Ion Flour Kerangka Teori

Fluorin ditemukan sebagai fluor di persekitaran dan merupakan 0.06-0.09 persen dari kerak bumi. Fluor dijumpai pada konsentrasi yang signifikan pada berbagai mineral termasuklah fluorspar, batu fosfat, cryolite, apatit, mica, hornblende dan lain-lain Murray,1986. WHO, 2006.

2.5 Flouride

Flouride merupakan senyawa biner atau garam dari flour dan elemen lain. Contoh flouride yaitu Sodium flouride, Calsium flouride, keduanya termasuk padatan putih. Sodium flouride mudah larut dalam air sedangkan Calsium flouride tidak mudah larut dalam air ATSDR, 2003. Fluoride adalah mineral fluor yang sering ditemukan dengan solubility yang rendah pada batu igneous dan batu sedimen. Fluor biasa dikaitkan dengan aktivitas vulkano dan gas fumarolik. Kolam air panas, terutamanya dengan airnya pada kadar pH yang tinggi juga mengandung konsentrasi fluor yang tinggi Edmunds dan Smedley,1996. Antara mineral yang digunakan secara komersil termasuk cryolite dan batu fosfat. Garam fluor cryolite digunakan untuk produksi aluminium Murray,1986 dan juga sebagai pestisida USEPA,1996. Batu fosfat pula dikonversikan kepada pupuk fosfat dengan mengurangkan kadar fluor sehingga 4.2 persen Murray,1986. Sementara fluor yang telah di purifikasi sebagai fluorosilika merupakan sumber fluor disesetengah negara untuk dimasukkan ke dalam air minum demi untuk mencegah berlakunya karies gigi Reeves,1986,1994.

2.5.1 Flouride Masuk ke Lingkungan

Flouride terjadi secara alami dalam kerak bumi, ditemukan dalam batuan, batu bara, tanah liat, dan tanah. Flouride dilepaskan ke udara dari dalam tanah yang tertiup oleh angin seperti hidrogen flouride yang mengandung unsur flouride. Sumber alami terbesar dari hidrogen flouride yaitu letusan gunung berapi. Flour tidak bisa hancur dalam lingkungan, hanya bisa mengubah bentuk. Flouride yang masuk ke atmosfer dari letusan gunung berapi, pembangkit listrik, dan proses suhu yang tinggi akan melekat pada partikel yang sangat kecil ATSDR, 2003. Flouride yang melekat pada partikel yang sangat kecil akan tetap diudara selama beberapa hari. Gas hidrogen flouride akan diserap oleh hujan akan menjadi awan atau kabut untuk membentuk asam flouride yang akan jatuh ke tanah saat terjadi hujan. Flouride yang dilepaskan ke udara akan jatuh ke tanah atau air. Dalam air, flouride berasosisasi dengan berbagai elemen seperti alumunium di air tawar, kalsium dan magnesium dalam air laut, sehingga flouride menetap dan melekat dalam partikel sedimen. Ketika didarat, flouride sangat melekat pada tanah dan membentuk serta berasosiasi sangat kuat dengan komponen tanah. Flouride yang ada di tanah akan menumpuk pada tanaman, jumlah flouride dalam tanaman tergantung jenis tanaman, sifat tanah, jumlah dan bentuk flouride dalam tanah ATSDR, 2003.

2.5.2 Pemaparan Flouride di Air

Flouride ditemukan diseluruh perairan alami pada beberapa konsentrasi. Air laut biasanya mengandung sekitar 1 mgl, sedangkan air sungai dan danau pada umumnya menunjukan konsentrasi kurang dari 0,5 mgl. Konsentrasi tinggi atau rendahnya flouride tergantung pada sifat dari batuan dan mineral Hem,1989. Flouride dapat ditemukan dalam air minum alami karena berasal dari komposisi geologi tanah. Beberapa daerah di setiap negara flouride memiliki tingkat alami. Flouride juga dapat ditambahkan dalam pasukan air minum masyarakat sebagai ukuran keseimbangan dalam menjaga kesehatan masyarakat, namun penambahan flouride kedalam air minum tergantung pada keputusan pemerintah setempat CDC, 2013. Tingkat rata-rata flouride dalam permukaan air sekitar 0,2 ppm, sedangkan tingkat flouride dalam air sumur berkisar 0,02-1,5 ppm, tetapi sering melebihi 1,5 ppm. Paparan flouride terdapat dalam air minum dan makanan yang mengandung flourideATSDR,2003.

