Kelompok Leksikon Rambah Leksikon Flora Bahasa Pakpak Dairi Desa Uruk Gedang .1 Kelompok Leksikon

menyebut dengan batang galuh ‘batang pisang’. Dalam komunikasi sehari-hari antara orangtua dan anak sangat jarang menggunakan sebutan ini. Sehingga generasi muda tidak tahu apa itu kalto, padahal selalu mereka temukan setiap hari. Bagitu juga halnya dengan leksikon pelia merupakan sebutan untuk pohon pote ‘petai’. Seluruh responden remaja tidak mengetahui sebutan ini, mereka menyebut dengan batang pote. Pohon endet belakangan ini banyak dicari-cari oleh masyarakat kota. Daun pohon ini memiliki khasiat untuk menurunkan kadar gula dalam tubuh. Kedatangan orang-orang kota ke desa ini untuk mencari pohon ini mengubah pemahaman masyarakat akan tumbuhan ini. Selama ini mayarakat hanya memanfaatkan batang pohon ini sebagai kayu bakar. Namun setalah mengetahui manfaat daun pohon ini, masyarakat menjaga dan bahkan ada beberapa yang mengonsumsi olahan daun tumbuhan ini. Sehingga manfaat pohon endet ini menjadi semakin luas dalam pemahaman masyarakat. Namun generasi muda belum begitu paham apa manfaat tumbuhan ini akibat dari kurangnya pengenalan dari orangtua.

5.1.2 Kelompok Leksikon Rambah

Berdasarkan hasil pengujian pemahaman masyarakat terhadap kelompok leksikon ini dapat diambil kesimpulan bahwa telah terjadi penyusutan atau penyempitan pemahaman oleh masyarakat terutama kalompok usia muda. Semak yang dulunya dimanfaatkan sebagai obat kini tidak dibutuhkan lagi dan mengakibatkan pengetahuan masyarakat semakin sempit tentang tumbuhan Universitas Sumatera Utara tersebut. Ironisnya, banyak di antara responden kelompok usia muda tidak mengenal leksikon tersebut. Fenomena itu terjadi bukan karena tumbuhan itu langka atau punah. Penyebab utama adalah rendahnya fekuensi penggunaan bahasa itu, serta pudarnya konteks tumbuhan itu dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, penyempitan pemahaman itu terjadi akibat perubahan kehidupan sosial masyarakat. Tumbuhan alum-alum tumbuhan semak yang biasa dijadikan pakan kerbau atau kambing, namun sering juga dimanfaatkan sebagai obat gatal pada kulit. Sindruma selalu dimanfaatkan sebagai obat pertolongan pertama pada luka saat bekerja di sawah atau ladang. Tumbuhan sarindan sejak dulu digunakan sebagai obat penyakit lever. Sarindan merupakan tumbuhan parasit yang menumpang hidup pada tumbuhan lain. Namun tidak semua sarindan yang memiliki khasiat. Sarindan yang menumpang hidup pada tanaman kopi robusta memiliki khasiat yang lebih baik dibandingkan sarindan yang hidup pada tumbuhan lain. Sehingga, tidak semua sarindan yang hidup pada tanaman dibiarkan hidup oleh masyarakat. Berhu dan singgaren juga merupakan tumbuhan semak yang biasa dimanfaatkan sebagai obat. berhu digunakan sebagai obat gula dan singgaren digunakan sebagai obat demam. Akibat perkembangan ilmu dan teknologi, belakangan ini masyarakat lebih sering menggunakan obat kimia, sehingga tumbuhan ini sudah mulai tidak dimanfaatkan. Beberapa masyarakat desa Uruk Gedang juga memiliki ternak seperti kerbau dan kambing Tumbuhan alah-alah, komil, dan oma merupakan semak yang biasa dijadikan sebagai pakan ternak tersebut. Jadi fungsi tumbuhan ini Universitas Sumatera Utara dalam kehidupan mayarakat adalah sebagai pakan ternak. Namun, jika tumbuhan semak ini tumbuh di tengah-tengah lahan pertanian, maka akan dimusnahkan dengan cara penyemprotan. Tumbuhan arsam, dangke, lipan, licin, paku, sapilpil, dan tanggiang merupakan tumbuhan semak jenis pakis. Namun tumbuhan ini tidak termasuk dalam kategori kayu. Tumbuhan ini tidak dimanfaatkan oleh masyarakat desa Uruk Gedang karena