Fluorin ditemukan sebagai fluor di persekitaran dan merupakan 0.06-0.09 persen dari kerak bumi. Fluor dijumpai pada konsentrasi yang signifikan pada
berbagai mineral termasuklah fluorspar, batu fosfat, cryolite, apatit, mica, hornblende dan lain-lain Murray,1986. WHO, 2006.
2.5 Flouride
Flouride merupakan senyawa biner atau garam dari flour dan elemen lain. Contoh flouride yaitu Sodium flouride, Calsium flouride, keduanya termasuk
padatan putih. Sodium flouride mudah larut dalam air sedangkan Calsium flouride tidak mudah larut dalam air ATSDR, 2003.
Fluoride adalah mineral fluor yang sering ditemukan dengan solubility yang rendah pada batu igneous dan batu sedimen. Fluor biasa dikaitkan dengan
aktivitas vulkano dan gas fumarolik. Kolam air panas, terutamanya dengan airnya pada kadar pH yang tinggi juga mengandung konsentrasi fluor yang tinggi
Edmunds dan Smedley,1996. Antara mineral yang digunakan secara komersil termasuk cryolite dan batu fosfat. Garam fluor cryolite digunakan untuk produksi
aluminium Murray,1986 dan juga sebagai pestisida USEPA,1996. Batu fosfat pula dikonversikan kepada pupuk fosfat dengan mengurangkan kadar fluor
sehingga 4.2 persen Murray,1986. Sementara fluor yang telah di purifikasi sebagai fluorosilika merupakan sumber fluor disesetengah negara untuk
dimasukkan ke dalam air minum demi untuk mencegah berlakunya karies gigi Reeves,1986,1994.
2.5.1 Flouride Masuk ke Lingkungan
Flouride terjadi secara alami dalam kerak bumi, ditemukan dalam batuan, batu bara, tanah liat, dan tanah. Flouride dilepaskan ke udara dari dalam tanah
yang tertiup oleh angin seperti hidrogen flouride yang mengandung unsur flouride. Sumber alami terbesar dari hidrogen flouride yaitu letusan gunung
berapi. Flour tidak bisa hancur dalam lingkungan, hanya bisa mengubah bentuk. Flouride yang masuk ke atmosfer dari letusan gunung berapi, pembangkit listrik,
dan proses suhu yang tinggi akan melekat pada partikel yang sangat kecil ATSDR, 2003.
Flouride yang melekat pada partikel yang sangat kecil akan tetap diudara selama beberapa hari. Gas hidrogen flouride akan diserap oleh hujan akan menjadi
awan atau kabut untuk membentuk asam flouride yang akan jatuh ke tanah saat terjadi hujan. Flouride yang dilepaskan ke udara akan jatuh ke tanah atau air.
Dalam air, flouride berasosisasi dengan berbagai elemen seperti alumunium di air tawar, kalsium dan magnesium dalam air laut, sehingga flouride menetap dan
melekat dalam partikel sedimen. Ketika didarat, flouride sangat melekat pada tanah dan membentuk serta berasosiasi sangat kuat dengan komponen tanah.
Flouride yang ada di tanah akan menumpuk pada tanaman, jumlah flouride dalam tanaman tergantung jenis tanaman, sifat tanah, jumlah dan bentuk flouride dalam
tanah ATSDR, 2003.
2.5.2 Pemaparan Flouride di Air
Flouride ditemukan diseluruh perairan alami pada beberapa konsentrasi. Air laut biasanya mengandung sekitar 1 mgl, sedangkan air sungai dan danau
pada umumnya menunjukan konsentrasi kurang dari 0,5 mgl. Konsentrasi tinggi atau rendahnya flouride tergantung pada sifat dari batuan dan mineral
Hem,1989. Flouride dapat ditemukan dalam air minum alami karena berasal dari
komposisi geologi tanah. Beberapa daerah di setiap negara flouride memiliki tingkat alami. Flouride juga dapat ditambahkan dalam pasukan air minum
masyarakat sebagai ukuran keseimbangan dalam menjaga kesehatan masyarakat, namun penambahan flouride kedalam air minum tergantung pada keputusan
pemerintah setempat CDC, 2013. Tingkat rata-rata flouride dalam permukaan air sekitar 0,2 ppm, sedangkan
tingkat flouride dalam air sumur berkisar 0,02-1,5 ppm, tetapi sering melebihi 1,5 ppm. Paparan flouride terdapat dalam air minum dan makanan yang mengandung
flourideATSDR,2003.
