Metode Analisis Data Surat Pemberitahuan SPT

82 terhadap kelompok obyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama aspek yang diukur belum berubah meskipun tetap ada toleransi bila terjadi perbedaan. Menurut Imam Ghozali dalam bukunya Aplikasi SPSS 2009:45, reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Peneliti melakukan uji reabilitas dengan menghitung Cronbach’s Alpha dari masing-masing instrumen dalam suatu variabel. Instrumen yang dipakai dalam variabel tersebut dikatakan andal reliabel apabila memiliki Croanbach’s Alpha lebih dari 0,60 tau 60. Uji kualitas data ini menggunakan bantuan program SPSS 17.0. 3. Uji Kuantitas Data Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis data dengan menggunakan: a. Analisis Faktor 1. Konsep Dasar Analisis Faktor Menurut Suliyanto 2006:200, analisis faktor adalah suatu teknik untuk menganalisis saling ketergantungan interdependence antara beberapa variabel secara simultan dengan tujuan menyederhanakan bentuk hubungan antara beberapa variabel yang diteliti menjadi sejumlah faktor yang lebih sedikit dari pada variabel yang diteliti, yang berarti dapat juga menggambarkan struktur data suatu riset. 83 Menurut Widhiarsono 2009:1, analisis faktor adalah prosedur untuk mengidentifikasi item atau variabel berdasarkan kemiripannya. Kemiripan tersebut ditunjukkan dengan nilai korelasi yang tinggi. Item- item yang memiliki korelasi yang tinggi akan membentuk satu kerumunan faktor. Menurut Suliyanto 2006:148, dalam analisis faktor, diuji apakah item yang membentuk variabel memiliki keeratan satu sama lain. Disini akan diperoleh hasil bahwa variabel yang memiliki kemiripan akan membentuk satu variabel, sedangkan item yang tidak memiliki kemiripan akan membentuk variabel yang lain. Menurut Riqah Musyaroqoh 2010:56, faktor adalah konstrak buatan peneliti berdasarkan item-item dalam faktor tersebut. Karena faktor didapatkan dari seperangkat item yang memiliki interkorelasi yang tinggi, peneliti kemudian harus merasionalisasi seperangkat item kemudian memberi label untuk menggambarkan seperangkat item tersebut. Menurut Imam Ghozali dalam bukunya Aplikasi SPSS 2009:304, dapat tidaknya dilakukan analisis faktor adalah melihat matrik korelasi secara keseluruhan. Untuk menguji apakah terdapat korelasi antar variabel digunakan uji Bartlett test of sphericity. Jika hasilnya signifikan berarti matrik korelasi memiliki korelasi signifikan dengan sejumlah variabel. Uji lain yang digunakan untuk melihat interkorelasi antar variabel dan dapat tidaknya analisis faktor dilakukan adalah measure of sampling adequacy 84 MSA. Nilai MSA bervariasi dari 0 sampai 1, jika nilai MSA0.50 maka analisis faktor tidak dapat dilakukan. Menurut Dermawan Wibisono 2008:238, terdapat beberapa teknik analisis interdependensi variabel yang dapat dikelompokan ke dalam analisis faktor yaitu: a. Analisis Komponen Utama Principles Component Analysis Merupakan teknik reduksi data yang bertujuan untuk membentuk kombinasi linier dari variabel awal dengan memperhitungkan sebanyak mungkin jumlah variasi variabel awal yang mungkin. b. Analisis Faktor Umum Common Factor Analysis Merupakan model faktor yang digunakan untuk mengidentifikasikan sejumlah dimensi dalam data faktor yang tidak mudah untuk dikenali. Tujuan utamanya adalah mengidentifikasikan dimensi laten yang direpresentasikan dalam himpunan variabel asal. Menurut Dermawan Wibisono 2008:240, analisis faktor berusaha menyederhanakan hubungan yang kompleks dan beragam di antara sekumpulan variabel penelitian yang diamati, dengan jalan mengungkapkan dimensi-dimensi atau faktor-faktor yang sama, yang dapat menghubungkan variabel-variabel tersebut, serta memperhatikan struktur laten dari data penelitian. 