Perilaku Penggunaan Kosmetik Pemutih.

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Perilaku Penggunaan Kosmetik Pemutih.

Hasil penelitian, menggambarkan bahwa perilaku pekerja perempuan penyapu jalan dalam menggunakan kosmetik pemutih sudah menjadi kebiasaan sehari-sehari, selain kosmetik pemutih informan juga menggunakan bedak putih dan lipstick. Tidak lengkap rasanya bila mereka keluar rumah untuk pergi bekerja, tanpa menggunakan kosmetik, minimal dengan sapuan bedak. Menurut Sarwono 2004:1 perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan responsreaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Perilaku pekerja perempuan penyapu jalan terhadap penggunaan kosmetik pemutih dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam dan dari luar pribadinya. Faktor yang berasal dari dalam pribadi pekerja perempuan penyapu jalan seperti pengetahuan, pengalamam selama menggunakan kosmetik pemutih, sikap terhadap kosmetik serta konsep kecantikan yang mereka yakini. Sedangkan faktor yang berasal dari luar pribadi pekerja perempuan penyapu jalan seperti lingkungan fisik dan sosial kota Medan, sumber informasi meliputi kelompok referensi, media elektonikiklan dan situasi dan kondisi yang memungkinkan informan untuk menggunakan kosmetik pemutih tersebut. Kedua faktor tersebut terjalin bertaut saling pengaruh Sri Suriani Purnamawati : Perilaku Pekerja Perempuan Penyapu Jalan Terhadap Kosmetik Pemutih Di Kota Medan Tahun 2009, 2009 memengaruhi, menghasilkan perilaku pekerja perempuan penyapu jalan terhadap kometik pemutih, yang digunakan sebagai suatu kebiasaan sehari-hari. Dalam penelitian ini diperoleh gambaran bahwa faktor yang berasal dari dalam pribadi pekerja perempuan penyapu jalan, seperti pengetahuan informan mengenai kosmetik masih parsial, karena yang dimaksud kosmetik oleh informan hanyalah kosmetik yang digunakan untuk kulit wajah saja. Penjelasan informan mengenai hal tersebut, hanya terbatas pada kosmetik yang selama ini mereka gunakan, seperti pelembab, bedak, lipstick dan celak. Padahal menurut Badan POM 2008, yang dimaksud dengan kosmetik adalah setiap bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada seluruh bagian luar tubuh manusia epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar, atau gigi dan membran mukosa di sekitar mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan dan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik Badan POM, 2008. Di samping itu juga yang dimaksud dengan memakai kosmetik bagi informan adalah memakai kosmetik riasan dekoratif yang biasa dipakai untuk pergi ke pesta, sedangkan kosmetik harian perawatan seperti pelembab dan bedak yang digunakan informan sehari-hari, bagi mereka belum memakai kosmetik. Seperti yang dituturkan Bu Arti, ketika peneliti menanyakan tentang pengertian kosmetik, “Mbooh, orang sudah tua untuk apa pakai kosmetik, kalau sudah tua pastilah jelek namanya sudah tua, nggak ngerti kosmetik itu apa, udah pakai Kelly aja, ngapain yang lain, paling-paling kalo ke pesta baru saya pake kosmetik..” Menurut Tranggono 2007:8, pembagian kosmetik untuk kulit berdasarkan tujuan penggunaannya dapat dibagi menjadi dua yaitu kosmetik perawatan kulit dan Sri Suriani Purnamawati : Perilaku Pekerja Perempuan Penyapu Jalan Terhadap Kosmetik Pemutih Di Kota Medan Tahun 2009, 2009 kosmetih riasan. Yang termasuk dalam kosmetik perawatan kulit adalah kosmetik untuk membersihkan kulit, melembabkan kulit, melindungi kulit dan menipiskan kulit. Sedangkan kosmetik riasan diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit. Sikap informan terhadap penggunaan kosmetik