2.5.3 Pemaparan Flouride di Udara
Debu, produksi industri pupuk fosfat, abu batu bara dari pembakaran batu bara dan aktivitas gunung berapi akan didistribusikan secara luas ke atmosfer,
namun udara hanya mengandung sebagaian dari total eksposur flouride USNRC, 1993. Pada daerah yang non-industri, konsentrasi flouride di udara biasanya
sangat rendah sekitar 0,05-1,90 mgm
3
Murray, 1986. Dibeberapa provinsi China, konsentrasi flouride di udara berkisar 16-46 mgm
3
karena pembakaran batu bara dalam ruangan untuk memasak WHO, 2006.
2.5.4 Pemaparan Flouride dalam Produk Pasta Gigi
Sejumlah produk yang mengandung flouride digunakan anak-anak untuk mengurangi pembusukan gigi, termasuk pasta gigi yang memiliki kandungan
flouride berkisar 1,0-1,5 gkg, dan gel untuk pengobatan tropikal berkisar 0,25- 24,0 gkg, tablet 0,25, 0,50 dan 1,00 mgtablet. Produk ini berkonstribusi secara
langsung terhadap pemaparan flouride, meskipun memiliki kandungan yang berbeda-beda. Diperkirakan bahwa menelan paste gigi oleh anak-anak dapat
berkontribusi sekitar 0,50 sampai 0,75 mganakhari Murray, 1986.
2.5.5 Pemaparan Flouride dalam Makanan dan Minuman selain Air
Sayuran dan buah-buahan biasanya memiliki tingkat kandungan flouride yang rendah. Konsentrasi flouride dalam sayuran dan buah-buahan berkisar 0,1-
0,4 mgkg, dengan demikian sayuran dan buah-buahan memberikan kontribusi paparan yang sedikit. Namun, konsentrasi flouride yang tinggi telah ditemukan di
barley dan beras berkisar 2 mgkg. Sedangkan talas, ubi jalar dan singkong telah ditemukan mengandung kadar flouride yang relatif tinggi Murray,1986. WHO,
2006. Secara umum tingkat konsentrasi flouride dalam daging dan ikan relatif
rendah, 0,2-1,0 mgkg untuk daging dan 2-5 mgkg untuk ikan. Namun, flouride terakumulasi dalam tulang dan tulang ikan kaleng, seperti salmon dan sarden yang
akan dikonsumsi. Bahkan, dengan mengkonsumsi ikan yang relatif tinggi dalam campuran diet, asupan flouride dari ikan akan melebihi 0,2 mghari Murray,
1986.
Susu memiliki kandungan flouride yang rendah, kandungan flouride dalam susu yaitu 0,02 mgl dan aman untuk dikonsumsi, sedangkan susu sapi memiliki
kandungan flouride berkisar 0,02-0,05 mgl Murray, 1986. Sehingga susu memiliki paparan flouride sangat rendah. Teh memiliki kandungan flouride yang
tinggi yaitu 400 mgkg berat kering. Paparan flouride karena mengkonsumsi teh telah dilaporkan berkisar 0,04 mg sampai 2,7 mgoranghari Murray, 1986.
WHO, 2006.
2.6 Metabolisme Flouride 2.6.1 Metabolisme Absopsi pada Flouride
Sekitar 75-90 persen dari flouride yang diserap akan dicerna. Dalam asam lambung, flouride akan diubah menjadi hidrogen flouride HF dan sampai sekitar
40 persen flouride yang tertelan akan diserap oleh lambung sebagai HF. pH lambung yang tinggi akan mengurangi penyerapan lambung dengan cara
menurunkan penyerapan konsentrasi HF. Flouride yang tidak diserap dalam lambung akan diserap dalam usus dan dipengaruhi oleh Ph disekitar Whitford,
1997; IPCS, 2002; WHO, 2006.
2.6.2 Metabolisme Distribusi pada Flouride
Setelah diserap ke dalam darah, flouride akan mudah mendistribusikan ke seluruh tubuh. Sekitar 99 persen dari beban tubuh, flouride akan disimpan dalam
daerah yang kaya kalsium seperti tulang dan gigi. Pada bayi, sekitar 80 sampai 90 persen dari jumlah yang diserap, flouride akan dipertahankan tetapi pada orang
dewasa sekitar 60 persen flour akan masuk melintasi plasenta dan ditemukan dalam susu ibu WHO, 1996; IPCS, 2002.
