Pengetahuan, Sikap terhadap Kosmetik Pemutih.

akhirnya Bu Molek memilih kosmetik yang jauh lebih murah yang menurutnya juga bisa memberikan hasil yang sama yaitu kulit yang putih bersih.

4.5. Pengetahuan, Sikap terhadap Kosmetik Pemutih.

Dari penelitian ini, peneliti juga memperoleh gambaran bahwa pengetahuan dan pemahaman informan tentang kosmetik juga bervariasi, demikian juga dengan sikap dan kepercayaan informan mengenai kosmetik. Hal ini dapat dilihat dari ungkapan-ungkapan ataupun jawaban yang diberikan informan kepada peneliti ketika peneliti menanyakan tentang apa yang dimaksud dengan kosmetik, tujuan penggunaan kosmetik, jenis-jenisnya dan kegunaannya. Bu Molek, menjelaskannya sebagai berikut, “Kosmetik itu, ya untuk bikin cantik, kalau jenis-jenisnya aku tidak ngerti kali, apa gunanya pun aku tidak tahu, yang ku tahu bedak yang sekarang ku pakai ini, membuat kulitku lebih putih, lebih mulus dan tidak ada jerawat. Bedak ini 1 satu setnya ada 3 tiga ada untuk dipakai pagi, untuk dipakai untuk malam dan 1 satu alkoholnya. Sebelum dipakai bedak untuk pagi, alkoholnya dipakai terlebih dulu, kalau sabun untuk membersihkan wajah aku memakai sabun “Shun Zui” nggak ada pakai yang lain lagi, itu saja.” Begitulah penjelasan Bu Molek kepada peneliti, baginya tujuan memakai kosmetik adalah agar terlihat lebih cantik. Disamping itu Bu Molek juga tidak dapat menjelaskan jenis-jenis kosmetik dan kegunaannya, bahkan ketika ditanya apa gunanya alkohol dipakai, jawabnya “Ya memang gitu cara pakainya”. Selain itu menurut pengamatan peneliti selain memakai bedak, Bu Molek juga menggunakan lipstick dalam melakukan aktivitas sebagai penyapu jalan. Sri Suriani Purnamawati : Perilaku Pekerja Perempuan Penyapu Jalan Terhadap Kosmetik Pemutih Di Kota Medan Tahun 2009, 2009 Sama halnya dengan Bu Ani dan Bu Arti menjelaskan kepada peneliti, bahwa mereka juga tidak mengetahui jenis-jenis kosmetik, dan kegunaannya, ketika peneliti menanyakan tentang: susu pembersih, cairan penyegar kulit, pelembab, sun block, bleaching, dan lain-lain. “mbooh, orang sudah tua untuk apa pakai kosmetik, kalau sudah tua pastilah jelek namanya sudah tua, nggak ngerti kosmetik itu apa, udah pakai Kelly aja, ngapain yang lain”. tutur Bu Arti. “Ngak tau, aku tidak pernah pakai kayak gituan, takut, malas. Jadi ngak tahu apa-apa soal kosmetik” kata Bu Ani Tidak jauh berbeda, Bu Jum, Bu Laila, Bu Puji dan Bu Mala, ketika ditanya tentang jenis-jenis kosmetik hanya dapat menyebutkan pelembab, bedak, celak dan lipstick. Seperti yang diungkapkan oleh Bu Mala, “Kosmetik itu semua yang berhubungan sama kecantikan. Pelembab, bedak, lipstick, celak. Semuanya gunanya untuk membuat perempuan lebih cantik dan beda dari biasanya. Saya taunya cuma sebatas itu aja mbak”. Dari ungkapan-ungkapan di atas, dapat diperoleh gambaran bahwa pengetahuan informan mengenai kosmetik hanya terbatas pada kosmetik untuk wajah saja. Walaupun tidak dapat menyebutkan secara terperinci kegunaan masing-masing jenis kosmetik yang peneliti sebutkan, secara umum mereka tahu tujuan mereka memakai kosmetik adalah agar penampilan mereka lebih cantik dan menarik. Diantara informan seperti jelita, juga mengetahui bahwa selain kosmetik pemutih yang mereka gunakan sekarang, daun-daun tumbuhan seperti daun asam jawa juga dapat digunakan sebagai bedak dingin yang dapat menghaluskan kulit wajah. Tetapi memakai bedak dingin dari daun asam jawa membuat penampilan menjadi tidak menarik. Demikian juga halnya dengan Bu Molek, sebelum memakai