Konsep Cantik Pekerja Perempuan Penyapu Jalan.

yang memakai jilbab, serta tidak lupa memakai bedak dan lipstick. Bahkan peneliti juga pernah menjumpai pekerja perempuan penyapu jalan yang berpakaian dengan memakai celana short dengan atasan kaos merah bergaris-garis, yang sedang menyapu di sekitar jl.Dr Mansur. Hanya penutup kepala berwarna kuning sajalah yang menandakan dia seorang perempuan penyapu jalan. Penampilan informan yang demikian, menjadikan mereka tidak ada bedanya dengan pekerja perempuan di tempat-tempat lain, tampil cantik, menarik dan wangi, ditambah lagi ada beberapa dari mereka yang berwajah cantik. Sehingga bagi orang yang tidak mengenal mereka, bisa tidak mengetahui bahwa pekerjaan mereka di kota Medan adalah sebagai pekerja perempuan penyapu jalan. Keadaan ini membuat mereka merasa nyaman dan betah puluhan tahun bekerja sebagai penyapu jala, disamping memiliki gaji yang lumayan, juga bisa melihat-lihat kota Medan dan perkembangannya, seperti yang dikatakan oleh Jelita, Jum dan Bu Molek. Hal ini sesuai dengan gambaran yang diperoleh dari penelitian sebelumnya Linda, 1990 bahwa 60 pekerja penyapu jalan merasa gembira, mendapat banyak pengalaman, gaji lumayan dan hubungan dengan rekan sekerja maupun mandor terasa akrab.

