membuktikan keracunan saraf akibat flouride pada sampel tikus. Penelitian tersebut memperlihatkan bahwa tikus yang diberikan air minum yang telah
dibubuhi flouride pada tingkat yang dapat menyebabkan konsentrasi plasma manusia, menderita efek keracunan saraf yang bervariasi. Menunjukan bahwa
hewan yang mendapatkan flouride sebelum lahir akan lahir sebagai anak hiperaktif dan akan tetap seperti itu sepanjang hidupnya. Namun mereka yang
mendapatkan flouride ketika berusia muda akan menunjukan aktivitas yang depresif. Penelitian tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Guan et.
al 1998. Alzheimer juga merupakan dampak risiko dari flouride. Penelitian yang
dilakukan oleh Varnier JA et. al 1992 dengan sampel tikus, menunjukan bahwa tikus-tikus yang mengkonsumsi flouride dengan dosis tinggi akan berkembang
dengan tahap yang tidak beraturan dan memiliki karakteristik hewan-hewan yang telah pikun. Pengujian otak tikus pasca percobaan mengungkapkan adanya
substansi sel otak yang hilang dalam struktur.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada air minum siswa kelas 6 sekolah dasar yang mengandung flouride di Kecamatan Setu Kota
Tangerang Selatan dengan memproyeksikan risiko penyakit melalui pendekatan ARKL. Dari hasil penelitian tersebut, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Jenis sumber air minum yang dikonsumsi oleh siswa sekolah dasar di Kecamatan Setu Tangerang Selatan yaitu
86 siswa 82,69 mengkonsumsi air sumur, dan 18 siswa 17,31 mengkonsumsi air
keranPDAM. Sehingga diketahui sumber air sumur merupakan sumber air yang paling banyak dikonsumsi siswa sekolah dasar.
2. Rata-rata kadar konsentrasi flouride dalam air yang dikonsumsi oleh siswa sekolah dasar di Kecamatan Setu Tangerang Selatan yaitu sebesar 1,1604
mgl. Konsentrasi tersebut masih tergolong aman dengan nilai ambang batas flouride dalam air minum sebesar 1,5 mgl.
3. Rata-rata laju asupan air yang dikonsumsi oleh siswa sekolah dasar di Kecamatan Setu Tangerang Selatan yaitu sebesar 2,106 lhari.
4. Rata-rata durasi pajanan realtime air minum siswa Kecamatan Setu Tangerang Selatan yang mengandung flouride yaitu 8,23 tahun. Sedangkan
untuk durasi pajanan lifetime yaitu 18,23 tahun untuk 10 tahun, 28,23 tahun untuk 20 tahun, 38,23 tahun untuk 30 tahun dan 48,23 tahun untuk
40 tahun.
5. Rata-rata berat badan siswa sekolah dasar di Kecamatan Setu Tangerang Selatan yaitu sebesar 39,71 kg.
6. Proyeksi besaran intake fouride pada siswa sekolah dasar di Kecamatan Setu Tangerang Selatan ketika mengkonsumsi air minum dengan durasi
pajanan realtime yaitu sebesar 0,01688 mgkghari. Sedangkan untuk proyeksi besaran intake flouride dengan berat badan 55 kg, laju asupan 2
lhari dan durasi pajanan lifetime 10 tahun sebesar 0,0256 mgkghari, lifetime 20 tahun sebesar 0,0397 mgkghari, lifetime 30 tahun sebesar
0,0537 mgkghari dan lifetime 40 tahun sebesar 0,0678 mgkghari. Untuk proyeksi besaran intake flouride dengan durasi pajanan selama 30 dan 40
tahun telah masuk dalam nilai ambang batas yaitu 0,05-0,07 mgkghari sehingga perlu diperhatikan.
7. Proyeksi besaran risiko RQ flouride pada siswa sekolah dasar di Kecamatan Setu Tangerang Selatan ketika mengkonsumsi air minum
dengan durasi pajanan realtime yaitu sebesar 0,2813. Sedangkan proyeksi besaran risiko flouride dengan durasi pajanan lifetime 10 tahun sebesar
0,4273, lifetime 20 tahun sebesar 0,6618, lifetime 30 tahun sebesar 0,8962 dan lifetime 40 tahun sebesar 1,1306. Hasil tersebut menunjukan bahwa
proyeksi besaran risiko flouride dengan durasi realtime dan lifetime 10 dan 20 tahun masih dibawah 1 jika dibandingkan dengan RfD sehingga tidak
bersifat toksis untuk risiko penyakit. Proyeksi besaran risiko flouride dengan durasi 30 tahun masih dibawah 1 namun harus tetap diperhatikan
karena nilai tersebut hampir mencapai 1. Sedangkan untuk proyeksi besaran risiko flouride dengan durasi pajanan lifetime 40 tahun jika