a. Dermatitis pada tangan
Kejadian dermatitis kontak baik iritan maupun alergik paling sering di tangan. Demikian pula dermatitis kontak akibat kerja paling banyak ditemukan di
tangan. Sebagian besar memang disebabkan oleh bahan iritan. Bahan penyebabnya misalnya deterjen, antiseptik, getah sayurantanaman, semen dan pestisida.
Gambar 2.1 Dermatitis pada tangan
b. Dermatitis pada wajah
Dermatitis kontak pada wajah dapat disebabkan bahan kosmetik, obat topikal, alergen yang ada di udara, nikel tangkai kaca mata. Bila di bibir atau
sekitarnya mungkun disebabkan oleh lipstik, pasta gigi dan getah buah-buahan. Dermatitis di kelopak mata dapat disebabkan oleh cat kuku, cat rambut, perona mata
dan obat mata.
Gambar 2.2 Dermatitis pada wajah
c. Dermatitis pada lengan
Alergen umumnya seperti pada tangan, misalnya oleh jam tangan nikel, sarung tangan karet, debu semen dan tanaman.
Gambar 2.3 Dermatitis pada lengan
Sumber: skinsight.com d.
Dermatitis pada kaki
Dermatitis pada kaki biasanya terjadi pada paha dan tungkai bawah. Dermatitis pada bagian ini disebabkan oleh pakaian, dompet, kunci nikel di saku,
kaos kaki nilon, obat topikal anestesi lokal, neomisin, etilendiamin, semen,sandal dan sepatu.
Gambar 2.4 Dermatitis pada kaki
Sumber: herbal-software.com
2.6.2 Kondisi Kulit
Kondisi kulit yang berhubungan dengan dermatitis adalah trauma mekanis yang meliputi gesekan, tekanan, lecet, luka dan memar goresan, luka dan memar. Trauma di
tempat kerja bisa ringan, sedang, atau berat dan terjadi sebagai peristiwa tunggal atau berulang. Gesekan hasil dalam pembentukan sebuah melepuh atau kalus. luka kulit
lainnya dapat terjadi dari kontak dengan benda tajam atau dari diserang oleh benda berat. Sebuah contoh bahan yang dapat menyebabkan adalah kaca berserat, yang dapat
menyebabkan iritasi, gatal, dan menggaruk. Sekunder, infeksi dapat mempersulit lecet, kapalan, atau istirahat di kulit. NIOSH, 2010
Trauma gesekan berulang dalam kelas rendah sering memainkan peran dalam pengembangan dermatitis kontak alergi dan dermatitis kontak iritan. Dermatitis kontak
iritan friksional sering menyebabkan pengerasan progresif, penebalan dan ketangguhan wilayah yang terkena dampak. dermatitis facts, 2010
2.6.3 Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku Wabster’s New World Dictionary. Dalam hal
penyakit kulit perempuan dikatakan lebih berisiko mendapat penyakit kulit akibat kerja dibandingkan dengan pria.
2.6.4 Ras
Faktor individu yang meliputi jenis kelamin, ras dan keturunan merupakan pendukug terjadinya dermatitis kerja HSE, 2000. Ras Manusia adalah karakteristik luar
yang diturunkan secara genetik dan membedakan satu kelompok dari kelompok lainnya. Ras manusia dapat dikategorikan sebagai berikut, yaitu:
a. Ras Khoisan orang Bushmen atau Hottentot dari Afrika Selatan Ras manusia yang mendiami daerah barat daya Afrika, terutama di
Namibia, Botswana dan Afrika Selatan. Ras ini adalah ras yang sangat menarik sebab dianggap ras tertua atau cabang pertama yang berpisah dari ras utama
manusia lainnya. b. Ras Australoid
Ras manusia yang mendiami bagian selatan India, Sri Lanka, beberapa kelompok di Asia Tenggara, Papua, kepulauan Melanesia dan Australia. Ciri
khas utama ras ini ialah berambut keriting hitam dan berkulit hitam. Namun beberapa anggota ras ini di Australia berambut pirang dan rambutnya tidaklah
keriting melainkan lurus. Selain itu beberapa orang Asli di Malaysia kulitnya juga tidak selalu hitam dan bahkan menjurus putih.