4.4. Konsep Cantik Pekerja Perempuan Penyapu Jalan.

Kecantikan telah menjadi bagian dari gaya hidup dan fesyen. Ia menjadi tren yang memengaruhi tampilan mode secara global. Setiap tahun punya kecenderungan tren tertentu dalam hal kecantikan dan fesyen. Bentuk perawatan kecantikan dan pemaknaannya lebih spesifik untuk kepentingan penampilan dan kharisma seorang Sri Suriani Purnamawati : Perilaku Pekerja Perempuan Penyapu Jalan Terhadap Kosmetik Pemutih Di Kota Medan Tahun 2009, 2009 perempuan. Selain itu perawatan juga berkaitan dengan aspek kesehatan dan kebugaran, yang meliputi aspek kecantikan kulit, wajah dan tubuh secara keseluruhan. Perawatan kulit terutama kulit wajah secara teratur memang penting untuk dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Bukan hanya membuat penampilan jadi menarik, melainkan yang terpenting adalah untuk perawatan kesehatan kulit, salah satunya dengan menggunakan kosmetik. Kecantikan merupakan hal yang berharga bagi seorang perempuan. Hal ini juga diakui oleh para informan pada penelitian ini. Masing–masing informan memiliki pemahaman tersendiri tentang cantik. Menurut Bu Sun dan Bu Molek, cantik itu tergantung dari penilaian orang lain terhadap diri kita. Seperti yang dituturkan Bu Molek: “Cantik itu relatif tergantung orang yang menilai, Bu Pupun juga cantik peneliti dari dulu wajahnya begitu-begitu saja tidak berubah, putih dan bersih, saya pun ingin kelihatan cantik lah bu menarik dan enak dilihat. Jadi menurut saya cantik itu enak dilihat. Ini si Farida juga cantik, dulu sebelum sakit dia ini mirip dengan Titik Sandora”….sambil menunjuk teman di sampingnya, yang peneliti lihat memang berwajah putih dan mempunyai tahi lalat di pipi atasnya, tapi matanya tampak cekung dan pipinya kurus karena penyakit TBC yang dideritanya. Sama hal dengan Bu Jum, Bu Mala dan Bu Isabella yang mengatakan cantik itu menyenangkan, enak dilihat. Selain itu, menurut Bu Isabella, memang sudah kodratnya wanita harus cantik, “Cantik itu enak dilihat atau dipandang. Menurut saya setiap wanita harus tampil cantik karena itulak kodrat wanita. Wanita yang tidak berusaha tampil cantik menurut saya aneh dan menyalahi kodratnya. Walaupun tukang sapu, harus berupaya tampil cantik juga agar bisa menyenangkan suami dan keluarga”, tuturnya. Sri Suriani Purnamawati : Perilaku Pekerja Perempuan Penyapu Jalan Terhadap Kosmetik Pemutih Di Kota Medan Tahun 2009, 2009 Sedangkan pendapat dari Bu Arti tentang cantik, lain lagi, “Cantik itu indah, enak dipandang, langsing, imut-imut, seperti boneka tapi itu semuakan tergantung orang yang lihat”. Lain halnya dengan Jelita yang mengatakan, “Cantik itu putih, bersih dan mulus”. Dari ungkapan-ungkapan tersebut diatas diketahui bahwa pemahaman mereka tentang pengertian cantik sangat bervariasi. Sedangkan menurut Bu Laila justru cantik itu bersih, tidak harus putih dan tidak berlebihan atau alami. Jika berlebihan dalam penampilan menurutnya malah tidak cantik. Bervariasinya pemahaman mereka tentang defenisi cantik merupakan hal yang wajar karena masing-masing orang bebas memberikan pendapat tentang kecantikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Utomo http:www.jurnalperempuan.com bahwa ukuran kecantikan perempuan Indonesia adalah sesuatu yang sangat subjektif dan berbeda dari orang ke orang. Demikian pula Seperti yang ditulis oleh Priastana http:www.Samanggi.phala.or.id , bahwa tubuh yang subur pernah menjadi citra kecantikan perempuan Jawa seperti tampak pada relief candi Borobudur, walaupun sekarang tubuh langsing, singset, menjadi idaman perempuan Jawa. Lain lagi para perempuan suku Dayak di Kalimantan, dikatakan cantik bila mengenakan anting-anting yang makin banyak jumlahnya. Demikian juga sama halnya bila dilihat pada kenyataannya bahwa setiap bangsa memiliki konsep yang berbedabervariasi tentang cantik dan kecantikan. Seperti halnya bangsa Afrika mendefenisikan cantik adalah berkulit hitam, rambut keriting mekar, bibir tebal, serta tubuh yang dipenuhi dengan gambar body painting. Sedangkan menurut Kalisada seorang pujangga India, bahwa pesona kecantikan Sri Suriani Purnamawati : Perilaku Pekerja Perempuan Penyapu Jalan Terhadap Kosmetik Pemutih Di Kota Medan Tahun 2009, 2009 perempuan India adalah berwajah bulat, dada dan pinggulnya berisi, serta berbibir penuh. Perempuan dengan citra seperti ini melambangkan kesuburan dan memiliki rasa kasih sayang. Itulah yang disebut cantik yang sebenarnya menurut bangsa India Eka, 2009: 10-11. Masih dalam tulisan yang sama, dikatakan defenisi cantik menurut bangsa Cina atau disebut juga kecantikan Asia yang oriental. Perempuan cantik digambarkan seperti wanita bernama Mei Fei dan Yang Kuei Fei yang hidup pada Dinasti Tang, berkulit putih dan lembut sehingga terlihat berkilau seperti permata, berambut hitam panjang serta kaki mungil yang dihiasi bunga nan indah. Kecantikan Asia yang oriental ini menurut peneliti banyak juga mengilhami perempuan kota Medan, karena ternyata berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, kosmetik yang mengandung bahan berbahaya dan tidak terdaftar yang beredar di kota Medan sebagian besar berasal dari Cina, Taiwan dan Hongkong. Selain mengungkapkan pengertian cantik beberapa informan seperti Bu Arti, Bu Molek juga mengungkapkan bahwa kecantikan itu ada yang bersifat fisik cantik luar outer beauty dan juga yang bersifat kecantikan yang ada di dalam Diri yang disebut inner beauty. Seperti penuturan Bu Arti, “Cantik wajahnya harus dibarengi dengan hatinya juga harus cantik, sebaliknya jika hanya cantik wajahnya tetapi hatinya jahat itu bukan cantik namanya. Selain itu juga jika sudah tua nanti pastilah menjadi jelek juga, itu kan sudah alamiah”. Hal ini sesuai dengan pendapat Munfarida2007:3 yang mengklasifikasikan kecantikan diklasifikasikan dalam tiga kelompok: pertama, kecantikan hanya bersifat fisik saja outer beauty. Wajah yang ayu, tubuh yang langsing, kulit putih, tinggi Sri Suriani Purnamawati : Perilaku Pekerja Perempuan Penyapu Jalan Terhadap Kosmetik Pemutih Di Kota Medan Tahun 2009, 2009 semampai, hidung mancung merupakan manifestasi kecantikan fisik. Kedua, hakikat kecantikan itu ada dalam Diri yang diistilahkan dengan inner beauty. Kepribadian, intelektualitas, kecakapan emosional, dan kualitas-kualitas nonfisik merupakan gambaran kecantikan model kedua ini. Ketiga, kecantikan itu bersifat fisik dan nonfisik. Pemahaman informan tentang cantik dan kecantikan menurut peneliti tidak terlepas dari pengaruh iklan yang mereka lihat di televisi. Seperti halnya Bu Molek, mengakui kalau ia juga tertarik memakai produk kosmetik yang ia lihat di iklan televisi seperti iklan kosmetik “Tje Fuk”, yang menurut Bu Molek ia ingin memakai produk tersebut, karena model iklan yang di tampilkan di televisi tersebut wajahnya putih, bersih, mulus dan bercahaya. “Sebagai wanita pastilah saya punya keinginan untuk memakai produk tersebut. Saya sempat menanyakan harga bedak “Tje Fuk” tersebut di swalayan tempat saya membeli bedak “RDL” dan harganya sangat mahal, ratusan bu harganya, ya saya pikir ya sudahlah sama saja kok dengan saya pakai “RDL” toh wajah saya tetap putih dan bersih, sayang uangnya bu, lebih baik untuk pakai beli beras”, ujar Bu Molek kepada peneliti. Ketika peneliti mengamati iklan kosmetik “Tje Fuk”, peneliti juga melihat selain model yang digunakan berwajah mulus dan oriental, iklan tersebut juga mengatakan “Tje Fuk” juga bebas merkuri dan hydroquinon. Konsep Bu Molek tentang cantik, yaitu putih, bersih tidak berjerawat turut memengaruhi Bu Molek dalam menjatuhkan pilihan kosmetiknya. Kosmetik yang dipilih Bu Molek adalah kosmetik yang bisa memberikan dampak memutihkan kulitnya seperti iklan yang dilihatnya. Walaupun karena keterbatasan ekonominya Sri Suriani Purnamawati : Perilaku Pekerja Perempuan Penyapu Jalan Terhadap Kosmetik Pemutih Di Kota Medan Tahun 2009, 2009 akhirnya Bu Molek memilih kosmetik yang jauh lebih murah yang menurutnya juga bisa memberikan hasil yang sama yaitu kulit yang putih bersih.

4.5. Pengetahuan, Sikap terhadap Kosmetik Pemutih.