2. Jenis analisis faktor Menurut Dermawan Wibisono 2008:237, menurut 85 kegunaannya analisis faktor diklasifikasikan menjadi dua 2 bagian, yaitu sebagai berikut: a. Analisis Faktor Eksploratori Exploratory Factor Analysis Analisis faktor digunakan untuk menyelidiki dan mendeteksi suatu pola dari variabel-variabel yang ada, dengan tujuan untuk menemukan suatu konsep baru dan kemungkinan pengurangan data dari data dasar. Dimana seorang peneliti membuat seperangkat item yang mengukur kemauan Wajib Pajak WP Badan. Item tersebut merupakan operasionalisasi dari teori dan indikator mengenai kemauan Wajib Pajak WP. Peneliti hendak mengidentifikasi beberapa faktor yang ada di dalam seperangkat item tersebut. Dari analisis faktor kemudian didapatkan ada 7 indikator yang menggambarkan kemauan Wajib Pajak WP, antara lain tingkat pengetahuan Wajib Pajak WP, sanksi dalam perpajakan, kemudahan dalam proses pengisian Surat Pemberitahuan SPT, tingkat kesadaran yang dimiliki Wajib Pajak WP, sunset policy, persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan, dan sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak MP3. b. Penegasan suatu hipotesa confirmatory uses Analisis faktor digunakan untuk mengadakan pengujian suatu hipotesis mengenai struktur dan variabel-variabel baru yang berkaitan dengan sejumlah faktor yang signifikan dan factor loading yang 86 diharapkan. Dimana seorang peneliti merancang sebuah alat ukur mengenai dukungan sosial. Alat ukur tersebut berisi seperangkat item yang diturunkan dari tujuh 7 dimensi dukungan sosial. Peneliti berusaha memastikan apakah alat ukur yang dibuatnya benar-benar menjelaskan ketujuh 7 dimensi tersebut. Ia kemudian melakukan analisis faktor konfirmatori. Hasil dari analisis faktor menunjukkan bahwa pembagian ketujuh 7 indikator akhirnya dibuktikan. c. Alat pengukur measuring devices Analisis faktor digunakan untuk membentuk variabel-variabel untuk digunakan sebagai variabel baru pada analisis berikutnya. 3. Persyaratan Dalam Analisis Faktor Menurut Suliyanto 2006:200, syarat untuk membangun faktor analisis adalah sebagai berikut: a. Hubungan antar variabel terobservasi harus linear dan nilai korelasi tidak boleh NOL artinya harus benar-benar ada hubungannya. b. Variabel komponen hipotesis yang disebut faktor ada dua yaitu, common factors, yaitu selalu dianggap TIDAK berkorelasi dengan unique factors. Common faktors lebih sedikit dari pada variabel asli. Dan unique faktor, yaitu biasanya dianggap sama dengan jumlah variabelnya. 4. Model Analisis Faktor Menurut Bilson Simamora 2005:106, analisis faktor dapat digunakan untuk mengidentifikasi struktur hubungan antar variabel 87 ataupun antar responden, mencari dimensi-dimensi lain yang mewakili variabel-variabel, mencari korelasi antar responden, selain itu juga digunakan untuk mengurangi data. Faktor-faktor tersebut merupakan besaran acak yang tidak dapat diamati secara langsung. Model analisis faktor dinyatakan dengan rumus sebagai berikut: X i = A ij + A i2 F 2 + A i3 F 3 …………. + A im F m + V i U i Dimana: X i : Variabel standar yang ke-i A ij : Koefisien multiple regresi standar dari variabel ke-I pada common factor F : Common factor V i : Koefisien regresi berganda standar dari variabel ke-I pada faktor unik-i U i : Faktor Unik Variabel-i m : Banyaknya common factor Faktor unik berkorelasi satu dengan yang lain dan dengan common factor. Common factor dapat dinyatakan sebagai kombinasi dari variabel yang diteliti. Dengan persamaan: Fi = W i1 X 1 + W i2 X 2 + W i3 X 3 + …………… + W ik X k Dimana: F i : Faktor ke-1 yang diestimasi W i : Bobot atau koefisien Core Factor 88 X k : Banyaknya variabel X pada faktor ke-k 5. Langkah-langkah dalam analisis faktor Menurut Dermawan Wibisono 2008: 245, langkah analisis faktor dapat digambarkan seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar. 3.1 Langkah-langkah dalam Analisis Faktor Menurut Dermawan Wibisono 2008:245, langkah-langkah analisis faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a. Tahap 1 masalah penelitian Variabel yang dipilih adalah yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, data mentah variabel ini merupakan hasil pengukuran metriks. Untuk kasus khusus, variabel dummy berkode 0-1 dapat digunakan Masalah Penelitian Matriks Korelasi Ekstraksi Faktor Matriks Faktor Sebelum Rotasi jumlah faktor Matriks Faktor Setelah Rotasi jumlah faktor 89 meskipun dikategorikan sebagai data non parametik. b. Tahap 2 matriks korelasi Matriks korelasi merupakan matriks yang memuat koefisien korelasi dari semua pasangan variabel dalam penelitian. Matriks ini digunakan untuk mendapatkan nilai kedekatan hubungan antar variabel manifes. Nilai kedekatan ini dapat digunakan untuk melakukan beberapa pengujian untuk melihat kesesuaian dengan nilai korelasi yang diperoleh dari analisis faktor. Untuk menguji