2.5.3 Pemaparan Flouride di Udara

Debu, produksi industri pupuk fosfat, abu batu bara dari pembakaran batu bara dan aktivitas gunung berapi akan didistribusikan secara luas ke atmosfer, namun udara hanya mengandung sebagaian dari total eksposur flouride USNRC, 1993. Pada daerah yang non-industri, konsentrasi flouride di udara biasanya sangat rendah sekitar 0,05-1,90 mgm 3 Murray, 1986. Dibeberapa provinsi China, konsentrasi flouride di udara berkisar 16-46 mgm 3 karena pembakaran batu bara dalam ruangan untuk memasak WHO, 2006.

2.5.4 Pemaparan Flouride dalam Produk Pasta Gigi

Sejumlah produk yang mengandung flouride digunakan anak-anak untuk mengurangi pembusukan gigi, termasuk pasta gigi yang memiliki kandungan flouride berkisar 1,0-1,5 gkg, dan gel untuk pengobatan tropikal berkisar 0,25- 24,0 gkg, tablet 0,25, 0,50 dan 1,00 mgtablet. Produk ini berkonstribusi secara langsung terhadap pemaparan flouride, meskipun memiliki kandungan yang berbeda-beda. Diperkirakan bahwa menelan paste gigi oleh anak-anak dapat berkontribusi sekitar 0,50 sampai 0,75 mganakhari Murray, 1986.

2.5.5 Pemaparan Flouride dalam Makanan dan Minuman selain Air

Sayuran dan buah-buahan biasanya memiliki tingkat kandungan flouride yang rendah. Konsentrasi flouride dalam sayuran dan buah-buahan berkisar 0,1- 0,4 mgkg, dengan demikian sayuran dan buah-buahan memberikan kontribusi paparan yang sedikit. Namun, konsentrasi flouride yang tinggi telah ditemukan di barley dan beras berkisar 2 mgkg. Sedangkan talas, ubi jalar dan singkong telah ditemukan mengandung kadar flouride yang relatif tinggi Murray,1986. WHO, 2006. Secara umum tingkat konsentrasi flouride dalam daging dan ikan relatif rendah, 0,2-1,0 mgkg untuk daging dan 2-5 mgkg untuk ikan. Namun, flouride terakumulasi dalam tulang dan tulang ikan kaleng, seperti salmon dan sarden yang akan dikonsumsi. Bahkan, dengan mengkonsumsi ikan yang relatif tinggi dalam campuran diet, asupan flouride dari ikan akan melebihi 0,2 mghari Murray, 1986. Susu memiliki kandungan flouride yang rendah, kandungan flouride dalam susu yaitu 0,02 mgl dan aman untuk dikonsumsi, sedangkan susu sapi memiliki kandungan flouride berkisar 0,02-0,05 mgl Murray, 1986. Sehingga susu memiliki paparan flouride sangat rendah. Teh memiliki kandungan flouride yang tinggi yaitu 400 mgkg berat kering. Paparan flouride karena mengkonsumsi teh telah dilaporkan berkisar 0,04 mg sampai 2,7 mgoranghari Murray, 1986. WHO, 2006. 2.6 Metabolisme Flouride 2.6.1 Metabolisme Absopsi pada Flouride Sekitar 75-90 persen dari flouride yang diserap akan dicerna. Dalam asam lambung, flouride akan diubah menjadi hidrogen flouride HF dan sampai sekitar 40 persen flouride yang tertelan akan diserap oleh lambung sebagai HF. pH lambung yang tinggi akan mengurangi penyerapan lambung dengan cara menurunkan penyerapan konsentrasi HF. Flouride yang tidak diserap dalam lambung akan diserap dalam usus dan dipengaruhi oleh Ph disekitar Whitford, 1997; IPCS, 2002; WHO, 2006.