kosmetik pemutih merek “RDL”, Bu Molek juga pernah memakai bedak dingin Sri Suriani Purnamawati : Perilaku Pekerja Perempuan Penyapu Jalan Terhadap Kosmetik Pemutih Di Kota Medan Tahun 2009, 2009 dengan tujuan agar kulit wajahnya terlindungi dari sinar matahari dan terasa ‘adem’. Penggunaan bedak dingin dihentikan pemakaiannya karena selain membuat penampilan menjadi tidak menarik, juga merepotkan, karena kurang praktis. Ditambah lagi dengan tersedianya kosmetik pemutih pengganti bedak dinginnya. Dalam memilih kosmetik pemutih, bagi informan yang paling penting adalah reaksi kosmetik pemutih yang secara cepat merubah warna kulit yang gelap menjadi lebih putih, mulus dan bersih, dan tidak memberikan efek samping, inilah yang mereka maksud dengan kosmetik yang bagus. Hal ini dapat dilihat dari ungkapan beberapa informan, salah satunya adalah Bu Molek: “Sejak saya memakai “RDL” kulit saya semakin putih, bersih dan bebas jerawat. RDL ini saya beli dari swalayan di simpang kayu besar, harganya hanya Rp. 40.000,- empat puluh ribu rupiah dengan mendapat 2 bedak untuk pemakaian siang dan malam dan satu botol alkoholnya”. Sampai sekarang ini Bu Molek masih memakai produk kosmetik pemutih “RDL” karena selama + 5 lima tahun memakai produk ini, Bu Molek tidak merasakan ada dampak buruk pada kulit wajahnya, seperti kulit wajah menjadi kemerah- merahan. Walaupun Bu Molek mengatakan bahwa dia tidak merasa ada dampak yang buruk pada kulit wajahnya, tapi hasil pengamatan peneliti sebenarnya pada wajahnya sudah ada efek dari kosmetik yang digunakannya, karena terlihat pada bagian atas pipinya kulitnya ada flek hitam. Beda halnya dengan Bu Jum, walaupun sejak memakai “Natural 99” timbul flek-flek hitam pada wajahnya ia tetap meneruskan memakai karena ia tidak tahu dan bingung harus memakai produk apa. Bu Jum juga tidak terlalu memedulikan efek samping berupa flek-flek hitam ini. seperti yang dituturkannya kepada peneliti: Sri Suriani Purnamawati : Perilaku Pekerja Perempuan Penyapu Jalan Terhadap Kosmetik Pemutih Di Kota Medan Tahun 2009, 2009 “Ya ada hitam-hitamnya dikit ya ndak masalah lah. yang penting sudah lumayan putih”. Ketika peneliti bertanya kenapa kulit wajahnya nampak kehitaman, Bu Molek menjawab, “Ini karena sudah seminggu aku nggak pakai bedaknya, karena habis, belum sempat beli, nanti kalau ku pakai lagi kulitnya akan menjadi putih bersih”. Memang ternyata setelah tiga hari peneliti berjumpa lagi dengan Bu Molek, wajah Bu Molek sudah kelihatan lebih putih dan cantik. Sama halnya dengan Jum, Jelita juga memakai kosmetik pemutih merek “Natural 99”. Menurut Jelita setelah memakai merek “Natural 99” wajahnya berubah menjadi lebih putih dan mulus, harga yang murah juga menjadi alasan Jelita untuk menggunakan produk kosmetik pemutih tersebut, harganya Rp.10.000,- sepuluh ribu rupiah. Konsistensi Jelita dalam memakai “Natural 99” ditunjukkan dengan cara tidak membeli produk kosmetik “Natural 99” di tempat lain, seperti swalayan. Jelita menganggap bahwa produk kosmetik “Natural 99” yang dijual di tempat lain adalah produk “Natural 99” palsu, karena reaksi yang ditimbulkan untuk memutihkan wajah sangat lambat, bahkan tidak ada reaksi sama sekali, sedangkan jika membeli “Natural 99” di ‘Kampung Keling’ reaksi yang diberikan kosmetik pemutih tersebut sangat cepat. Bahkan dia rela tidak menggunakan sisa produk “Natural 99” yang sudah dibelinya di swalayan. Menurut Jelita untuk membedakan produk “Natural 99” yang bagus dan palsu, selain dari reaksinya juga berdasarkan