tidak memiliki manfaat dan dianggap sebagai pengganggu bagi tanaman. Penyempitan pemahaman kelompok usia remaja terlihat jelas pada leksikon-leksikon ini. Mereka tidak dapat membedakan setiap semak tersebut. Setiap mereka menemukan arsam, dangke, lipan, licin, paku, sapilpil, dan tanggiang tersebut, mereka menyebut hanya dengan dua nama, yaitu tanggiang dan sapilpil. Fenomena ini disebabkan oleh kurangnya pengenalan bahasa oleh orangtua kepada generasi yang muda. Sehingga pemahaman kelompok usia yang lebih muda semakin menyempit. Masyarakat pakpak desa ini dulu juga sering membuat anyaman tikar, bakul untuk tempat nasi, dan tandok ‘bakul untuk upacara adat’. Beberapa jenis semak dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan anyaman tersebut. Dari data yang diperoleh, tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai anyaman adalah bangkuang, hipon-hipon, kiki, peldang, dan raso. Perubahan kondisi sosial masyarakat yang sudah mulai meninggalkan tradisi membuat budaya menganyam sudah ditinggalkan. Anyaman ini sudah banyak diperjualbelikan di pasaran dengan berbahan dasar pelastik. Akibatnya, generasi muda tidak mewarisi tradisi budayanya. Karena tradisi ini ditinggalkan, maka masyarakat menganggap Universitas Sumatera Utara tumbuhan ini tidak diperlukan lagi, sehingga ketika mereka menemukan tumbuhan ini akan dibabat atau dibakar. Tumbuhan kelsi merupakan jenis semak yang keras dan menjalar. Tumbuhan ini dianggap pengganggu bagi tanaman masyarakat. Pertumbuhannya yang cepat membuat tumbuhan ini sulit dibasmi. Tumbuhan ini masih bayak ditemukan di daerah ini, namun generasi muda tidak mengetahui nama tumbuhan tersebut karena jarang berhubungan dengan kegiatan mereka. Tumbuhan semak cikerput dan pedem-pedem merupakan jenis semak yang memiliki kesamaan yaitu daunnya akan mengatup jika disentuh. Dalam bahasa Indonesia, tumbuhan ini disebut ‘putri malu’. Namun kedua jenis tumbuhan ini memiliki perbedaan dari segi ukuran. Cikerput lebih kecil dan pendek, sedangkan pedem-pedem ukurannya lebih besar dan batangnya lebih keras. Kelompok usia remaja tidak dapat membedakan kedua jenis semak ini, sehingga dalam kehidupan sehari-hari mereka menyebut tumbuhan ini dengan nama cikerput ‘putri malu.’ Dalam kehidupan masyarakat semak ini tidak memiliki manfaat, sehingga akan dibasmi jika hidup di tengah-tengah lahan pertanian. Tumbuhan palang teguh merupakan semak yang sangat banyak tumbuh di halaman rumah atau di sepanjang jalan desa ini, walaupun semak ini juga sering ditemukan di lahan pertanian. Tumbuhan ini pun cukup dikenal oleh masyarakat dari berbagai kelompok usia. Namun semak ini tidak memiliki manfaat bagi kehidupan masyarakat desa ini. Selanjutnya tumbuhan sibaguri merupakan jenis tanaman yang berbatang keras, berdaun lancip dan kecil; tumbuhan cipurpuren leto berukuran kecil, berbatang kecil dan berdaun halus. Kedua tumbuhan ini Universitas Sumatera Utara sangat mudah ditemukan dan masyarakat biasa memanfaatkan sibaguri menjadi sapu halaman dan cipurpuren leto menjadi sapu lantai tanah. Pemahaman masyarakat terhadap tumbuhan ini juga masih tinggi, hanya ada beberapa responden remaja yang tidak mengenal karena pengetahuan mereka terhadap lingkungan masih kurang. Biski merupakan jenis semak yang banyak ditemukan pada lahan tidur atau lahan yang belum difungsikan. Ukurannya dapat mencapai dua meter dan batangnya beruas-ruas. Kelompok usia remaja sama sekali tidak paham dengan leksikon ini karena tidak berhubungan lagi dengan aktivitas mereka yang lebih banyak dilakukan di rumah atau di tempat lain. Bagi masyarakat, tumbuhan ini tidak memiliki manfaat, sehingga