2.6.2 Metabolisme Distribusi pada Flouride

Setelah diserap ke dalam darah, flouride akan mudah mendistribusikan ke seluruh tubuh. Sekitar 99 persen dari beban tubuh, flouride akan disimpan dalam daerah yang kaya kalsium seperti tulang dan gigi. Pada bayi, sekitar 80 sampai 90 persen dari jumlah yang diserap, flouride akan dipertahankan tetapi pada orang dewasa sekitar 60 persen flour akan masuk melintasi plasenta dan ditemukan dalam susu ibu WHO, 1996; IPCS, 2002. Dalam kondisi tertentu, kadar plasma memberikan indikasi tingkatan flouride dalam air minum yang dikonsumsi. USNRC 1993 mencatat bahwa air merupakan sumber utama asupan flouride, konsentrasi flouride pada plasma orang dewasa muda atau setengah baya yang sehat dinyatakan dalam µml, sedangkan konsentrasi flouride dalam air minum dinyatakan sebagai mgl. Tingkatan flouride yang ditemukan di tulang bervariasi tergantung dengan usia dan jenis kelamin dari individu. Tulang yang memiliki kandungan flouride akan dianggap sebagai refleksi dari paparan jangka panjang flouride IPCS, 2002.

2.6.3 Metabolisme Ekresi pada Flouride

Flouride diekresikan terutama melalui urin IPCS, 2002. Pembersihan flouride dalam urin dengan meningkatkan Ph urin karena penurunan akan menurunkan konsentrasi HF. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pH urin seperti diet dan obat-obatan, dengan demikian akan mepengaruhi pemberishan flouride dan penyimpanan USNRC, 1993.

2.7 Dampak Flouride terhadap Kesehatan

Beberapa penelitian telah melaporkan tentang efek akut paparan flouride yang berlebihan. Namun, efek dari paparan jangka panjang flouride dalam air minum dan sumber lingkungan lainnya merupakan masalah utama yang berkaitan dengan kesehatan manusia. banyak studi epidemiologi telah dilakukan di beberapa negara terkait efek paparan jangka pajang flouride. Ilmuwan kesehatan juga meningatkan bahwa air dengan tambahan flouride memiliki konsekuensi bahaya jangka panjang terhadap kesehatan.

2.7.1 Dampak Flouride terhadap Gigi

Tingginya kadar flouride dalam air yang mencapai 10 mgl akan menyebabkan flourosis gigi kekuningan, kecoklatan, atau bintik bintik pada gigi Edmunds dan Smedlet, 1996. Kelebihan asupan flouride dapat menyebabkan flourosis gigi, dalam kasus yang lebih parah dapat menyebabkan karies gigi. Program kesehatan masyarakat berusaha untuk mempertahankan keseimbangan batas dampak menguntungkan dan merugikan dari flouride IPCS, 2002.

2.7.2 Dampak Flouride terhadap Tulang

Endemik flourosis tulang telah terdokumentasi dengan baik dan diketahui dengan berbagai tingkat keparahan di beberapa bagian dunia, termasuk India, China dan Afrika Selatan. Flourosis tulang menjadi permasalahan utama karena dikaitkan dengan konsumsi air minum yang mengandung flouride. Selain air minum, sumber tambahan seperti batu bara yang mengandung konsentrasi flouride juga berpotensi menyebabkan flourosis tulang. Masalah ini akan lebih parah apabila ditambah dengan faktor faktor lain seperti iklim, konsumsi air, status gizi, dan diet, termasuk tambahan sumber flouride serta paparan zat lain yang mengubah penyerapan flouride ke dalam tubuh. Paparan konsentrasi flouride yang tinggi di udara juga menjadi penyebab flourosis tulang IPCS,2002.

