Tabel 5.17 Distribusi
Personal Hygiene Pekerja dengan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan Di TPA Cipayung Kota Depok Tahun 2010
Kejadian Dermatitis Tidak
Dermatitis Dermatitis
Total Personal
Hygiene n n n
OR 95CI Pvalue
TDK BAIK
8 40,0
12 60
20 100
0,667 0,751
BAIK 10 50,0 10 50,0 20 100
0,191-2,333
Berdasarkan tabel 5.17, responden yang mempunyai personal hygiene yang
tidak baik dan dermatitis kontak iritan sebesar 60 12 dari 20 responden dan responden yang mempunyai personal hygiene yang baik dan dermatitis kontak iritan
sebesar 50 10 dari 20 responden. Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai Pvalue 0,751, yang artinya pada
α 5 tidak ada hubungan yang signifikan antara personal hygiene dengan kejadian dermatitis kontak iritan.
g. Hubungan penggunaan APD dengan kejadian dermatitis kontak
Distribusi penggunaan APD dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja
pengolahan sampah di TPA Cipayung Kota dapat dilihat pada tabel 5.18.
Tabel 5.18 Distribusi Penggunaan APD Pekerja dengan Kejadian Dermatitis DI TPA
Cipayung Kota Depok Tahun 2010
Kejadian Dermatitis Tidak
Dermatitis Dermatitis
Total Penggunaan
APD n n n
OR 95CI Pvalue
Tdk Patuh 15
40,5 22
59,5 37
100
Patuh 3 100 0 0 3
100 0,405
0,274-0,599 0,083
Berdasarkan tabel 5.18, responden yang tidak patuh menggunakan APD dan
dermatitis kontak iritan sebesar 59,5 22 dari 37 responden dan responden yang patuh menggunakan APD dan dermatitis kontak iritan sebesar 0 0 dari 3
responden. Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai Pvalue 0,083, yang artinya pada
α 5 ada hubungan yang signifikan antara penggunaan APD dengan kejadian dermatitis kontak iritan. Selain itu didapatkan nilai OR= 0,405, yang artinya
responden yang tidak patuh memiliki kecenderungan sebesar 0,405 kali untuk terkena dermatitis kontak iritan dibanding dengan responden yang patuh
menggunakan APD.
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
Data yang diperoleh adalah data primer dengan bantuan konsulatasi dokter dan menggunakan kuesioner. Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Desain ini tidak dapat
menjelaskan hubungan sebab akibat, hanya menjelaskan hubungan keterkaitan. Meskipun demikian, desain ini dipilih karena paling sesuai dengan tujuan
penelitian, serta efektif dari segi waktu dan biaya. 2.
Hasil penelitian sangat dipengaruhi oleh kejujuran pekerja dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan setiap variabel.
3. Pada penelitian ini peneliti tidak melihat variabel suhu, kelembaban, dan
konsentrasi tidak di ukur karena pekerja kerja berpindah- pindah dan berada di luar ruangan.
4. Variabel tekstur kulit dan obatpengobatan, tidak diteliti karena keterbatasan
pengetahuan peneliti dalam mengukurnya. 5.
Pada peelitian ini tidak dibantu oleh dokter spesialis kulit, sehingga dermatitis kontak yang terjadi hanya dilihat secara umum dari gejala-gejala dan
pemeriksaan fisik.
6.2 Kejadian Dermatitis Kontak
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 40 pekerja pengolah sampah, 22 pekerja 55 mengalami dermatitis. Penelitian tersebut sejalan dengan Hasil
penelitian Dinny Suryani pada pemulung sampah di LPA Benowo Surabaya, didapat 24,1 pegangkut sampah yang menderita dermatosis akibat kerja.
Dermatitis kontak iritan adalah peradangan yang disebabkan oleh zat yang ditemukan pada tempat kerja yang bersentuhan langsung dengan kulitCCOHS, 2010.
Di tempat kerja, kasus dermatitis iritan yang dapat terjadi adalah dermatitis yang bersifat akut dan kumulatif. Dermatitis iritan akut sering timbul akibat kecelakaan atau akibat
kebiasaan kerja yang buruk, misalnya tidak memakai sarung tangan, sepatu bot, atau apron bila diperlukan, atau kurang berhati-hati saat menangani iritan. Sedangkan
dermatitis kumulatif disebabkan kontak kulit berulang dengan iritan lemah. Begitu pula yang terjadi pada pekerja pengolahan sampah, pekerja dapat mengalami dermatitis
kontak iritan akut maupun kumulatif jika tidak berhati-hati dalam melakukan pekerjaannya, yang selalu kontak dengan sampah yang juga mengandung zat-zat iritan .
Sampah merupakan kumpulan dari berbagai zat yang telah terakumulasi, yang berasal dari sisa-sisa aktifitas makhluk hidup. Zat-zat tersebut antara lain, Sodium Lauryl Sulfate
SLS dan Ammonium Lauryl Sulfate ALS yang terdapat pada shampoo, pasta gigi,
sabun wajah, pembersih badan dan sabun mandi, Propylene Glycol yang terdapat pada kosmetik, dan Isopropyl Alcohol yang terdapat pada produk perawatan kulit. Selain itu
pada tanaman juga terdapat zat-zat yang dapat menyebabkan dermatitis kontak, antara lain racun ivy tanaman merambat, racun pohon ek, sejenis rumput liar, dan primros.