ketika masyarakat akan membuka lahan pertanian baru, tumbuhan ini dimusnahkan dengan cara disemprot atau dibakar. Begitu juga halnya tumbuhan buluh-buluh merupakan semak yang hidup liar dan sulit untuk dimusnahkan karena sangat mengganggu pertumbuhan tanaman pertanian masyarakat. Membakar dan menyemprotkan pestisida merupakan cara yang paling ampuh untuk memusnahkan semak ini. Beberapa responden tidak mengenal tumbuhan ini karena kurang diperkenalkan oleh orang tua dan karena aktivitas kelompok usia remaja sangat sedikit berhungan dengan pertanian. Cilekket adalah jenis semak yang berukuran pendek dan memiliki bunga berwarna hitam berbentuk jarum dan akan lengket pada pakaian jika tersentuh saat melintas atau bekerja di ladang atau sawah. Tumbuhan ini sangat banyak ditemukan di lahan pertanian tetapi merupakan semak yang tidak memiliki manfaat bagi masyarakat. Pemahaman masyarakat terhadap tumbuhan ini masih Universitas Sumatera Utara tinggi, hanya ada beberapa responden usia muda yang tidak mengetahui tumbuhan ini karena kurang berhubungan dengan aktivitas mereka dan kurangnya pengenalan dari orangtua. Cingkerru merupakan jenis semak yang memiliki buah berupa biji-bijian dan dapat dikonsumsi. Pemahaman masyarakat terhadap tumbuhan ini masih tinggi karena dalam kehidupan masyarakat setempat tumbuhan ini biasa dimakan namun bukan merupakan makanan pokok. Fungsi itu masih bertahan hingga saat ini. Tumbuhan delipedang merupakan jenis semak berdaun panjang dan tajam yang biasa hidup liar di lahan pertanian. Dalam kehidupan sosial masyarakat, tumbuhan ini tidak memiliki manfaat sehingga semak ini harus dimusnahkan. Tumbuhan ini masih banyak ditemukan di desa ini, namun beberapa responden yang manyoritas kelompok usia remaja tidak memahami leksikon ini akibat kurangnya pengenalan dari orangtua. Tumbuhan dukut cippon merupakan jenis semak yang memiliki kemiripan dengan rumput jepang namun ukurannya lebih panjang dan berbunga. Tumbuhan ini merupakan semak yang tidak dimanfaatkan oleh masyarakat. Pemahaman masyarakat terhadap tumbuhan ini paling rendah pada kelompok usia remaja karena mereka lebih sering menyebutnya dengan ‘rumput manis’. Tumbuhan isa- isa juga merupakan semak yang biasanya hidup liar di lahan pertanian, sehingga dianggap mengganggu pertumbuhan tanaman pertanian. Pemahaman responden terhadap tumbuhan ini masih relatif tinggi sekali pun ada penurunan pemahaman pada setiap generasi. Hal ini terjadi akibat kurangnya konteks penggunaan leksikon ini dalam kehidupan kelompok usia muda. Universitas Sumatera Utara Tumbuhan kempaba memiliki kemiripan dengan pinang, namun ukuran batangnya lebih kecil serta buahnya yang kecil. Tumbuhan ini hidup dengan liar dan masuk dalam kategori semak. Bagi masyarakat setempat, tumbuhan ini tidak memiliki manfaat, sehingga wajar semua responden kelompok usia remaja tidak memahami lekskon ini. Kempang batu merupakan semak yang biasa tumbuh di sekeliling tanaman kopi. Tumbuhan ini memiliki batang yang keras dan tumbuh menjalar, akar yang kuat sehingga sulit untuk dicabut. Semak ini dianggap mengganggu pertumbuhan tanaman, sehingga harus dimusnahkan. Kicik-kicik adalah tumbuhan semak yang memiliki buah seperti buncis; dan simertahuak tumbuhan menjalar yang keras dan sulit untuk dimusnahkan, namun kedua jenis semak ini tidak memiliki manfaat. Jika kedua tumbuhan ini tumbuh di suatu tempat, itu menandakan tanah tersebut subur. Begitu juga halnya dengan tumbuhan kuyuk-kuyuk, oma-oma, paga-paga, simerpage-page, simertulan, dan tempua merupakan semak yang tidak memiliki manfaat dan dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.Banyak