pemutih pun bervariasi, ada yang konsisten dengan satu merek kosmetik pemutih saja seperti halnya Bu Puji yang memakai kosmetik pemutih merek ”Quin Yen”, Bu Jum dan Jelita yang memakai kosmetik pemutih merek ”Natural 99”. Sampai akhirnya Jelita tidak meneruskan pemakaian kosmetik pemutihnya, karena Jelita melihat tetangganya yang memakai kosmetik serupa mengalami efek samping berupa bercak-bercak hitam, walaupun dia sendiri tidak mengalami. Sama halnya dengan Bu Isabella yang tidak lagi menggunakan kosmetik pemutih ”Kelly”, karena mendapat informasi dari temannya kosmetik tersebut mengandung merkuri, sehingga ia sekarang menggantinya dengan ”Viva”. Padahal ketika peneliti mencoba membeli kosmetik ”Kelly” di salah satu apotek di kota Medan, peneliti mendapati bahwa kosmetik tersebut mempunyai Nomor Register dari Badan POM. Adanya Nomor Register tersebut mengandung pengertian bahwa kosmetik ”Kelly” telah terdaftar dan aman. Sementara itu ada juga diantara informan yang belum merasa adanya perubahan pada kulit wajahnya, seperti Bu Jum, Bu Arti dan Bu Sun, tetapi kosmetik pemutih tersebut tetap mereka pakai, dengan alasan karena takut berganti-ganti kosmetik pemutih, takut menggunakan kosmetik buatan Cina dan juga karena merasa Sri Suriani Purnamawati : Perilaku Pekerja Perempuan Penyapu Jalan Terhadap Kosmetik Pemutih Di Kota Medan Tahun 2009, 2009 sudah tua, seperti Bu Sun, sehingga kosmetik pemutih yang digunakan kurang memberikan reaksi pada kulit wajahnya. Menurut peneliti rasa takut Jelita dan Bu Isabella akan efek samping dari kosmetik pemutih yang mereka pakai, lebih mendominasi dibandingkan dengan keinginan mereka untuk menggunakan kosmetik pemutihnya lagi dan mengganti dengan merek yang lain. Berdasarkan Teori Health belief model dari Rosenstock 1982, disebutkan makin besar ancaman yang dirasakan oleh seseorang terhadap suatu penyakit, akan mendorong seseorang untuk melakukan tindakan pencegahan Sarwono, 2004:67. Selain itu sikap yang terbentuk berdasarkan pengalaman langsung sering kali memberikan pengaruh yang lebih kuat pada tingkah laku daripada sikap yang terbentuk berdasarkan pengalaman tidak langsung atau pengalaman orang lain. Tampaknya, sikap yang terbentuk berdasarkan pengalaman langsung lebih mudah diingat, dan hal ini meningkatkan dampak mereka terhadap tingkah laku Baron, 2004:133. Seperti halnya beberapa informan lain yang berusaha untuk mencari kosmetik pemutih yang memberikan hasil lebih baik dari kosmetik yang dipakai sebelumnya seperti Bu Molek, Bu Isabella dan Bu Inung, dengan bertanya kepada teman, tetangga atau anak kandungnya, yang mempunyai kulit wajah lebih putih dan bersih setelah memakai kosmetik pemutih. Informasi yang diterima informan mengenai kosmetik tersebut membuat mereka berusaha mencoba produk yang serupa dengan temannya. Hasilnya diantara informan ada yang merasakan perubahan pada kulit wajahnya. Sri Suriani Purnamawati : Perilaku Pekerja Perempuan Penyapu Jalan Terhadap Kosmetik Pemutih Di Kota Medan Tahun 2009, 2009 Adanya perubahan yang dialami informan pada kulit wajahnya, yaitu kulit wajahnya menjadi lebih putih dan mulus, merupakan pengalaman langsung bagi informan. Sehingga informan menganggap bahwa kosmetik pemutih yang mereka gunakan serasi dengan kulit wajahnya, seperti yang dialami Bu Puji, Bu Molek, Bu Jum dan Inung. Pengalaman orang lain seperti teman, anak kandung dalam menggunakan kosmetik pemutih dikuatkan oleh pengalaman langsung yang mereka rasakan sendiri. Keadaan ini membuat mereka bersikap untuk bertahan menggunakan kosmetik pemutihnya selama 2- 5 tahun. Menurut Petkova dkk 1995 dalam Baron 