c. Ras Negroid Kulit Hitam Ras manusia yang banyak mendiami benua Afrika di sebelah selatan
gurun Sahara. Keturunan mereka banyak mendiami Amerika Utara, Amerika Selatan dan juga Eropa serta Timur Tengah. Ciri khas utama anggota ras negroid
ini ialah kulit yang berwarna hitam dan rambut keriting. Meski begitu anggota ras Khoisan dan ras Australoid yang berkulit hitam dan berambut keriting
tidaklah termasuk ras manusia ini. d. Ras Kaukasoid Kulit Putih
Ras manusia yang sebagian besar menetap di Eropa, Afrika Utara, Timur Tengah, Pakistan dan India Utara. Keturunan mereka juga menetap di Australia,
Amerika Utara, sebagian dari Amerika Selatan, Afrika Selatan dan Selandia Baru. Anggota ras Kaukasoid biasa disebut berkulit putih, namun ini tidak
selalu benar. Oleh beberapa pakar misalkan orang Ethiopia dan orang Somalia dianggap termasuk ras Kaukasoid, meski mereka berambut keriting dan berkulit
hitam, mirip dengan anggota ras Negroid. e. Ras Mongoloid Kulit Putih
Ras manusia yang sebagian besar menetap di Asia Utara, Asia Timur, Asia Tenggara, Madagaskar di lepas pantai timur Afrika, beberapa bagian India
Timur Laut, Eropa Utara, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Oseania. Anggota ras Mongoloid biasa disebut berkulit kuning, namun ini tidak selalu
benar. Orang Indian di Amerika dianggap berkulit merah dan orang Asia Tenggara seringkali berkulit coklat muda sampai coklat gelap. Ciri khas utama
anggota ras ini ialah rambut berwarna hitam yang lurus, bercak mongol pada saat
lahir dan lipatan pada mata yang seringkali disebut mata sipit. Selain itu anggota ras manusia ini seringkali juga lebih kecil dan pendek daripada ras Kaukasoid.
Charles darwin Berdasarkan ras, ras Kaukasia lebih rentan terhadap dermatitis kontak
iritan dari pada Black Afrika,dan Afrika-Amerika.
2.6.5 Riwayat Alergi Keluarga
Dalam melakukan diagnosis dermatitis kotak dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah dengan melihat sejarah dermatologi termasuk riwayat keluarga,
aspek pekerjaan atau tempat kerja, sejarah alergi misalnya alergi terhadap obat-obatan tertentu, dan riwayat lain yang berhubungan dengan dermatitis Putro, 1985.
Alergi dapat diturunkan dari orang tua atau kakeknenek pada penderita. Bila ada orang tua menderita alergi kita harus mewaspadai terhadap alergi pada anak sejak dini.
Bila ada salah satu orang tua yang menderita gejala alergi maka dapat menurunkan resiko pada anak sekitar 20-40, kedua orang tua alergi resiko meningkat menjadi 40-
80. Sedangkan bila tidak ada riwayat alergi pada kedua orang tua maka resikonya adalah 5-15. Pada kasus terakhir ini bisa saja terjadi bila nenek, kakek atau saudara
dekat orang tuanya mengalami alergi. Bisa saja alergi pada saat anak timbul, setelah menginjak usia dewasa akan banyak berkurang. Widodo Judarwanto, 2000
Jelas bahwa faktor-faktor keturunan ikut memegang peranan. Jika kedua orangtua memiliki dermatitis atopik, sekitar 80 anak-anaknya mengalami perubahan
yang sama pada keadaan kulitnya. Sylvia A. Price dkk, 2005
Berdasarkan penelitian Fatma, dkk pada pekerja di PT IPPI, diketahui responden yang tidak mempunyai riwayat alergi keluarga dan dermatitis sebesar 44,4, sedangkan
responden yang mempunyai riwayat alergi keluarga dan dermatitis kontak sebesar 57,7.
