Abnormal Return Landasan Teori

8. Contrarian Investment Strategy

Strategi kontrarian adalah strategi yang menyarankan untuk membeli saham-saham loser dan menjual saham tersebut setelah menjadi winner, karena saham loser dalam jangka panjang akan memberikan keuntungan melebihi saham yang sebelumnya adalah saham winner. Strategi kontrarian pertama kali ditemukan oleh De Bondt dan Thaler 1985. Adanya anomali winner-loser di pasar modal memungkinkan investor melakukan strategi kontrarian sehingga investor dapat memperoleh abnormal return yang signifikan. Strategi ini juga disebut strategi buy low sell high atau zero cost, yaitu bahwa investor menggunakan strategi ini akan menjual saham yang diminati pasar dan menggunakan dana yang diperoleh seluruhnya untuk membeli saham yang kurang diminati pasar. Strategi kontrarian merupakan salah satu strategi investasi aktif dalam melakukan pemilihan dan jual beli saham, mencari informasi, mengikuti waktu dan pergerakan harga saham untuk mendapatkan abnormal return. Tujuan dari penerapan strategi ini adalah untuk mendapatkan return portofolio saham yang melebihi return portofolio saham yang diperoleh dari strategi yang pasif.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai analisis market overreaction yang pernah dilakukan antara lain sebagai berikut: 1. Penelitian oleh De Bondt dan Thaler 1985 memperkenalkan market overreaction hypothesis. Penelitian ini menggunakan sampel data bulanan pasar saham Amerika New York Stock Exchange NYSE tahun 1933 hingga 1980. Mereka meneliti market overreaction dengan membentuk dua portofolio yaitu portofolio winner dan portofolio loser, serta membagi periode pengamatan selama 36 bulan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa saham-saham yang semula adalah saham loser mengungguli portofolio winner sebesar 19.6 pada periode pengujian, sedangkan saham winner berada 5 di bawah rata-rata return pasar. De Bondt dan Thaler menyatakan bahwa market overreaction terjadi karena investor cenderung untuk menilai terlalu tinggi informasi terbaru yang mengubah persepsi dan ekspektasi terhadap perusahaan, sehingga kurang memperhatikan informasi terdahulu. Kecenderungan ini mengakibatkan terjadinya overvaluation terhadap prospek perusahaan karena adanya berita baik dan undervaluation karena adanya berita buruk. Akan tetapi, hal ini tidak berlangsung lama karena pasar akan mengoreksi kesalahan tersebut dan harga akan kembali ke bentuk fundamentalnya. 2. Penelitian oleh Rowland Pasaribu pada tahun 2011 berjudul Anomali Overreaction di Bursa Efek Indonesia: Penelitian Saham LQ-45. Rowland meneliti saham-saham di BEI yang tergabung dalam LQ-45 periode 2003-2007 dengan membagi periode pengamatan selama 3 bulan, 6 bulan, dan tahunan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah cara perhitungan yang dilakukan oleh De Bondt dan Thaler dalam melakukan formasi dan observasi atau pengujian perilaku return dari portofolio tersebut. Hasil penelitian mengatakan bahwa tidak terjadi gejala anomali overreaction di BEI pada seluruh periode, sehingga strategi investasi kontrarian secara teoritis menghasilkan pertimbangan risiko yang perlu dicermati bagi investor. 3. Yunita 2012 melakukan penelitian pada perusahaan keuangan dan properti di BEI periode 2010-2011 dengan membaginya dalam tiga periode pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi efek pembalikan cumulative abnormal return dari saham loser dan saham winner, sehingga tidak memenuhi anomali overreaction. Pengujian hipotesis menyatakan bahwa tidak terjadi reaksi pasar yang berlebihan karena pola portofolio loser memiliki abnormal return negatif dan portofolio winner memiliki abnormal return positif. Terdapat perbedaan ACAR antara periode formasi dan periode pengujian berdasarkan hasil uji sampel berpasangan dengan Uji Paired-Samples bahwa portofolio loser mengalami peningkatan dan portofolio winner mengalami penurunan. Akan tetapi perbedaan tersebut sama-sama tidak signifikan sehingga tidak dapat disebut sebagai fenomena overreaction. 4. Najmudin 2012 meneliti perusahaan yang tercatat dalam Jakarta Islamic Index JII di BEI periode Januari 2004-Desember 2009 sebanyak 47 perusahaan, dan dibagi dalam enam periode pengamatan. Dari hasil pengamatan memperlihatkan terjadinya pergerakan excess return yang tidak simetris, saham loser bergerak semakin menurun begitu pula saham winner bergerak semakin menurun namun tidak setajam saham loser. Hal ini juga diperkuat dengan nilai selisih excess return keduanya yang semakin menurun. Walaupun sama-sama menurun, tetapi posisi saham loser selalu berada di bawah saham winner. Tidak ada fenomena pembalikan peran reversal dari portofolio winner dan portofolio loser pada periode pengujian. Kondisi yang diperlihatkan adalah saham winner menjadi netral, saham loser tetap dalam posisi loser dan saham loser tidak mengungguli saham winner. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak terdapat anomali winner loser pada periode pengujian di JII dalam jangka panjang. 5. Swandewi dan Mertha 2013 meneliti saham pada industri manufaktur yang terdaftar di BEI periode Januari 2009-Desember 2012. Perhitungan abnormal return portofolio saham menggunakan model disesuaikan pasar market-adjusted model dan teknik analisis data uji beda dua rata-rata Uji T-paired. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara portofolio winner dan portofolio loser. Hanya sebagian kecil saham yang memperlihatkan return yang tetap positif dan sebagian besar portofolio saham winner mengalami pembalikan return ke arah negatif. Uji beda rata-rata komulatif abnormal return portofolio winner memiliki perbedaan yang negatif dan signifikan, demikian juga dengan portofolio loser memiliki perbedaan yang positif dan signifikan untuk berbagai kelompok portofolio saham. Hal ini menunjukkan bahwa hasil