Kosmetik Pemutih Berbahaya PEMBAHASAN

22. KAI Eyes Shadows Blush On - Rhodamin B Merah K.10 Tidak terdaftar 23. MEIXUE YIZU Eye Shadow Meixue Cosmetic Co.l.td. Merah K.10 Tidak terdaftar 24. NUOBEIER Blusher Taizhou Zhongeun Tianyuan Merah K.3 Tidak terdaftar 25. NUOBEHER Blush On - Merah K.3 Rhodamin B Merah K.10 Tidak terdaftar 26. NUOBEHER Pro- make up Blusher No.5 Taizhou Zhongeun Tianyuan Daily-Use Chemicals Co Ltd Merah K.3 Tidak terdaftar 27. SUTSYU Eye Shadow Sutsyu Corp Tokyo Merah K.3 Tidak terdaftar Begitu pun dengan kosmetik pemutih yang murah, tidak semuanya mengandung bahan berbahaya, karena ada juga yang murah dengan harga berkisar Rp 3000,- sampai Rp 5000,- dan kemungkinan tidak mengandung bahan berbahaya seperti “Kelly” dan “Viva”. Hal ini bisa peneliti katakan demikian, karena pada kemasan kedua merek kosmetik pemutih tersebut tercantum nomor registrasi yang dikeluarkan oleh Badan POM, artinya produk tersebut terdaftar dan aman digunakan. Tetapi sayangnya kebanyakan kosmetik pemutih dan berharga murah yang digunakan oleh informan ternyata tidak terdaftar dan mengandung bahan yang berbahaya, seperti “RDL”, “Natural 99”, “Meei Yung”.

5.3. Kosmetik Pemutih Berbahaya

Kosmetik pemutih dengan merek “Natural 99”, “RDL”, “Mei Yung” berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dan Public Warning, termasuk yang dilarang penggunaannya karena mengandung bahan berbahaya. “Natural 99” dan “Mei Yung” mengandung merkuri, “RDL” mengandung Sri Suriani Purnamawati : Perilaku Pekerja Perempuan Penyapu Jalan Terhadap Kosmetik Pemutih Di Kota Medan Tahun 2009, 2009 hidroquinon dan asam retinoat, sedangkan merek “OE” dan “Quin Yen” belum peneliti ketahui kandungannya. Adanya kandungan merkuri dalam kosmetik pemutih dapat menyebabkan alergi dan iritasi kulit. Pemakaian dengan dosis tinggi menyebabkan kerusakan otak secara permanen, gagal ginjal yang berakibat kematian dan gangguan perkembangan janin yang berakibat keguguran dan mandul Badan POM,2008:5. Sedangkan hidroquinon dapat mengakibatkan iritasi kulit, kulit menjadi merah dan rasa terbakar, juga menyebabkan kelainan pada ginjal, kanker darah leukemia dan kanker. Begitu juga dengan asam retinoat atau tretinoin juga mempunyai efek samping bagi kulit yang sensitif, seperti kulit menjadi gatal, memerah dan terasa panas seperti terbakar Badan POM, 2008:6. Berdasarkan pengamatan peneliti, kulit wajah Bu Molek dan Bu Sun yang berwarna kehitaman sebenarnya merupakan efek samping dari penggunaan kosmetik pemutih merek “RDL” yang mengandung Hidoquinon. Demikian juga dengan bercak-bercak hitam pada kulit wajah Bu Jum yang memakai “Natural 99” dan mengandung merkuri. Lantas mengapa kosmetik pemutih yang mengandung bahan berbahaya dan kebanyakan merupakan produk Cina dan Taiwan bisa sampai ke tangan informan?. Kenyataannya kosmetik pemutih yang mengandung bahan berbahaya tersebut dengan mudah diperoleh oleh informan dan dijual bebas di pasaran. Seperti Jelita yang membeli kosmetiknya di ”Kampung Keling” yang merupakan daerah tempatnya bekerja. Begitu juga dengan Bu Sun yang memperoleh kosmetik pemutih dari anaknya yang bekerja sebagai penyapu jalan di kawasan Medan Mall, dan Bu Jum Sri Suriani Purnamawati : Perilaku Pekerja Perempuan Penyapu Jalan Terhadap Kosmetik Pemutih Di Kota Medan Tahun 2009, 2009 yang membeli kosmetik pemutih di pajak Simpang Limun dekat dengan tempat kerjanya. Bukankah sudah ada Bea Cukai yang mengawasi keluar masuk nya barang- barang dari luar dan dalam Negeri dan sudah ada Balai Besar POM Medan yang melakukan pengawasan terhadap produk kosmetik yang mengadung bahan berbahaya? Menurut Balai Besar POM Medan, kosmetik pemutih yang tidak terdaftar dan mengandung bahan berbahaya masuk ke Indonesia dengan cara diselundupkan http:www.detikmews.comread . Dalam proses pendaftaran kosmetik, Badan POM mensyaratkan persediaan kosmetik harus memenuhi persyaratan mutu, termasuk