2.6.6 Riwayat Pekerjaan sebelumnya
Umumnya pekerja di indonesia pernah bekerja pada lebih dari satu tempat kerja. Hal ini memungkinkan terdapat pekerja yang sebelumnya telah terkena penyakit akibat
kerja dan terbawa hingga ke tempat kerja yang baru. Pada pekerjaan sebelumnya memilki riwayat penyakit dermatitis, merupakan kandidat utama untuk terkena penyakit
dermatitis. Hal ini karena kulit pekerja tersebut sensitif terhadap berbagai macam zat kimia. Jika terjadi inflamasi maka zat kimia akan lebih mudah dalam mengiritasi kulit,
sehingga kulit lebih mudah terkena dermatitis Cohen, 1999. Berdasarkan penelitian Fatma, dkk pada pekerja di PT IPPI, diketahui adanya
hubungan yang bermakna antara riwayat pekerjaan sebelumnya dengan kejadian dermatitis kontak., yaitu dengan P value sebesar 0,042 .
2.6.7 Usia
Usia merupakan salah satu unsur yag tidak dapat dipisahkan dari individu. Selain itu usia juga merupakan salah satu faktor yang dapat memperparah terjadinya dermatitis
kontak. Walaupun untuk usia yang dapat terkena dermatitis tidak spesifik, tetapi ada kesepakatan luasbahwa insiden mengikuti distribusi bimodal, dengan satu puncak
selama tahun-tahun awal kerja dan yang lainnya di usia menengah. HSE, 2000. Pekerja
yang lebih muda biasanya ditempatkan pada area yang langsung berhubungan dengan bahan kimia dibandingkan pekerja yang tua. Pekerja muda juga memiliki kecenderungan
untuk tidak menghargai keselamatan dan kebersihan, sehingga berpotensi terkena kontak dengan bahan kimia. Selain itu pekerja yang lebih tua biasanya lebih banyak memilki
pengalaman. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi kulit mereka. Pada usia kulit yang lebih tua menjadi lebih kering dan lebih rentan terhadap infeksi Cohen, 1999.
Pada pekerja dengan usia lanjut terjadi peningkatan kerentanan terhadap bahan iritan dan kegagalan dalam pengobatan, sehingga timbul dermatitis kronik Cronin, 1980.
Dari sisi usia, umur 15-24 tahun merupakan usia dengan insiden penyakit kulit akibat kerja tertinggi. Hal tersebut disebabkan pengalaman yang masih sedikit dan
kurangnya pemahaman mengenai kegunaan alat pelindung diri. suara pembaruan, 2010.
Hubungan antara kejadian dermatitis dengan umur, dapat terlihat dari beberapa penelitian terdahulu, yaitu:
a. Pada penelitian Dinny Suryani di LPA Benowo Surabaya terdapat hubungan
yang signifikan antara usia dengan kejadian dermatitis. b.
Penelitian yang dilakukan oleh Trihapsoro 2008 terhadap pasien rawat jalan di Sub Bagian Alergi Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUP H.
Adam Malik Medan dengan diagnosis dermatitis kontak alergik, berdasarkan penelitian tersebut diperoleh hasil kelompok usia tertinggi pada perempuan
adalah 31-40 tahun 17,5 dan pada laki-laki adalah 61-70 tahun 12,5. Kelompok usia terendah pada perempuan adalah 10-20 tahun dan 41-50 tahun
masing-masing 12,5 dan pada laki-laki 21-30 tahun dan 41-50 tahun masing-masing 5,0.
c. Penelitian PT Inti Pntja Press Industri IPPI, berdasrkan hasil analisis
hubungan antara usia pekerja dengan kejadian dermatitis diperoleh sebanyak 26 dari 43 pekerja yang berusia
≤ 30 tahun terkena dermatitis kontak dan untuk pekerja yang berusia 30 tahun yang terkena dermatitis kontak sekitar
13 orang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pekerja muda lebih beresiko terkena dermatitis kontak. MAKARA, 2007
d. Pada penelitian Diepge, dkk tahun 2003 pada pekerja konstruksi, didapatkan
sebesar 47 pekerja pada usia muda 18-39 tahun.
