tidak berkualitas dan menurunkan mutu produk sehingga perlu dipertimbangakan untuk melakukan usaha promosi yang stabil mengenai produk pariwisata yang
memiliki kualitas yang baik dan menarik. Dalam rangka menarik wisatawan dengan harga yang wajar, diperlukan langkah-langkah untuk mempromosikan dan
mendorong kunjungan berulang dengan menawarkan berbagai insentif. Ketiga, diperlukan ahli bahasa Indonesia yang profesional untuk
memberikan kenyamanan wisatawan Indonesia ketika berkunjung ke Korea. Korea berencana memberi bantuan untuk kenyamanan perjalanan bagi wisatawan
asing, seperti memunculkan sub judul dan jasa penyiaran bahasa lain dalam bahasa Inggris dan Cina di kereta bawah tanah. Namun, sebagian besar wisatawan
Indonesia hanya dapat berbahasa Indonesia dan tidak dapat memakai bahasa Inggris. Oleh karena itu, walaupun tingkat kepuasan sangat tinggi setelah belanja
secara umum, diketahui bahwa ketidaknyamanan yang terbesar ketika berbelanja di Korea adalah hambatan komunikasi bahasa karena kekurangan ahli bahasa
Indonesia. Selain itu, wisatawan yang menggunakan paket wisata seharusnya dipandu
oleh pemandu wisata resmi yang dapat berbahasa Indonesia. Karena kurangnya pemandu wisata dibandingkan dengan permintaan saat ini, muncullah pemandu
wisata tanpa lisensi yang kemudian mengakibatkan turunnya kualitas wisata. Ini terjadi karena pemandu wisata yang tidak mempunyai lisensi resmi dalam bahasa
Indonesia, memungkinkan tidak memiliki pengetahuan dan kompetensi tepat tentang tempat wisata dan budaya Korea.
Pada akhirnnya, komunikasi tersebut dapat mengganggu pemahaman wisatawan terhadap pariwisata dan budaya Korea, bahkan memaksa wisatawan
untuk berbelanja berlebihan. Hal ini sebenarnya telah diketahui pemerintah, namun bila dibiarkan begitu saja dapat menjadi faktor yang dikeluhkan tourist
complain wisatawan itu sendiri.
5.2.2.4 Sterategi WT Weaknesses Threats
Strategi WT merupakan strategi yang digunakan untuk meminimalkan kelemahan guna menghindari ancaman. Dari WT dapat diformulasikan beberapa
strategi antara lain membentuk lembaga promosi pariwisata untuk menarik kerjasama yang saling menguntungkan mutual benefits.
Seperti disebutkan sebelumnya, dalam rangka untuk menarik wisatawan Indonesia ke Provinsi Gyeonggi, perlu dilakukan kebijakan yang sesuai dengan
ciri khas pariwisata Gyeonggi dengan mempertimbangkan karakteristik masing- masing segmen pasar wisatawan asal Indonesia.
Namun, sebagian besar agen perjalanan wisata di Indonesia memanfaatkan produk pariwisata yang tempat kunjungannya hampir sama. Produk yang
ditawarkan oleh beberapa agen perjalanan wisata besar di Seoul tersebut dapat dengan mudah ditemukan pada agen perjalanan wisata di Indonesia, termasuk
event pameran wisata di berbagai kota besar Indonesia seperti Jakarta, Bali, dan Surabaya. Oleh karena itu, konversi kebijakan pariwisata diperlukan untuk
mengatasi masalah ini di masa depan. Sebagai contoh, kebijakan konversi tersebut melalui penyediaan pusat data
database kepariwisataan. Pusat data perlu dibangun agar tersedia data statistik
yang dapat dianalisis kemudian disesuaikan dengan karakteristik dan perilaku para wisatawan Indonesia. Selanjutnya, untuk memecahkan masalah terkait
rendahnya tingkat kesadaran tentang Provinsi Gyeonggi dapat dipertimbangkan dengan membentuk lembaga sendiri untuk mempromosikan pariwisata Gyeonggi
di Indonesia yang mengurus dukungan pertukaran internasional, pembangunan pusat data, promosi pariwisata, dan lain-lain.
Meskipun Jepang baru-baru ini melakukan bebas Visa pada wisatawan asing, Korea tetap mempertahankan kebijakan Visa yang menuntut lebih dari 10
dokumen. Oleh karena itu, pemerintah pusat Korea diharapkan membuat kebijakan untuk mengatasi masalah ini secepat mungkin, yaitu antara lain;
Pertama, pemerintah Korea memungkinkan masuk Korea tanpa Visa Perjalanan bagi wisatawan atau setidaknya menyederhanakan dokumen yang diperlukan
untuk pengambilan Visa Perjalanan. Kedua, pemerintah Korea diharapkan membangun kantor dinas yang bertanggung jawab untuk pembuatan Visa bagi
wisatawan Indonesia yang tinggal di luar pulau Jawa seperti Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan Bali.
Selain itu, perlu disediakan sarana atau tempat beribadah karena perbedaan agama dan budaya serta menu makanan yang sesuai dengan aturan agama Islam
dan Hindu. Mengingat biaya pesawat yang relatif mahal, dapat diperhatikan dengan menjalin sinergi program wisata besar yang menghubungkan konfigurasi
Cina, Jepang, atau produk-produk berkualitas tinggi. Hasil penelitian SWOT terhadap pariwisata Gyeonggi di atas dapat dirumuskan seperti Tabel 5.17.