diantaranya tidak mengandung logam merkuri. Pada kenyataannya masih terdapat beberapa kosmetik yang sudah memiliki nomor registrasi, ternyata mengadung merkuri. Hal ini terjadi akibat ulah oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab yang yang pada saat pendaftaran tidak memasukkan merkuri pada sediaan kosmetinya, tetapi yang diedarkan ke pasaran sudah ditambahkan dengan merkuri Manurung, 2008:72. Selain itu juga di Jakarta ditemukan adanya usaha Home Industry yang memproduksi kosmetik pemutih palsu, dengan mendompleng merek-merek terkenal seperti UV Whitening, ”Dokter” dan ”Natural 99” SIB, 20 Mei 2009. Tersedianya kosmetik pemutih dengan harga murah dan mudah diperoleh menurut peneliti merupakan situasi dan kondisi yang memungkinkan informan untuk menggunakan kosmetik pemutih tersebut. Sebagaimana menurut Kar dalam Notoatmojo 2005 bahwa perilaku seseorang juga ditentukan oleh situasi dan kondisi yang memungkinkan seseorang untuk bertindak atau tidak bertindak. Demikian juga Sri Suriani Purnamawati : Perilaku Pekerja Perempuan Penyapu Jalan Terhadap Kosmetik Pemutih Di Kota Medan Tahun 2009, 2009 menurut WHO dalam Notoatmodjo 2005 bahwa sumber-sumber daya seperti fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya, semuanya berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok. Selain itu adanya referensi dari teman yang ‘berhasil’ memakai kosmetik pemutih yang mengandung bahan berbahaya juga menjadi alasan bagi informan untuk menggunakan kosmetik tersebut. Beberapa informan seperti Bu Puji, Bu Molek, Inung dan Bu Jum mengakui bahwa mereka menggunakan kosmetik pemutih yang dipakainya sekarang sama dengan merek kosmetik pemutih yang dipakai temannya. Hal ini mereka lakukan karena mereka melihat kulit wajah temannya yang tampak lebih putih dan bersih dari sebelumnya. Begitu juga dengan teman yang tidak berhasil menjadi referensi bagi informan untuk menghentikan pemakaian kosmetik, seperti halnya Jelita. Hal ini didukung oleh hasil penelititan Indarti 2002 juga menunjukkan bahwa faktor kelompok referensi yang meliputi pengalaman tetangga dan sahabat karib merupakan faktor yang dipertimbangkan oleh mahasiswi Fakultas Ekonomi di beberapa Perguruan Tinggi Swasta di Malang, dalam memutuskan membeli kosmetik wajah. Demikian juga dengan, teori World Health Organization WHO yang dikutip oleh Notoatmodjo 2007:180 dimana tim kerja dari WHO menganalisa bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu salah satunya adalah karena adanya orang penting sebagai referensi, seperti teman, tetangga dan anggota keluarga. Adanya bahan berbahaya yang terkandung dalam kosmetik pemutih yang dipakai informan tidak sepenuhnya disadari oleh informan. Seperti halnya Bu Molek, yang menganggap bercak hitam yang dialami pada wajahnya bukan merupakan efek Sri Suriani Purnamawati : Perilaku Pekerja Perempuan Penyapu Jalan Terhadap Kosmetik Pemutih Di Kota Medan Tahun 2009, 2009 samping penggunaan kosmetik pemutihnya, cuma karena Bu Molek sedang tidak memakai kosmetiknya selama lebih kurang seminggu, sebab kehabisan. Seperti yang dikatakan Bu Molek: “Ya kalau memang berbahaya, kan sudah dari dulu kulit wajahku cacat, nyatanya sampai sekarang nggak apa-apa, itukan cuma masalah serasi-serasian” Hal di atas dikatakan Bu Molek, karena pada kenyataannya setelah kembali memakai kosmetik pemutihnya, kulit wajah Bu Molek nampak putih kembali. Begitu juga dengan Bu Puji yang tidak terlalu memikirkan efek samping dari kosmetik yang digunakannya, “Saya ndak tau tuh. Dan ndak terlalu mikirin juga”. Sementara itu, Bu Jum juga tidak tahu mengapa pada kulit wajahnya ada bercak- bercak hitam. Menurut peneliti kemungkinan karena efek samping kosmetik pemutih yang digunakannya. Seperti yang dikatakan Bu Jum: “Nggak tau nih, di wajah saya muncul bercak-bercak hitam. Padahal dulunya nggak ada. Kalo gatal-gatal sih nggak, cuma bercak-bercak ini aja. Mau ganti