2.7.3 Dampak Flouride terhadap Kecerdasan Anak

Flouride menurunkan kapasitas kecerdasan manusia, terutama pada anak- anak yang menjadi korban petama keracunan flouride. Tingkat kecerdasan anak- anak yang menggunakan flouride secara signifikan lebih rendah dari anak-anak yang tidak diberikan flouride pada kelompok usia yang terdaftar Li, 1995. Flouride dapat menghasilkan kerugian pada perubahan biokimia dan fungsional dalam pengembangan otak manusia. pemaparan dimulai dengan flouride dalam darah ibu yang melewati plasenta ke janin dan berlanjut selama masa kanak- kanak, serta dari flouride dalam makanan dan air minum. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Li, tingkat tinggi flouride dalam air minum menghasilkan asupan yang lebih besar Li, 2000.

2.7.4 Dampak Flouride lainnya

Sejumlah penelitian epidemiologi telah dilakukan untuk meneliti dampak yang merugikan lain dari paparan flouride, baik dari air minum maupun dari paparan akibat pekerjaan. Studi tentang paparan ibu terhadap flouride dalam air minum dan hasil kehamilan yang merugikan menunjukan tidak ada peningkatan resiko baik aborsi spontan atau cacat bawaan. Tidak ada bukti yang wajar terhadap dampak flouride pada pernapasan, hematopatik, hati atau sistem ginjal pada pekerja. Selain itu, penelitian yang telah membuktikan bahwa flouride menyebabkan dampak genotoksik karen mayoritas flouride diekskresikan melalui ginjal USNRC, 1993. Oleh karena itu, wajar apabila orang-orang dengan gangguan fungsi ginjal mungkin berada pada risiko yang lebih besar terkena toksisitas dari flouride daripada orang yang tidak memiliki gangguan ginjal.

2.7.5 Dampak Akut Flouride

Sejumlah insiden terjadi overdosis, terutama pada persediaan air yang sedikit sehingga adanya flouridasi buatan. Dimana insiden keracunan akut telah dilaporkan karena overdosis flouride pada pasokan air, sehingga kadar flouride berkisar 30-1000 mgl Peterson, 1988. Untuk menunjukan tanda-tanda bahwa terjadi keracunan akut flouride yaitu dengan memperkirakan dosis oral minimal 1 mg flouride per kg berat badan yang diperlukan WHO,2006. Dosis tersebut dapat diperkitrakan pada air dengan flouride dekitar 30 mgl.

2.8 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Risiko adalah suatu konsep matematis yang mangacu pada kemungkinan terjadinya efek yang tidak diinginkan akibat paparan suatu polutan. Pengkajian risiko digunakan sebagai suatu proses untuk mengukur atau menetukan sifat dan besarnya risiko, untuk mengestimasi besarnya risiko merupakan salah satu hal yang harus dilakukan adalah pembuktian hubungan dosis-efek pada individu atau hubungan dosis efek pada populasi. Hubungan dosis efek memberikan informasi tentang bagaimana risiko meningkat akibat peningkatan paparan WHO, 2000. Kemudian menurut Kepmen Nomor 876 2001 analisis risiko kesehatan lingkungan adalah suatu pendekatan untuk mencermati potensi besarnya risiko yang dimulai dengan mendiskripsikan masalah lingkungan yang telah dikenal dan melibatkan penetapan risiko pada kesehatan manusia yang berkaitan dengan masalah lingkungan yang bersangkutan. Analisis risiko kesehatan biasanya berhubungan dengan masalah lingkungan saat ini atau di masa lalu. Gambar 2.1 Pola Pajanan Dosis Efek Diadopsi dari WHO 2006; Ott 2007 dalam EPA: Exposure Factors Handbook 2011 Gambar diatas merupakan pola pajanan dosis efek yang menjelaskan agen lingkungan hingga menyebabkan efek. Agen dapat disebarkan melalui berbagai wahana lingkungan seperti udara, air, tanah, debu, dan makanan. Individu dapat bersentuhan dengan agen melalui inhalasi, menelan, atau kontak dengan kulit dan mata. Pola fisikologi, perilaku, aktivitas individu serta konsentrasi agen menentukan besar, frekuensi, dan durasi paparan. Setelah agen melintasi penghalang penyerapan seperti kulit, paru-paru, mata, saluran pencernaan, maupun plasenta, paparan akan menjadi dosis serapan. Interaksi bahan kimia atau metabolitnya dengan jaringan target dapat menyebabkan hasil yang merugikan bagi kesehatan WHO, 2006; Ott, 2007; dalam EPA: Exposure Factors Handbook, 2011. Proses penilaian risiko mencakup empat langkah: identifikasi bahaya, karakterisasi bahaya penilaian dosis-respon, penilaian paparan, dan karakterisasi risiko. Keempat komponen tersebut merupakan komponen pertama dalam proses analisis risiko IPCS, 2004.

2.8.1 Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya adalah tahap pertama dalam dari empat langkah dalam penilaian risiko. Identifikasi bahaya bertujuan untuk menentukan jenis dan sifat zat toksik yang berpotensi menimbulkan efek samping terhadap suatu organisme, sistem, atau subpopulasi IPCS, 2004. Identifikasi bahaya bertujuan untuk menentukan keberadaan bahaya lingkungan yang berupa zat-zat toksik atau kondisi-kondisi spesifik yang berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan pada suatu lokasi tertentu Rahman, 2004. Dalam mengidentifikasi bahaya ini perlu diketahui efek yang akan ditimbulkan oleh risk agent dan seberapa cepat menimbulkan efek dan lama memeberikan efeknya. Identifikasi bahaya adalah mengenal dampak buruk kesehatan yang disebabkan oleh pemajanan suatu bahan dan memastikan mutu serta kekuatan bukti-bukti yang mendukungnya daya racun sistematik dan karsinogenik Kemenkes, 2001.

2.8.2 Analisis Dosis Respon

Analisis dosis respon adalah cara untuk melihat daya racun yang terkandung dalam suatu bahan atau untuk menjelaskan bagaimana suatu kondisi pemajanan cara, dosis, frekuensi, dan durasi oleh suatu bahan berhubungan dengan timbulnya dampak kesehatan Kemenkes, 2001. Menurut Departement of Health and Ageing 2012 penilaian dosis- respons digunakan untuk meneliti hubungan kuantitatif antara paparan dan efek samping. Analisis dosis respon di dalam ARKL disebut dose-response assessment atau toxicity assessment. Seperti definisi dari Departemen of Health Ageing, bahwa dose response assessment digunakan untuk menerapkan nilai-nilai kuantatif toksistas risk agent untuk setiap bentuk spesi kimia. Toksisitas dinyatakan sebagai dosis referensi reference dose, RfD untuk efek-efek nonkarsinogenik dan Cancer Slope Factor CSF atau Cancer Unit Risk CCR untuk efek-efek karsinogenik. Analisis dosis-respon merupakan tahap paling menentukan. Hal ini dikarenakan bahwa ARKL hanya bisa dilakukan untuk risk agent yang sudah ada dosis-responnya Rahman, 2007. RfD adalah estimasi dosis pajanan harian untuk populasi manusia yang diperkirakan tidak menyebabkan risiko kesehatan non kanker sepanjang hayat EPA, 2011. Dosis refernsi dibedakan untuk pajanan oral atau tertelan ingesti untuk makanan dan minuman yang disebut RfD dan untuk pajanan inhalasi yang disebut reference concentration RfC. Dalam analisis dosis-respon, dosis dinyatakan sebagai risk agent yang terhirup inhaled, tertelan ingested dan terserap melalui kulit absorbed per kg berat badan per hari mgkghari. Respon atau efek nonkarsinogenik yang disebut juga efek sistemik, yang ditimbulkan oleh dosis risk agen tersebut dapat beragam, mulai dari yang tidak teramati yang sifatnya sementara, kerusakan organ yang menetap, kelainan fungsional yang kronik, sampai kematian Rahman, 2007. Dosis yang digunakan untuk menetapkan RfD adalah dosis yang menyebabkan efek paling rendah atau NOAEL No Observed Adverse Effect Level atau LOAEL Lowest Observed Adverse Effect Level Rahman, 2007. NOAEL adalah dosis tertinggi suatu zat kimia yang tidak menunjukkan efek merugikan bagi organisme. NOAEL dinyatakan dalam mg atau µg per kg berat per hari. Sedangkan LOAEL merupakan dosis atau konsentrasi terendah suatu zat kimia yang ditemukan melalui percobaan atau observasi dan dapat menyebabkan efek buruk pada organisme WHO, 2000. RfD yang digunakan untuk menentukan dosis paparan flouride yaitu sebesar 6 x10 -2 mgkg-day

2.8.3 Analisis Pajanan

Analisis pajanan atau exposure assessment dilakukan untuk mengenali jalur-jalur pajanan risk agen agar jumlah asupan yang diterima individu dalam populasi berisiko bisa dihitung. Risk agen bisa berada di dalam tanah, di udara, air, atau panganseperti ikan, daging, susu, sayur- sayur, dan buah-buahan. Data dan informasi yang dibutuhkan untuk menghitung asupan adalah semua variabel. Berikut rumus asupan intake yang umum digunakan untuk semua jalur pajanan Rahman, 2007; ATSDR, 2005; Louver Louver, 1998 : = I = asupan intake mgkghari C = konsentrasi agen risiko mgL R = laju asupan atau konsumsi Lhari untuk air fE = frekuensi pajanan haritahun Dt = durasi pajanan tahun Wb = berat badan kg t avg = periode rata-rata harian 30 x 365 haritahun untuk zat non karsinogenik, 70 tahun x 365 haritahun untuk zat karsinogenik.

2.8.4 Karakteristik Risiko

Karakteristik risiko kesehatan dinyatakan sebagai Risk Quotient RQ, Tingkat Risiko untuk efek-efek nonkarsinogenik ATSDR 2005; EPA 1986; IPCS 2004; Kolluru 1996; Louvar and Louvar 1998 dan Excess Cancer Risk ECR untuk efek-efek karsinogenik EPA 2005. RQ dihitung dengan membagi asupan nonkarsinogenik Ink risk agent dengan RfD atau RfC-nya Rahman, 2007. = I = Intake dari hasil perhitungan penilaian pajanan mgkghari RfD = Dosis referensi secara ingesti mgkghari Hasil nilai risk quotient RQ perlu dikendalikan jika RQ1, dan jika RQ 1, risiko tidak perlu dikendalikan tetapi segala kondisi harus dipertahankan agar nilai numerik RQ tidak melebihi 1.