2.6.8 Personal Hygiene
Kebersihan Perorangan adalah konsep dasar dari pembersihan, kerapihan dan perawatan badan kita. Sangatlah penting untuk pekerja menjadi sehat dan selamat
ditempat kerja. Kebersihan perorangan pekerja dapat mencegah penyebaran kuman dan penyakit, mengurangi paparan pada bahan kimia dan kontaminasi, dan melakukan
pencegahan alergi kulit, kondisi kulit dan sensitifitas terhadap bahan kimia. Kebersihan perorangan yang dapat mencegah terjadinya dermatitis kontak antara lain:
a. Mencuci tangan
Personal hygiene ini dapat digambarkan melalui kebiasaan mencuci
tangan, karena tangan adalah anggota tubuh yang paling sering kontak dengan bahan kimia. Kebiasaan mencuci tangan yang buruk justru dapat memperparah
kondisi kulit yang rusak. Kebersihan pribadi merupakan salah satu usaha pencegahan dari penyakit kulit tapi hal ini juga tergantung fasilitas kebersihan
yang memadai, kualitas dari pembersih tangan dan kesadaran dari pekerja untuk memanfaatkan segala fasilitas yang ada Cohen, 1999.
Dalam melakukan aktivitasnya pekerja sebaiknya mencuci tangannya secara berkala selama sehari, yaitu:
• Sebelum dan sesudah menggunakan toilet, sebelum atau sesudah melakukan aktivitas tertentu.
• Sebelum, selama sesudah menyiapakan makanan, sebelum beristirahat makan, minum, merokok.
• Ketika batuk, bersin meniup hidung, dan pekerja berada didekat seseorang yang sedang sakit untuk mengontrol penyebaran kuman yang dapat
menyebabkan pilek dan flu • Ketika memasak membungkus makanan, mencegah makanan dari kerusakan
dan mengurangi kontaminasi. Ketika menangani makanan jangan menggaruk memegang telinga, hidung, mulut, ataui luka terbuka. Cuci tangan setelah
menggunakan sarung tangan atau tissue. HiperKes, 2010 Mencuci tangan bukan hanya sekedar meggunakan sabun dan
membilasnya dengan air, tetapi mencuci tangan memiliki prosedur juga agar tangan kita benar-benar dikatakan bersih. Kesalahan dalam mencuci tangan
ternyata kedapat menjadi salah satu penyebab dermatitis, misalnya kurang bersih dalam mencuci tangan dan kesalahan dalam pemiliha jenis sabun yang dapat
menyebabkan masih terdapatnya sisa-sisa bahan kimia yang menempel pada
permukaan kulit, dan kebiasaan tidak megeringkan tangan setelah selesai mencuci tangan yang dapat meyebabkan tangan menjadi lembab. Oleh karena itu
World Health Organization 2005 merekomendasikan cara mencuci tangan
yang baik, yaitu minimal menggunakan air dan sabun. Cara memcuci tangan yang baik dapat terlihat dalam gambar berikut ini.
GAMBAR 2.5
Cara Mencuci Tangan dengan Antiseptik
Sumber:WHO, 2005
GAMBAR 2.6
Cara Mencuci Tangan dengan Sabun dan Air
Sumber:WHO, 2005
Mencuci tangan dapat mencegah terjadinya dermatitis kontak tetapi dalam pekerjaan yang melibatkan berulang mencuci tangan atau paparan
berulang kulit terhadap air, bahan makanan, dan iritan lanilla dapat menyebabkan resiko dermatitis kontak iritan. Prevalensi dermatitis tangan kerja ditemukan
menjadi 55,6 dalam 2 unit perawatan intensif dan 69,7 pada pekerja paling tinggi terkena yang melaporkan frekuensi mencuci tangan 35 kali per shift.
Frekuensi cuci tangan lebih dari 35 kali per shift dikaitkan kuat dengan dermatitis tangan kerja. emedicine.medscape, 2007
b. Mencuci Pakaian