesuatu atraksi yang berbasis masyarakat. Kelemahan ini perlu diatasi sehingga layak dikembangkan dan tidak memberikan dampak negatif terhadap faktor dari luar yang memengaruhi faktor eksternal tersebut. Dari sudut pandang pariwisata Korea, kelemahan pertama adalah harga produk wisata yang sedang dijual terlalu rendah dengan tidak memperhatikan mutunya, bahkan kecenderungan ini menjadikan citra Korea buruk. Kelemahan kedua adalah adanya keputusan pemerintah tentang Visa dan Ijin Berkunjung untuk kunjungan ke Korea menjadi penghalang utama bagi calon wisatawan Indonesia. Misalnya hanya untuk mendapatkan Visa Perjalanan perlu puluhan