warnanya, “Saya tertarik pakai Natural 99 karena saya lihat teman saya yang memakai produk tersebut perubahan kulitnya cepat bu, dari hitam menjadi putih dan mulus. Menurut saya yang dijual di kampung keling lebih bagus dari pada yang dijual di swalayan. Kalau yang dijual di kampung keling bedaknya lebih kekuning-kuningan, sedangkan kalau di jual di swalayan agak kemerah-merahan gitu, Sri Suriani Purnamawati : Perilaku Pekerja Perempuan Penyapu Jalan Terhadap Kosmetik Pemutih Di Kota Medan Tahun 2009, 2009 jadi saya pun ragu untuk beli di swalayan Kalau mengenai harganya sama baik itu yang dijual dikampung keliling dengan yang dijual di swalayan sama-sama Rp. 10.000,- sepuluh ribu rupiah”. Apa yang diketahui dan dipahami Jelita tentang kosmetik palsu justru berbeda dengan yang peneliti pahami. Secara sederhana kita justru bisa membandingkan kosmetik palsu dengan asli berdasarkan efek penggunaannya. Pada kosmetik palsu, efek yang diharapkan pada umumnya cepat terjadi. Pada penggunaan kosmetik pemutih palsu, wajah pengguna akan memutih dalam waktu seminggu atau sebulan, namun apabila tidak digunakan lagi maka wajahnya akan memerah, menghitam atau beragam efek lainnya sehingga pengguna akan mengalami ketergantungan terhadap produk tersebut http:apotek.dagdigdug.com . Tetapi setelah Jelita mendengar adanya larangan untuk memakai produk kosmetik pemutih “Natural 99”, Jelita pun menghentikan pemakaian kosmetik tersebut, karena ternyata produk ini mengandung merkuri dan dapat mengakibatkan kanker kulit. Informasi ini ia ketahui dari teman-temannya yang juga memakai produk “Natural 99”. Selain itu, Jelita juga melihat efek samping yang diderita tetangga karena memakai kosmetik yang sama, katanya: “Ya saya juga tahu tentang efek samping kosmetik pemutih, seperti tetangga saya memakai kosmetik yang sama denganku, tetapi karena tidak serasi kulitnya jadi hitam atau “comeng-comeng” di daerah pipi, dan di atas bibir, kan jelek kelihatannya dan itu tidak bisa hilang”. Karena hal tersebut, sampai sekarang Jelita belum mau lagi memakai kosmetik pemutih dengan merk apapun juga. Ketika peneliti menanyakan apa tidak kepingin memakai kosmetik pemutih merek “RDL”, Jelita menjawab, reaksi yang ditimbulkan akibat pemakaian kosmetik Sri Suriani Purnamawati : Perilaku Pekerja Perempuan Penyapu Jalan Terhadap Kosmetik Pemutih Di Kota Medan Tahun 2009, 2009 pemutih “RDL” cukup menakutkan dirinya. Karena pada tahap awal pemakaian kosmetik tersebut, akan terjadi pengelupasan kulit wajah lebih kurang selama seminggu kemudian baru kembali normal. Hal ini diketahuinya karena melihat ketika pertama kali Bu Molek memakai kosmetik tersebut. Ketika peneliti kembali menanyakan hal tersebut, memang diakui Bu Molek pada awal pemakaian kosmetik “RDL”, akan terjadi pengelupasan kulit wajah. Bagi Bu Molek, hal ini merupakan kewajaran, karena pengelupasan kulit wajah itu berarti proses pembersihan wajah itu sendiri. Informan lain, seperti Bu Isabella pun akhirnya beralih memakai produk “Viva” berdasarkan rekomendasi dari anaknya yang juga memakai produk “Viva”, walaupun menurutnya setelah memakai viva belum menimbulkan reaksi apa pun pada wajahnya seperti yang diinginkannya, malahan wajahnya menjadi bertambah gelap, dan berjerawat. Lain halnya ketika ia memakai “Kelly”, kulitnya menjadi putih dan bersih, tetapi sekarang “Kelly” tidak dipakainya lagi. Menurut informasi dari teman-temannya produk “Kelly” sudah dilarang penggunaannya, karena mengandung merkuri. Pemandangan yang