Pemurnian Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Uji Antivitas Antibakteri dengan Metode Bioautografi Elusi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.8 Pemurnian

Pemurnian dapat dilakukan dengan cara rekristalisasi dan kromatografi kolom kembali Depkes RI, 2000. Fraksi yang dimurnikan dipilih berdasarkan terbentuknya kristal, senyawa utama, aktivitas antibakteri, dan jumlah sampel terbanyak. Fraksi F11 vial 37 - vial 60 dimurnikan lebih lanjut dengan kromatografi kolom kembali. Fraksi F11 dipilih karena merupakan fraksi senyawa utama dengan jumlah sampel terbanyak dan memiliki aktivitas antibakteri. Pada kromotografi kolom kedua pembuatan fasa diam sama halnya seperti kromatografi kolom pertama. Kromatografi kolom yang digunakan memiliki ukuran tinggi 30 cm dan diameter 2 cm. Sebagai fasa gerak menggunakan sistem gradient sesuai dengan hasil kromatografi kolom sebelumnya. Setiap fraksi yang diperoleh diuapkan terlebih dahulu dengan cara diangin-anginkan. Semua fraksi dianalisis dengan KLT dan dilihat pola bercak yang dihasilkan dibawah lampu UV dengan panjang gelombang 254 nm dan 366 nm. Fraksi dengan memberikan pola bercak dengan Rf yang sama digabungkan menjadi satu dan diuji aktivitas antibakteri menggunakan metode bioautografi. Selanjutnya fraksi dengan diameter zona hambat terbesar diuji bioautografi langsung dengan dielusi terlebih dahulu .

3.3.9 Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi

Uji aktivitas antibakteri fraksi gabungan dari ekstrak etil asetat daun Garcinia benthami Pierre dilakukan dengan metode bioautografi langsung non elusi, sama seperti uji aktivitas antibakteri yang dilakukan pada ekstrak. Fraksi gabungan dari kromatografi kolom ekstrak etil asetat Garcinia benthami Pierre yang dipilih untuk dilanjutkan pemurniannya dengan kromatografi kolom kembali merupakan fraksi dengan mayor compound, jumlah sampel terbanyak dan memiliki aktivitas antibakteri.

3.3.10 Uji Antivitas Antibakteri dengan Metode Bioautografi Elusi

Fraksi yang dilakukan uji aktivitas antibakteri lebih lanjut adalah fraksi dengan aktivitas antibakteri dengan zona hambat terbesar terhadap bakteri uji. Fraksi F11.30 memiliki zona hambat terbesar terhadap bakteri Staphylococcus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta aureus dan fraksi F11.16 memiliki zona hambat terbesar terhadap bakteri Salmonella enterica sv typhimurium. Kedua fraksi tersebut diuji aktivits antibakterinya dengan metode bioautografi langsung dan dielusi terlebih dahulu TLC-BD Developed Plates dengan pelarut yang sesuai karena fraksi tersebut masih mengandung senyawa yang kompleks atau belum murni Choma, Irena M. and Wioleta Jesionek, 2015. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penyiapan Simplisia

Tanaman yang digunakan pada peneltian ini adalah daun dari Garcinia benthami Pierre yang diperoleh pada tanggal 8 Desember 2014 dari Kebun Raya Bogor dan telah dideterminasi di Herbarium Bogorisme, Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-LIPI, Cibinong Bogor. Hasilnya adalah tanaman yang digunakan merupakan tanaman Garcinia benthami Pierre dan merupakan anggota suku Clusiaceae Lampiran 1. Daun segar Garcinia benthami Pierre yang diperoleh sebanyak 4 kg. Setelah dilakukan sortasi basah dengan dicuci menggunakan air mengalir hingga bersih untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada daun dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan selama ± 10 hari, diperoleh simplisia kering sebanyak 1,55 kg. Simplisia kering disortasi kering untuk menghilangkan sisa-sisa kotoran yang tertinggal dan diserbukkan menggunakan blender dan diperoleh serbuk simplisia sebanyak 1,2 kg. Tujuan penyerbukan simplisia adalah untuk memperbesar luas permukaan simplisia yang dapat menyentuh pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi. Semakin halus serbuk simplisia, proses ekstraksi semakin efisien Depkes RI, 2000. Untuk mencegah kerusakan mutu simplisia, serbuk simplisia disimpan dalam wadah bersih, kering, dan terlindung dari cahaya matahari langsung.

4.2 Pembuatan Ekstrak

Metode pembuatan ekstrak yang digunakan adalah maserasi bertingkat. Pelarut yang digunakan dalam maserasi dimulai dari pelarut n-heksana non polar, kemudian dilanjutkan dengan pelarut etil asetat semi polar dan pelarut metanol polar. N-heksana, etil asetat, dan metanol merupakan pelarut yang umum digunakan pada tahapan separasi dan tahapan pemurnian fraksinasi Depkes RI, 2000. Keuntungan ekstraksi dengan cara maserasi bertingkat adalah metodenya paling mudah untuk dilakukan karena pengerjaannya sederhana dan 46