2004:134 semakin kuat sikap tersebut, semakin kuat pula dampaknya pada tingkah laku. Kekuatan sikap ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu: intensitas dari sebuah sikap, mudah tidaknya sikap itu diakses, pengetahuan dan tingkat kepentingan pribadi, seperti yang diuraikan Petty, dkk 1995 dalam Baron 2004:134 Lain halnya dengan Bu Ani dan Bu Laila, keduanya sama sekali tidak tertarik menggunakan kosmetik pemutih, walaupun sudah berulang kali ditawarkan oleh teman kerjanya. Seperti yang diungkapkan Bu Laila “Nanti kawan-kawan suka bilang kalo ada produk-produk baru. Tapi ya saya nggak mau. Nggak berani, nggak ada uangnya dan memang nggak suka dandan juga sih”. Ketidaktertarikan Bu Ani dan Bu Laila dalam menggunakan kosmetik pemutih tidak terlepas dari konsep cantik yang mereka miliki, bahwa cantik tidak harus putih yang penting kulit wajah bersih dan sehat. Di samping itu juga penting bagi seseorang untuk memiliki kecantikan dari dalam inner beauty. Seperti yang dikatakan Bu Laila: Sri Suriani Purnamawati : Perilaku Pekerja Perempuan Penyapu Jalan Terhadap Kosmetik Pemutih Di Kota Medan Tahun 2009, 2009 “Cantik iku bersih, nggak mesti putih. Yang penting sih menurut saya nggak banyak tingkah. Udah cantik tapi kebanyakan tingkah, mukanya banyak polesan ya jadi jelek juga. Nggak alami mbak”. Menurut Linda 2004:18 ada yang lebih penting daripada sekedar cantik secara fisik, yaitu inner beauty atau kecantikan yang muncul dari dalam hati nurani dan terpancar melalui sikap dan dapat dibagikan kepada orang lain melalui perilaku. Kecantikan fisik perlahan-lahan akan sirna, sedangkan inner beauty akan awet tidak akan memudar. Bersyukur menerima kondisi fisik kita dengan apa adanya dapat menjadi siraman air sejuk bagi jiwa kita, demikian juga dengan ketulusan hati seperti membantu seseorang dengan tanpa pamrih. Konsep cantik seperti inilah yang diyakini Bu Ani dan Bu Laila. Seperti yang dikatakan Bu Ani: “Dulu pernah ada mandor yang suka sama saya, saya disuruh memakai bedak, bergaya seperti perempuan lainnya, tetapi saya tidak mau, akhirnya saya ditinggal olehnya, ya tidak mengapalah, saya pikir nanti juga pasti ada yang mau dengan saya walaupun kulit saya hitam begini. Nyatanya sekarang saya sudah punya suami, yang mau dengan saya walaupun saya tidak putih seperti perempuan lainnya”. Pengetahuan, pengalaman dan sikap informan terhadap kosmetik pemutih serta konsep mengenai kecantikan pada akhirnya dibuktikan dengan tindakan menggunakan atau tidak menggunakan kosmetik pemutih. Karena pada kenyataannya, peneliti menemukan adanya informan yang menggunakan dan tidak menggunakan kosmetik pemutih. Bagi informan yang menggunakan kosmetik pemutih, yang paling penting adalah kosmetik pemutih yang mereka gunakan dapat merubah warna kulit yang gelap menjadi lebih putih, mulus dan bersih yang membuat mereka tampak lebih cantik. Seperti yang dituturkan Bu Mala, Sri Suriani Purnamawati : Perilaku Pekerja Perempuan Penyapu Jalan Terhadap Kosmetik Pemutih Di Kota Medan Tahun 2009, 2009 “Saya memakai pemutih karena memang ingin putih. Wajar lah ya kalau perempuan mau lebih putih. Kalau kita putih kan kelihatan lebih cantik. Wajah saya menurut saya biasa aja, nggak cantik, nggak menarik, makanya saya mau putih, supaya ada lebihnya sedikitlah. Kalau sudah nggak cantik, hitam, kusam, kan nggak percaya diri”. Selain itu faktor yang berasal dari luar pribadi informan faktor eksternal seperti sumber informasi dan referensi, memberikan pengaruh bagi informan dalam menggunakan kosmetik pemutih. Diantara berbagai sumber informasi seperti teman, tetangga, anak kandung dan