menggenaskan, peneliti rasakan ketika melihat wajah Bu Sun. Wajah Bu Sun merah kehitaman seperti terbakar. Bu Sun mengaku kepada peneliti bahwa ia sekarang memakai “Kelly”, setelah sebelumnya pernah memakai bedak “OE” yang hanya ia gunakan selama 5 lima bulan terakhir. Pemakaian bedak “OE” ia hentikan karena tidak cocok dengan wajahnya, “Saya merasa wajah saya menjadi panas, dan memerah seperti ini”, kata Bu Sun sambil menunjuk pada wajahnya. Sri Suriani Purnamawati : Perilaku Pekerja Perempuan Penyapu Jalan Terhadap Kosmetik Pemutih Di Kota Medan Tahun 2009, 2009 Berdasarkan informasi dari teman sekerja Bu Sun, bahwa sebenarnya “uwak” begitu mereka memanggil Bu Sun, memakai kosmetik pemutih karena ikut-ikutan, tergantung apa yang dipakai teman kerjanya. “Baik itu bedak ataupun lipstick pasti uwak tidak mau kalah dengan kami, karena keesokkan harinya ia sudah memakai seperti apa yang kami pakai” tutur rekannya. Menurut mereka “uwak” bisa seperti itu, karena anaknya bekerja sebagai penyapu jalan di Medan Mall, sehingga memudahkan Bu Sun mendapatkan produk-produk kosmetik apapun. Selain itu menurut rekannya uwak bisa seperti itu, karena dia sudah tidak ada tanggungannya lagi dan pekerjaan suaminya sekarang dukun, jadi uwak banyak uangnya. Bu Sun tidak peduli apakah produk kosmetik pemutih yang ia pakai itu serasi atau tidak dengan dirinya. “Padahal kami sudah memberitahukan bahwa kosmetik pemutih yang uwak pakai sekarang yaitu “RDL” seperti yang di pakai Bu Molek, tidak serasi dengan kulit wajah uwak, karena uwak sudah tua sehingga kulit wajahnya tidak menerima lagi”, tutur temannya lagi. Tindakan Bu Sun yang tetap menggunakan “RDL”, walaupun penggunaan kosmetik tersebut tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan, bertolak belakang dengan ungkapan Bu Sun yang menyatakan, “Cantik itu orang yang menilai bukan kita sendiri. Mereka yang melihat kita setiap hari jadi dari merekalah kita tau apakah kita cantik atau tidak. Cantik itu tergantung penilaian orang, bukan kita yang mengatakan kalau kita cantik”. Reaksi kosmetik yang berbeda bagi Bu Sun dan Bu Molek dapat terjadi, karena kemungkinan kosmetik “RDL” tersebut mengandung bahan-bahan yang bersifat Sri Suriani Purnamawati : Perilaku Pekerja Perempuan Penyapu Jalan Terhadap Kosmetik Pemutih Di Kota Medan Tahun 2009, 2009 alergenik, yang memberikan reaksi alergi bagi seseorang sedangkan pada orang lain reaksi yang serupa tidak terjadi. Ketika ditanya apakah harga yang mahal menjamin bagusnya suatu kosmetik, Bu Molek dan Bu Jum menjawab, menurutnya kosmetik mahal maupun yang murah harganya baginya sama. Bisa berbeda tergantung pada keserasian si pemakainya. Berikut pernyataan Bu Molek kepada peneliti, “Kalau bedak produk mahal dan murah itu bagi saya sama saja, tergantung dari cocok atau tidaknya produk tersebut dengan wajah kita. Contohnya saja saya, sewaktu saya pakai lipstick yang harganya mahal, eh ternyata bibir saya jadi bengkak dan gatal-gatal sedangkan ketika saya memakai lipstick yang murah dan bukan merek terkenal bibir saya baik-baik saja kok bu dan malahan lipsticknya tahan lama dipakai”. Hal inilah yang membuat Bu Molek tetap menggunakan “RDL” sebagai kosmetik yang ia percaya “RDL” serasi untuk kulit wajahnya dan dapat menambah kecantikannya. Bagi Jelita produk kosmetik pemutih yang aman itu adalah produk kosmetik yang mahal harganya karena isinya pastilah tidak “sembrono” sehingga dapat menjamin hasil yang baik pula dan tidak menimbulkan kerusakan pada kulit wajah.

4.6. Sumber Informasi