2.9 Kerangka Teori

Berdasarkan teori, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi risiko pajanan flouride pada populasi yang beresiko, yaitu konsentrasi flouride dalam air minum yang dikonsumsi, karakteristik antropometri laju asupan, berat badan dan umur, pola aktivitas waktu pajanan, frekuensi pajanan, durasi pajanan, periode waktu rata rata harian dan konsentrasi rujukan RfD. Konsentrasi rujukan RfD didapat berdasarkan hasil penelitian epidemiologi atau perhitungan besar kecil toksisitas objek kajian NOAEL dan LOAEL. Nilai tersebut dapat dilihat dari nilai yang telah ditetapkan oleh lembaga penelitian pemerintah atau nilai internasional default. Bagan 2.1 Kerangka Teori EPA, 2011 RQ 1 Indikasi terjadinya resiko kesehatan seperti kanker tulang, dan karies gigi Media : Air, Tanah, Udara Air Minum, Pasta Gigi, Makanan, udara, debu = Intake Ke Tubuh Manusia Karakteristik Individu:  Berat Badan  Umur  Laju Asupan Sumber Flouride Alami Kerak Bumi, Letusan Gunung Berapi. Industri Limbah Industri, Limbah Rumah tangga Pola Aktivitas:  Lama Pajanan  Frekuensi Pajanan  Durasi Pajanan = Kejadian Sakit atau gangguan Kesehatan RQ 1 Indikasi tidak terjadinya resiko kesehatan Manajemen Kontrol

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori, variabel-variabel untuk kerangka konsep yang dibuat dalam penelitian ini untuk mengetahui besaran risiko RQ bahan kimia an- organik flouride antara lain: konsentrasi flouride dalam air minum yang dikonsumsi siswa sekolah dasar di Kecamatan Setu Tangerang Selatan, frekuensi pajanan, durasi pajanan, berat badan individu, dan laju asupan harian. Bagan 3.1 Kerangka Konsep Karakteristik Individu:  Berat Badan  Laju Asupan  Umur Konsentrasi Flouride yang dikonsumsi siswa sekolah dasar di Kecamatan Setu Tangerang Selatan Intake Besar Risiko RQ Flouride dalam Air Pola Aktivitas:  Frekuensi Pajanan  Durasi Pajanan Analisis Dosis Respon Rfd

3.2 Definisi Operasional

No Variabel Defisini Operasional Alat Ukur Cara Ukur Satuan Skala 1 Kandungan Flouride dalam air minum C Kadar flouride dalam air yang dikonsumsi oleh siswa sekalah dasar di Kecamatan Setu Tangerang Selatan HACH DR 900 USEPA SPADNS 2 Method mgL Rasio 2 Laju asupan R Jumlah air yang dikonsumsi selama 24 jam. Direktorat Jendral PP dan PL Kementerian Kesehatan 2012 Kuesioner Wawancara Lhari Rasio 3 Umur Masa hidup responden yang dihitung sejak Kuesioner Wawancara Tahun Rasio

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Konsumsi Ikan Siswa Sekolah Dasar Negeri 060919 di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

4 90 92

Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Ditingkat Sekolah Dasar Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan

12 87 142

Penegakan disiplin siswa di SMP Al-Amanah Setu Tangerang Selatan

1 17 106

Pengaruh Penggunaan Media Gambar Kartun Terhadap Hasil Belajar Ips Pada Siswa Kelas Viii Smp Al-Amanah, Setu Tangerang Selatan

2 23 191

Hubungan Sarana Sanitasi Air Bersih dan Perilaku Ibu Terhadap Kejadian Diare Pada Balita Umur 10-59 Bulan di Wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Tahun 2013

0 9 128

Dampak Reward Dengan “Star” Melalui Checklist Reflektif Terhadap Sikap Kedisiplinan Siswa Kelas 1 Sd Penelitian Dilakukan Di Sd Hikari Desa Karanggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan

0 4 181

Prakiraan Risiko Kesehatan Sebagai Dampak flouride (F -) Pada Sumber Air Minum Yang Dikonsumsi Siswa Kelas 6 Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Setu Tangerang Selatan Tahun 2015

0 16 127

Hubungan Sarana Sanitasi Air Bersih dan Perilaku Ibu Terhadap Kejadian Diare Pada Balita Umur 10-59 Bulan di Wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Tahun 2013

0 16 128

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Konsumsi Ikan Siswa Sekolah Dasar Negeri 060919 di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

0 1 23

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Konsumsi Ikan Siswa Sekolah Dasar Negeri 060919 di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

0 0 15