responden yang sudah tidak memahami leksikon ini sekali pun masih banyak tumbuh di lahan-lahan pertanian. Minimnya rasa ingin tahu dan rendahnya pengenalan dari orang tua tentang tumbuhan ini mengakibatkan generasi yang lebih muda tidak memahami leksikon ini. Tumbuhan semak reba-reba dan rih merupakan jenis semak yang memiliki kemiripan. Perbedaannya adalah reba-reba lebih keras, sedangkan rih ukurannya lebih pendek dan kecil. Bagi masyarakat, reba-reba tidak bermanfaat dan dianggap ridak berguna, sedangkan rih biasa dimanfaatkan sebagai atap pondok di sawah atau ladang, biasa juga digunakan sebagai atap pembibitan Universitas Sumatera Utara cabai. Namun tumbuhan ini tetap dianggap dapat mengganggu pertumbuhan tanaman yang ada di sekitarnya. Pemahaman masyarakat terhadap tumbuhan reba-reba mengalami penurunan yang signifikan pada setiap kelompok usia karena anak muda lebih sering menyebutnya dengan rih yang sudah berumur tua, sedangkan pemahaman terhadap tumbuhan rih masih relatif tinggi karena masih sering digunakan dan sangat mudah dijumpai. Tumbuhan sanggar memiliki daun yang mirip seperti rih, tajam dan panjang namun sanggar memiliki batang seperti tebu. Kadang-kadang masyarakat menggunaan tumbuhan untuk dijadikan sebagai sangkar burung atau jebakan burung. Namun tumbuhan ini juga dapat merusak tanaman jika tumbuh di lahan pertanian. Lalau adalah tumbuhan sejenis sirih dan hidup secara liar dan kurang bermanfaat karena tidak dapat dimanfaatkan seperti sirih pada umumnya. Kelompok usia remaja tidak mengetahui leksikon ini padahal masih banyak dijumpai di daerah ini. Mereka lebih sering menyebut tumbuhan ini dengan gatap ‘sirih’ yang berwarna kecokelatan. Tumbuhan nggala merupakan batang padi yang sudah dipanen dan masih tumbuh sehingga menjadi semak namun tidak bermanfaat. Batang padi yang tertinggal ketika panen ini akan tumbuh menjadi semak ketika pemilik lahan membiarkan lahannya beberapa bulan. Pemahaman responden terhadap tumbuhan ini masih tinggi karena masih mudah ditemukan dan masih sering disebutkan dalam komunikasi mereka. Tumbuhan semak berikutnya yang mengalami penyusutan dalam pemahaman responden adalah ndurur dan riman yang merupakan jenis tumbuhan yang mirip dengan aren. Namun kedua tumbuhan ini dikategorikan semak karena Universitas Sumatera Utara hidup liar dan tidak dimanfaatkan. Pada umunya dari tumbuhan aren dapat dimanfaatkan berupa airnya ‘tuak’, namun air dari kedua tumbuhan ini tidak dimanfaatkan. Satu-satunya yang dapat dimanfaatkan dari tumbuhan ini adalah daunnya yang dijadikan sebagai sapu lidi. Semua responden pada kelompok usia remaja dan beberapa pada kelompok usia dewasa tidak memahami leksikon ini. Penyebabnya adalah kurangnya penggunaan bahasa alam konteks komunikasi sehari-hari oleh masyarakat, sehingga kelompok usia muda lebih sering menyebutnya dengan pola ‘aren atau tuak’. Silinjuang merupakan jenis semak yang yang memiliki daun berwarna merah dan berbentuk panjang serta batang yang keras. Tumbuhan ini biasa hidup di tepi sungai. Bagi masyarakat setempat, tumbuhan ini tidak memiliki manfaat namun masih banyak tumbuh di daerah ini. Pemahaman masyarakat terhadap tumbuhan ini juga masih tinggi, hanya pada kelompok usia muda sudah terjadi penyusutan pemahaman. Pemahaman kelompok usia remaja terhadap leksikon ini masuk pada kategori mendengar saja dan tidak pernah mendengar, dan melihat. Persoalan penggunaan bahasa dan pengenalan dari orangtua terhadap generasi muda menjadi penyebab utama terjadinya penyusutan pemahaman terhadap tumbuhan ini, padahal referenya masih banyak tumbuh di desa ini.

5.1.3 Kelompok Leksikon Suan-suanen