Dalam kondisi tertentu, kadar plasma memberikan indikasi tingkatan flouride dalam air minum yang dikonsumsi. USNRC 1993 mencatat bahwa air
merupakan sumber utama asupan flouride, konsentrasi flouride pada plasma orang dewasa muda atau setengah baya yang sehat dinyatakan dalam µml, sedangkan
konsentrasi flouride dalam air minum dinyatakan sebagai mgl. Tingkatan flouride yang ditemukan di tulang bervariasi tergantung dengan usia dan jenis kelamin dari
individu. Tulang yang memiliki kandungan flouride akan dianggap sebagai refleksi dari paparan jangka panjang flouride IPCS, 2002.
2.6.3 Metabolisme Ekresi pada Flouride
Flouride diekresikan terutama melalui urin IPCS, 2002. Pembersihan flouride dalam urin dengan meningkatkan Ph urin karena penurunan akan
menurunkan konsentrasi HF. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pH urin seperti diet dan obat-obatan, dengan demikian akan mepengaruhi pemberishan
flouride dan penyimpanan USNRC, 1993.
2.7 Dampak Flouride terhadap Kesehatan
Beberapa penelitian telah melaporkan tentang efek akut paparan flouride yang berlebihan. Namun, efek dari paparan jangka panjang flouride dalam air
minum dan sumber lingkungan lainnya merupakan masalah utama yang berkaitan dengan kesehatan manusia. banyak studi epidemiologi telah dilakukan di beberapa
negara terkait efek paparan jangka pajang flouride. Ilmuwan kesehatan juga meningatkan bahwa air dengan tambahan flouride memiliki konsekuensi bahaya
jangka panjang terhadap kesehatan.
2.7.1 Dampak Flouride terhadap Gigi
Tingginya kadar flouride dalam air yang mencapai 10 mgl akan menyebabkan flourosis gigi kekuningan, kecoklatan, atau bintik bintik pada gigi
Edmunds dan Smedlet, 1996. Kelebihan asupan flouride dapat menyebabkan flourosis gigi, dalam kasus yang lebih parah dapat menyebabkan karies gigi.
Program kesehatan masyarakat berusaha untuk mempertahankan keseimbangan batas dampak menguntungkan dan merugikan dari flouride IPCS, 2002.
2.7.2 Dampak Flouride terhadap Tulang
Endemik flourosis tulang telah terdokumentasi dengan baik dan diketahui dengan berbagai tingkat keparahan di beberapa bagian dunia, termasuk India,
China dan Afrika Selatan. Flourosis tulang menjadi permasalahan utama karena dikaitkan dengan konsumsi air minum yang mengandung flouride. Selain air
minum, sumber tambahan seperti batu bara yang mengandung konsentrasi flouride juga berpotensi menyebabkan flourosis tulang. Masalah ini akan lebih
parah apabila ditambah dengan faktor faktor lain seperti iklim, konsumsi air, status gizi, dan diet, termasuk tambahan sumber flouride serta paparan zat lain
yang mengubah penyerapan flouride ke dalam tubuh. Paparan konsentrasi flouride yang tinggi di udara juga menjadi penyebab flourosis tulang IPCS,2002.
2.7.3 Dampak Flouride terhadap Kecerdasan Anak
Flouride menurunkan kapasitas kecerdasan manusia, terutama pada anak- anak yang menjadi korban petama keracunan flouride. Tingkat kecerdasan anak-
anak yang menggunakan flouride secara signifikan lebih rendah dari anak-anak yang tidak diberikan flouride pada kelompok usia yang terdaftar Li, 1995.
Flouride dapat menghasilkan kerugian pada perubahan biokimia dan fungsional dalam pengembangan otak manusia. pemaparan dimulai dengan flouride dalam
darah ibu yang melewati plasenta ke janin dan berlanjut selama masa kanak- kanak, serta dari flouride dalam makanan dan air minum. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Li, tingkat tinggi flouride dalam air minum menghasilkan asupan yang lebih besar Li, 2000.