iklan yang diterima informan, yang paling besar pengaruhnya bagi informan dalam menggunakan kosmetik pemutih adalah sumber informasi dari teman. Karena teman mereka tidak hanya sekedar memberikan informasi mengenai kosmetik pemutih, tetapi juga sekaligus merupakan referensi sebagai orang yang berhasil dalam menggunakan kosmetik pemutih. Kulit wajah teman mereka tampak lebih putih dan mulus dari sebelumnya. Ketergantungan informan terhadap informasi dan referensi dari teman mereka, menurut peneliti dapat menjadi peluang dilakukannya promosi kesehatan dengan menggunakan strategi pemberdayaan masyarakat, yaitu dengan memberdayakan beberapa orang dari pekerja perempuan penyapu jalan untuk membentuk kelompok dukungan sebaya. Dimana beberapa orang pekerja perempuan penyapu jalan diberikan edukasi mengenai kosmetik pemutih, selanjutnya pekerja perempuan yang telah mendapatkan edukasi tersebut diminta untuk menyampaikannya kembali kepada sesama pekerja perempuan penyapu jalan yang lain. Faktor eksternal yang lain seperti lingkungan fisik kota Medan baik secara geografis maupun iklimnya sedikit banyaknya memberikan kontribusi bagi pekerja perempuan penyapu jalan dalam menggunakan kosmetik. Panasnya kota Medan, bagi Sri Suriani Purnamawati : Perilaku Pekerja Perempuan Penyapu Jalan Terhadap Kosmetik Pemutih Di Kota Medan Tahun 2009, 2009 pekerja perempuan penyapu jalan, yang jam kerjanya lebih banyak di jalanan, lebih terasa dibandingkan dengan orang-orang yang bekerja di ruangan. Sehingga mereka membutuhkan kosmetik untuk melindungi kulit wajahnya dari sengatan sinar matahari walaupun hanya sekedar dengan sapuan bedak tabur di kulit wajahnya. Demikian juga dengan lingkungan sosial kota Medan, termasuk di dalamnya gaya hidup dan mode masyarakat kota Medan. Diantara pekerja perempuan penyapu jalan ada yang sudah bekerja selama puluhan tahun di Kota Medan. Selama puluhan tahun pula mereka menjadi saksi hidup perkembangan kota Medan, baik secara fisik dan sosial. Hal ini memungkinkan terjadinya interaksi antara pekerja perempuan penyapu jalan dengan masyarakat kota Medan. Sehingga gaya dan mode masyarakat Medan pun sedikit banyaknya mereka ikuti termasuk di dalamnya penggunaan kosmetik pemutih Di samping itu tersedianya kosmetik pemutih yang murah dan ‘bagus’, merupakan situasi dan kondisi yang memungkinkan mereka menggunakan kosmetik pemutih. Kosmetik pemutih yang murah dan ‘bagus’ juga menjadi alasan bagi pekerja perempuan penyapu dalam menggunakan kosmetik pemutih. Seperti Jelita baginya kosmetik pemutih yang bagus adalah adalah kosmetik pemutih yang secara cepat dapat merubah warna kulitnya, seperti penuturannya: “Saya tertarik pakai Natural 99 karena saya lihat teman saya yang memakai produk tersebut perubahan kulitnya cepat bu, dari hitam menjadi putih dan mulus. Menurut saya yang dijual di ‘kampung keling’ lebih bagus dari pada yang dijual di swalayan. Kalau yang dijual di ‘kampung keling’ bedaknya lebih kekuning-kuningan, sedangkan kalau di jual di swalayan agak kemerah-merahan gitu, jadi saya pun ragu untuk beli di swalayan Kalau mengenai harganya sama baik itu yang dijual dikampung keliling dengan yang dijual di swalayan sama-sama Rp. 10.000,- sepuluh ribu rupiah”. Sri Suriani Purnamawati : Perilaku Pekerja Perempuan Penyapu Jalan Terhadap Kosmetik Pemutih Di Kota Medan Tahun 2009, 2009 Alasan harga dan kualitas juga yang menjadi salah satu pertimbangan mahasiswi Fakultas Ekonomi jurusan managemen di beberapa perguruan tinggi swasta di Malang dalam memutuskan pembelian kosmetik pemutih wajah Indarti,2002.

5.2. Alasan Penggunaan Kosmetik Pemutih dan Murah.