BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Kajian dalam tesis ini adalah mengenai perilaku pekerja perempuan penyapu jalan terhadap kosmetik pemutih. Perilaku tersebut dipengaruhi oleh faktor internal
dan eksternal. Faktor internal meliputi pengetahuan, pengalaman dan sikap mengenai kosmetik, serta konsep cantik, sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan fisik
dan sosial, sumber informasi, dan situasi dan kondisi yang memungkinkan penggunaan kosmetik pemutih
Kosmetik pemutih yang digunakan informan terdiri dari berbagai merek kosmetik pemutih, diantaranya ada yang mengandung bahan berbahaya, dengan masa
penggunaan yang bervariasi, yaitu antara 1-5 tahun. Beberapa informan mengakui tujuan penggunaan kosmetik pemutih adalah agar tampil cantik dan menarik. Hal ini
tidak terlepas dari konsep informan tentang cantik, yaitu berkulit putih, bersih dan mulus.
Konstruksi bahwa cantik itu adalah putih, tidak terlepas dari konstruksi kultural bangsa Cina yang mengatakan perempuan cantik adalah yang berkulit putih
dan lembut, berkilau seperti permata atau disebut juga kecantikan Asia yang oriental. Konstruksi kultural seperti di atas menimbulkan adanya permintaan demand akan
kosmetik pemutih. Penelitian yang dilakukan di Jepang menunjukkan 60 perempuan Jepang dan 75 perempuan Cina masih menginginkan warna kulit yang
lebih putihcerah dari warna kulit aslinya, meskipun mereka telah memiliki kulit yang
Sri Suriani Purnamawati : Perilaku Pekerja Perempuan Penyapu Jalan Terhadap Kosmetik Pemutih Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
putih Badan POM, 2006:8. Sayangnya konstruksi kultural bangsa Cina mengenai cantik tersebut berpengaruh kepada masyarakat Medan yang umumnya berkulit
kuning langsat. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya kosmetik pemutih asal Cina, Hongkong dan Taiwan yang beredar di kota Medan.
Pemahaman informan mengenai kosmetik merupakan kristalisasi pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari berbagai sumber informasi seperti: teman,
tetangga, anak kandung dan media elektronik. Pengetahuan informan akan kosmetik masih parsial, yaitu hanya terbatas pada kosmetik yang digunakan pada kulit wajah.
Sikap informan terhadap kosmetik pemutih juga bervariasi, ada yang konsisten dalam penggunaanya, ada yang berganti-ganti, bahkan ada yang tidak tertarik untuk
menggunakannya. Pemahaman dan sikap informan terhadap kosmetik pemutih terwujud dalam
tindakan informan dalam menggunakan atau tidak menggunakan kosmetik pemutih. Tindakan tersebut ada yang sesuai dengan aturan pemakaian dan ada pula yang tidak
sesuai. Tindakan penggunaan kosmetik yang tidak sesuai dapat menimbulkan efek samping yang tidak diingini.
Alasan yang digunakan informan dalam penggunaan kosmetik pemutih selain agar dapat tampil cantik dan menarik, juga karena ingin dihargai, ingin disayang
suami, lebih percaya diri dan untuk perawatan kulit wajah. Keterbatasan ekonomi menjadikan mereka memilih kosmetik pemutih yang murah dan bagus. Bagi informan
yang dimaksud dengan kosmetik bagus adalah yang bisa dengan cepat memberikan perubahan pada kulit wajahnya menjadi lebih putih dan serasi digunakan.
Sri Suriani Purnamawati : Perilaku Pekerja Perempuan Penyapu Jalan Terhadap Kosmetik Pemutih Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Informan tidak merasa bahwa kosmetik pemutih yang mereka gunakan mengandung bahan berbahaya, justru mereka merasakan adanya manfaat dalam
penggunaan kosmetik pemutih. Kalaupun ada reaksi dari kosmetik pemutih yang digunakan seperti pengelupasan kulit diawal pemakaian, dann bercak -bercak hitam
bila pemakaian kosmetik pemutih dihentikan, mereka menganggapnya sebagai reaksi yang wajar dan tidak perlu terlalu dipikirkan.
Pekerjaan informan sebagai pekerja perempuan penyapu jalan bukanlah menjadi sebab bagi informan untuk menggunakan kosmetik pemutih diantara
informan ada juga yang tidak menggunakan kosmetik pemutih. Penggunaan kosmetik pemutih tersebut lebih didasari karena informan adalah perempuan, seperti
umumnya perempuan yang ingin tampil cantik dan menarik, yang sedikit banyaknya terpengaruh oleh mode dan iklan.
6.2. Saran