2.7.4 Dampak Flouride lainnya
Sejumlah penelitian epidemiologi telah dilakukan untuk meneliti dampak yang merugikan lain dari paparan flouride, baik dari air minum maupun dari
paparan akibat pekerjaan. Studi tentang paparan ibu terhadap flouride dalam air minum dan hasil kehamilan yang merugikan menunjukan tidak ada peningkatan
resiko baik aborsi spontan atau cacat bawaan. Tidak ada bukti yang wajar terhadap dampak flouride pada pernapasan, hematopatik, hati atau sistem ginjal
pada pekerja. Selain itu, penelitian yang telah membuktikan bahwa flouride menyebabkan dampak genotoksik karen mayoritas flouride diekskresikan melalui
ginjal USNRC, 1993. Oleh karena itu, wajar apabila orang-orang dengan gangguan fungsi ginjal mungkin berada pada risiko yang lebih besar terkena
toksisitas dari flouride daripada orang yang tidak memiliki gangguan ginjal.
2.7.5 Dampak Akut Flouride
Sejumlah insiden terjadi overdosis, terutama pada persediaan air yang sedikit sehingga adanya flouridasi buatan. Dimana insiden keracunan akut telah
dilaporkan karena overdosis flouride pada pasokan air, sehingga kadar flouride berkisar 30-1000 mgl Peterson, 1988. Untuk menunjukan tanda-tanda bahwa
terjadi keracunan akut flouride yaitu dengan memperkirakan dosis oral minimal 1 mg flouride per kg berat badan yang diperlukan WHO,2006. Dosis tersebut
dapat diperkitrakan pada air dengan flouride dekitar 30 mgl.
2.8 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Risiko adalah suatu konsep matematis yang mangacu pada kemungkinan terjadinya efek yang tidak diinginkan akibat paparan suatu polutan. Pengkajian
risiko digunakan sebagai suatu proses untuk mengukur atau menetukan sifat dan besarnya risiko, untuk mengestimasi besarnya risiko merupakan salah satu hal
yang harus dilakukan adalah pembuktian hubungan dosis-efek pada individu atau hubungan dosis efek pada populasi. Hubungan dosis efek memberikan informasi
tentang bagaimana risiko meningkat akibat peningkatan paparan WHO, 2000. Kemudian menurut Kepmen Nomor 876 2001 analisis risiko kesehatan
lingkungan adalah suatu pendekatan untuk mencermati potensi besarnya risiko yang dimulai dengan mendiskripsikan masalah lingkungan yang telah dikenal dan
melibatkan penetapan risiko pada kesehatan manusia yang berkaitan dengan masalah lingkungan yang bersangkutan. Analisis risiko kesehatan biasanya
berhubungan dengan masalah lingkungan saat ini atau di masa lalu.
Gambar 2.1 Pola Pajanan Dosis Efek
Diadopsi dari WHO 2006; Ott 2007 dalam EPA: Exposure Factors Handbook 2011
Gambar diatas merupakan pola pajanan dosis efek yang menjelaskan agen lingkungan hingga menyebabkan efek. Agen dapat disebarkan melalui berbagai
wahana lingkungan seperti udara, air, tanah, debu, dan makanan. Individu dapat bersentuhan dengan agen melalui inhalasi, menelan, atau kontak dengan kulit dan
mata. Pola fisikologi, perilaku, aktivitas individu serta konsentrasi agen menentukan besar, frekuensi, dan durasi paparan. Setelah agen melintasi
penghalang penyerapan seperti kulit, paru-paru, mata, saluran pencernaan, maupun plasenta, paparan akan menjadi dosis serapan. Interaksi bahan kimia atau
metabolitnya dengan jaringan target dapat menyebabkan hasil yang merugikan bagi kesehatan WHO, 2006; Ott, 2007; dalam EPA: Exposure Factors Handbook,
2011.
Proses penilaian risiko mencakup empat langkah: identifikasi bahaya, karakterisasi bahaya penilaian dosis-respon, penilaian paparan, dan karakterisasi
risiko. Keempat komponen tersebut merupakan komponen pertama dalam proses analisis risiko IPCS, 2004.
2.8.1 Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya adalah tahap pertama dalam dari empat langkah dalam penilaian risiko. Identifikasi bahaya bertujuan untuk menentukan
jenis dan sifat zat toksik yang berpotensi menimbulkan efek samping terhadap suatu organisme, sistem, atau subpopulasi IPCS, 2004.
Identifikasi bahaya bertujuan untuk menentukan keberadaan bahaya lingkungan yang berupa zat-zat toksik atau kondisi-kondisi
spesifik yang berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan pada suatu lokasi tertentu Rahman, 2004. Dalam mengidentifikasi bahaya ini perlu
diketahui efek yang akan ditimbulkan oleh risk agent dan seberapa cepat menimbulkan efek dan lama memeberikan efeknya.
Identifikasi bahaya adalah mengenal dampak buruk kesehatan yang disebabkan oleh pemajanan suatu bahan dan memastikan mutu serta
kekuatan bukti-bukti yang mendukungnya daya racun sistematik dan karsinogenik Kemenkes, 2001.
2.8.2 Analisis Dosis Respon
Analisis dosis respon adalah cara untuk melihat daya racun yang terkandung dalam suatu bahan atau untuk menjelaskan bagaimana suatu
kondisi pemajanan cara, dosis, frekuensi, dan durasi oleh suatu bahan berhubungan dengan timbulnya dampak kesehatan Kemenkes, 2001.
Menurut Departement of Health and Ageing 2012 penilaian dosis- respons digunakan untuk meneliti hubungan kuantitatif antara paparan dan
efek samping. Analisis dosis respon di dalam ARKL disebut dose-response
assessment atau toxicity assessment. Seperti definisi dari Departemen of Health Ageing, bahwa dose response assessment digunakan untuk
menerapkan nilai-nilai kuantatif toksistas risk agent untuk setiap bentuk spesi kimia. Toksisitas dinyatakan sebagai dosis referensi reference dose,
RfD untuk efek-efek nonkarsinogenik dan Cancer Slope Factor CSF atau Cancer Unit Risk CCR untuk efek-efek karsinogenik. Analisis
dosis-respon merupakan tahap paling menentukan. Hal ini dikarenakan bahwa ARKL hanya bisa dilakukan untuk risk agent yang sudah ada
dosis-responnya Rahman, 2007. RfD adalah estimasi dosis pajanan harian untuk populasi manusia
yang diperkirakan tidak menyebabkan risiko kesehatan non kanker sepanjang hayat EPA, 2011. Dosis refernsi dibedakan untuk pajanan oral
atau tertelan ingesti untuk makanan dan minuman yang disebut RfD dan untuk pajanan inhalasi yang disebut reference concentration RfC. Dalam
analisis dosis-respon, dosis dinyatakan sebagai risk agent yang terhirup inhaled, tertelan ingested dan terserap melalui kulit absorbed per kg
berat badan per hari mgkghari. Respon atau efek nonkarsinogenik yang disebut juga efek sistemik, yang ditimbulkan oleh dosis risk agen tersebut
dapat beragam, mulai dari yang tidak teramati yang sifatnya sementara, kerusakan organ yang menetap, kelainan fungsional yang kronik, sampai
kematian Rahman, 2007. Dosis yang digunakan untuk menetapkan RfD adalah dosis yang
menyebabkan efek paling rendah atau NOAEL No Observed Adverse Effect Level atau LOAEL Lowest Observed Adverse Effect Level
Rahman, 2007. NOAEL adalah dosis tertinggi suatu zat kimia yang tidak menunjukkan efek merugikan bagi organisme. NOAEL dinyatakan dalam
mg atau µg per kg berat per hari. Sedangkan LOAEL merupakan dosis atau konsentrasi terendah suatu zat kimia yang ditemukan melalui
percobaan atau observasi dan dapat menyebabkan efek buruk pada organisme WHO, 2000. RfD yang digunakan untuk menentukan dosis
paparan flouride yaitu sebesar 6 x10
-2
mgkg-day
2.8.3 Analisis Pajanan
Analisis pajanan atau exposure assessment dilakukan untuk mengenali jalur-jalur pajanan risk agen agar jumlah asupan yang diterima
individu dalam populasi berisiko bisa dihitung. Risk agen bisa berada di dalam tanah, di udara, air, atau panganseperti ikan, daging, susu, sayur-
sayur, dan buah-buahan. Data dan informasi yang dibutuhkan untuk menghitung asupan adalah semua variabel. Berikut rumus asupan intake
yang umum digunakan untuk semua jalur pajanan Rahman, 2007; ATSDR, 2005; Louver Louver, 1998 :
=
I = asupan intake mgkghari C = konsentrasi agen risiko mgL
R = laju asupan atau konsumsi Lhari untuk air fE = frekuensi pajanan haritahun
Dt = durasi pajanan tahun Wb = berat badan kg
t avg = periode rata-rata harian 30 x 365 haritahun untuk zat non karsinogenik, 70 tahun x 365 haritahun
untuk zat karsinogenik.
2.8.4 Karakteristik Risiko
Karakteristik risiko kesehatan dinyatakan sebagai Risk Quotient RQ, Tingkat Risiko untuk efek-efek nonkarsinogenik ATSDR 2005;
EPA 1986; IPCS 2004; Kolluru 1996; Louvar and Louvar 1998 dan Excess Cancer Risk ECR untuk efek-efek karsinogenik EPA 2005. RQ
dihitung dengan membagi asupan nonkarsinogenik Ink risk agent dengan RfD atau RfC-nya Rahman, 2007.
=
I = Intake dari hasil perhitungan penilaian pajanan mgkghari
RfD = Dosis referensi secara ingesti mgkghari
Hasil nilai risk quotient RQ perlu dikendalikan jika RQ1, dan jika RQ
1, risiko tidak perlu dikendalikan tetapi segala kondisi harus dipertahankan agar nilai numerik RQ tidak melebihi 1.
2.9 Kerangka Teori
Berdasarkan teori, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi risiko pajanan flouride pada populasi yang beresiko, yaitu konsentrasi flouride dalam air
minum yang dikonsumsi, karakteristik antropometri laju asupan, berat badan dan umur, pola aktivitas waktu pajanan, frekuensi pajanan, durasi pajanan, periode
waktu rata rata harian dan konsentrasi rujukan RfD. Konsentrasi rujukan RfD didapat berdasarkan hasil penelitian epidemiologi atau perhitungan besar kecil
toksisitas objek kajian NOAEL dan LOAEL. Nilai tersebut dapat dilihat dari nilai yang telah ditetapkan oleh lembaga penelitian pemerintah atau nilai
internasional default.
Bagan 2.1 Kerangka Teori EPA, 2011
RQ 1 Indikasi terjadinya resiko
kesehatan seperti kanker tulang, dan karies gigi
Media : Air, Tanah, Udara
Air Minum, Pasta Gigi, Makanan, udara, debu
= Intake Ke Tubuh
Manusia
Karakteristik Individu:
Berat Badan
Umur
Laju Asupan
Sumber Flouride Alami Kerak Bumi, Letusan Gunung Berapi.
Industri Limbah Industri, Limbah Rumah tangga
Pola Aktivitas:
Lama Pajanan
Frekuensi
Pajanan
Durasi Pajanan
= Kejadian Sakit atau
gangguan Kesehatan
RQ 1 Indikasi tidak
terjadinya resiko
kesehatan Manajemen
Kontrol
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori, variabel-variabel untuk kerangka konsep yang dibuat dalam penelitian ini untuk mengetahui besaran risiko RQ bahan kimia an-
organik flouride antara lain: konsentrasi flouride dalam air minum yang dikonsumsi siswa sekolah dasar di Kecamatan Setu Tangerang Selatan, frekuensi
pajanan, durasi pajanan, berat badan individu, dan laju asupan harian.
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Karakteristik Individu:
Berat Badan
Laju Asupan
Umur
Konsentrasi Flouride yang dikonsumsi siswa
sekolah dasar di Kecamatan Setu
Tangerang Selatan
Intake
Besar Risiko RQ Flouride dalam Air
Pola Aktivitas:
Frekuensi Pajanan
Durasi
Pajanan
Analisis Dosis Respon Rfd
3.2 Definisi Operasional
No Variabel
Defisini Operasional Alat Ukur
Cara Ukur Satuan
Skala
1 Kandungan
Flouride dalam air minum C
Kadar flouride dalam air yang dikonsumsi oleh
siswa sekalah dasar di Kecamatan Setu
Tangerang Selatan HACH DR 900
USEPA SPADNS 2 Method mgL
Rasio
2 Laju asupan R
Jumlah air yang dikonsumsi selama 24
jam. Direktorat Jendral PP dan PL Kementerian
Kesehatan 2012 Kuesioner
Wawancara Lhari
Rasio
3 Umur
Masa hidup responden yang dihitung sejak
Kuesioner Wawancara
Tahun Rasio