pelembab nggak tau mau makai merek apa dan takut juga ganti-ganti, takut nggak serasi”. Lain halnya dengan Bu Sun yang tetap memakai kosmetik pemutih merek yang sama dengan Bu Molek yaitu “RDL”, walaupun sudah jelas memberikan efek samping yang ‘mengerikan’ kulitnya merah kehitaman. Bagi Bu Sun kulit wajahnya menjadi seperti itu karena dia sudah tua, umurnya sudah 57 tahun, sehingga wajar bila kulitnya tidak lagi sanggup menerima kosmetik. Hanya dua informan saja, ada yang merasa takut menggunakannya lagi karena mereka mendapat informasi bahwa Sri Suriani Purnamawati : Perilaku Pekerja Perempuan Penyapu Jalan Terhadap Kosmetik Pemutih Di Kota Medan Tahun 2009, 2009 kosmetik pemutih yang mereka gunakan mengandung bahan berbahaya, yaitu Jelita dan Bu Isabella. Reaksi yang berbeda yang dialami oleh Bu Sun dan Bu Molek dapat terjadi karena kemungkinan adanya reaksi alergi yang dialami Bu Sun akibat pemakaian kosmetik tersebut. Menurut Tranggono 2007, ada empat faktor yang memengaruhi hasil pemakaian kosmetik terhadap kulit, baik yang akan memberikan hasil positif yang menguntungkan kulit, atau hasil negatif yang merugikan kulit. Keempat faktor itu adalah faktor manusia, faktor kosmetik, faktor lingkungan dan interaksi ketiga faktor tersebut. Faktor manusia seperti kurangnya pengetahuan dapat menimbulkan kesalahan dalam pemakaian kosmetik. Begitu juga pada orang-orang tertentu yang berkulit sensitif, pemakaian kosmetik dapat menimbulkan iritasi dan reaksi lainnya, yang pada orang lain reaksi tersebut tidak terjadi. Penggunaan kosmetik pemutih yang mengandung bahan berbahaya ternyata tidak hanya terjadi di kalangan perempuan penyapu jalan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Manurung 2008:85 di salah satu Pusat Kebugaran dan Kecantikan di Kota Medan, menunjukkan 46,31 responden menggunakan kosmetik pemutih yang mengandung merkuri. Selain tidak menyadari adanya bahaya pada kosmetik yang digunakan, informan merasakan adanya manfaat dari penggunaan kosmetik pemutih tersebut. Seperti Bu Jum, Bu Puji, Bu Molek dan Inung yang merasa kulit wajahnya lebih putih dari sebelumnya. Kesetiaan Bu Molek dalam memakai kosmetik pemutih wajah dalam jangka waktu yang lama yaitu 5 lima tahun adalah bukti bahwa bu Molek merasakan manfaat yang positif bagi dirinya, sehingga adapun pemberitaan Sri Suriani Purnamawati : Perilaku Pekerja Perempuan Penyapu Jalan Terhadap Kosmetik Pemutih Di Kota Medan Tahun 2009, 2009 mengenai efek samping dari kosmetik pemutih, bukanlah menjadi penghalang baginya untuk memakai kosmetik pemutih tersebut. Demikian juga dengan Bu Puji yang sudah memakai kosmetik pemutihnya selama 3 tiga tahun. Hal ini didukung oleh pendapat H.Ray Elling dalam Notoatmodjo 92005:71 self concept merupakan salah satu faktor sosial yang berpengaruh pada perilaku seseorang. Self concept ditentukan oleh tingkatan kepuasan atau ketidakpuasan yang kita rasakan terhadap diri kita sendiri, terutama bagaimana kita ingin memperlihatkan diri kita kepada orang lain. Bila orang lain melihat kita positif dan menerima yang kita lakukan, kita akan meneruskan perilaku kita. Secara tidak langsung self concept kita cenderung menentukan apakah kita berusaha menerima diri kita seperti adanya atau berusaha untuk merubahnya. Demikian juga dengan Teori Sistem Bartalanffy yang diperluas oleh Parsons melihat bahwa perilaku cenderung menekankan empat macam hal yaitu mencari kepuasan fisik, keinginan untuk menguraikan makna-makna simbolis, kebutuhan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan fisik-organik dan berusaha berhubungan dengan manusia lain. Bagi umumnya informan menjadi cantik dan menarik merupakan salah satu upaya untuk mencari kepuasan fisik sekaligus kepuasan psikis. Sri Suriani Purnamawati : Perilaku Pekerja Perempuan Penyapu Jalan Terhadap Kosmetik Pemutih Di Kota Medan Tahun 2009, 2009

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN