Menghindari Bahan Sutra dan Kulit Binatang Sarana Aksesibilitas

commit to user BAB II - 39 gambar-gambar salib kecuali beliau merobek-robeknya.” HR. Bukhari Abu Daud Hadits-hadits di atas demikian tegasnya melarang menggambar atau membuat patung makhluk yang bernyawa, manusia atau hewan, atau simbol-simbol syirik karena itu adalah budaya kaum musyrik dan penyembah berhala. Islam secara tegas mengharamkannya dalam memberantas segala bentuk kemusyrikan Rasulullah Shallallāhu alaihi wa sallam menganjurkan menggambar tetumbuhan atau sesuatu yang tak bernyawa. Seperti yang banyak kita lihat dalam kemegahan bangunan-bangunan Islam, biasanya berornamen dan berhiaskan garis-garis dan bentuk-bentuk geometri, tetumbuhan atau bunga- bunga yang meliuk-liuk, serta untaian Al-Qur`an yang mulia dalam keindahan kaligrafi Islam.

k. Menghindari Bahan Sutra dan Kulit Binatang

Dari Mu’awiyah radhiyall āhu ‘anhu, Rasulullah Shallallāhu alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian menaiki kain sutra dan jangan pula kulit harimau.” HR. Abu Dawud dan Turmudzi Sutra merupakan bahan mahal yang biasanya menunjukan status penggunanya yang kaya dan memiliki kehormatan, sehingga ia merasa sangat bangga akan kemewahan tersebut. Ini jelas-jelas perbuatan yang dibenci Allah. Disamping itu laki-laki diharamkan untuk memakai sesuatu yang terbuat dari sutra. Demikian pula halnya dengan kulit harimau. Hal itu merupakan perlakuan yang dinilai kejam karena melakukan penyiksaan terhadap hewan tersebut karena daging harimau adalah daging yang haram dikonsumsi. commit to user BAB II - 40

l. Sarana Aksesibilitas

“Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang- orang yang berbuat baik.” QS. Al-Baqarah [2]: 195 “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan yang sebenar- benarnya. Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” Al- Anbiyā` [21]: 35 Allah menciptakan manusia dalam berbagai keadaan dan kondisi. Ada yang baik dan ada yang buruk. Ada yang diciptakan dalam rupa yang tampan, ada pula yang buruk rupa. Ada yang diberikan kelapangan, ada pula yang diberikan kesempitan. Ada yang diberikan kekayaan, ada pula yang hidup miskin. Namun kesemuanya itu hanyalah sebagai ujian siapa di antara mereka yang paling baik amalnya. Apakah ia yang diberikan kebaikan bersyukur atau malah menyombongkan diri, seolah-olah ia sendiri yang dapat mendatangkan kebaikan itu. Dan apakah ia yang diberikan keburukan bersabar atau malah berputus asa. Sesungguhnya Allah tidak akan membebani hamba di luar kesanggupannya. Di antara saudara kita ada yang tidak dikaruniai kesempurnaan fisik sehingga dalam menjalani kehidupannya menghadapi banyak kesulitan dan hambatan. Sebagai seorang Muslim merupakan kewajiban menolong dan memberi kemudahan terhadap mereka. Dan dalam arsitektur hal tersebut diwujudkan dalam sarana aksesibilitas dengan menciptakan bangunan dan lingkungan yang aksesibel bagi semua orang termasuk penyandang cacat.

m. Tidak Ada Thiyarah