kesesuaian pemakaian analisis faktor, digunakan metode Kaiser-Meyer-Olkin KMO. KMO adalah indeks pembanding besarnya koefisien korelasi observasi dengan besarnya korelasi parsial. Jika nilai kuadrat koefisien korelasi parsial dari semua pasangan variabel lebih kecil daripada jumlah kuadrat koefisien korelasi, maka harga KMO akan mendekati satu, yang menunjukan kesesuaian penggunaan analisis faktor. KMO dapat dihitung dengan menggunakan: Keterangan: r ij : koefisien korelasi sederhana antara variabel i dan variabel j a ij : koefisien korelasi parsial antara variabel i dan variabel j 90 Menurut Kaiser 1974 dalam Dermawan Wibisono 2008:247, menyatakan: 1. KMO sebesar 0,9 adalah sangat memuaskan. 2. KMO sebesar 0,8 adalah memuaskan. 3. KMO sebesar 0,7 adalah harga menengah. 4. KMO sebesar 0,6 adalah cukup. 5. KMO sebesar 0,5 adalah kurang memuaskan. 6. KMO sebesar 0,4 adalah tidak dapat diterima. Untuk menentukan apakah proses pengambilan sampel telah memadai atau tidak digunakan pengukuran Measure of Sampling Adequacy MSA. MSA yang rendah merupakan perimbangan untuk membuang variabel tersebut pada tahap analisis selanjutnya. Dan MSA digunakan untuk melihat variabel-variabel mana saja yang layak untuk dibuat analisis faktor serta untuk mengetahui apakah faktor-faktor yang dijadikan sebagai faktor analisis mempunyai korelasi yang kuat atau tidak dengan nilai atau = 0,5. Jika nilainnya atau = 0,5 maka semua faktor pembentuk variabel tersebut telah alid dan tidak ada faktor yang direduksi. Pada bagian Anti Image Correlation, jika nilai dari Uji Measure of Sampling Adequacy MSA 0,5, maka untuk memperbaikinya nilai MSA paling kecil dan kurang dari 0,5. Dapat digunakan dengan rumus: 91 Menurut Imam Gozali 2009:304, angka MSA berkisar antara 0 – 1. Dengan kriteria sebagai berikut: MSA = 1, : variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel lain. MSA 0,5, : variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut. MSA 0,5 : variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya. Menurut Riqoh Musyaroqoh 2010:62, selain itu pada penelitian ini digunakan juga Total Variance Explained sebagai alat ukur melihat besaran pengaruh sebuah faktor di dalam sebuah variabel. c. Tahap 3 ekstraksi faktor Menentukan jumlah faktor yang diekstrak dapat dianalogikan dengan memfokuskan lensa mikroskop. Pengaturan yang terlalu dekat ataupun terlalu jauh menyebabkan ketidak jelasan dan posisi lensa yang tepat hanya diperoleh dari beberapa kali pengaturan atau penggeseran, begitu pula untuk menentukan jumlah faktor yang diekstrak dengan tepat. Untuk mengekstraksi faktor dikenal dua metode rotasi, yaitu: 1. Orthogonal factors Ekstraksi faktor dengan cara merotasikan sumbu faktor yang 92 kedudukannya saling tegak lurus satu dengan lainnya. Dengan melakukan rotasi ini maka setiap faktor bersifat independen terhadap faktor lain karena sumbunya saling tegak lurus. Orthogonal factor solution digunakan bila analisis bertujuan untuk mereduksi jumlah variabel tanpa mempertimbangkan seberapa berartinya faktor yang diekstraksi. 2. Oblique factors Ekstraksi faktor dilakukan dengan merotasikan sumbu faktor yang kedudukannya saling membentuk sudut dengan besar sudut tertentu. Dengan rotasi ini maka korelasi antar setiap faktor masih diperhitungkan karena sumbu faktor tidak saling tegak lurus satu dengan lainnya. Oblique factor solution digunakan untuk memperoleh jumlah faktor yang secara teoritis cukup berarti. Ekstraksi faktor digunakan untuk menentukan jenis-jenis faktor yang akan dipakai. Estimasi faktor dapat menggunakan metode Principal Componen Analysis selain itu terdapat metode common factor analysis. Dengan metode ini, akan terbentuk kombinasi linier dari variabel-veriabel observasi. Dalam analisis faktor, total variansi communality terbentuk dari: a. Common variansi umum, menunjukan variansi variabel bersama antara tiap variabel penelitian. 93 b. Spesific variansi unik, menunjukan variansi variabel spesifik tertentu. c. Error, akibat ketidak andalan dalam proses pengambilan data. Menurut Dermawan Wibisono 2008:248, setelah ekstraksi faktor, kemudian dilakukan perhitungan eigenvalue, yang menyatakan nilai variansi dari variabel manifes. Banyaknya faktor ditentukan berdasarkan nilai persentase dari variansi total yang ditetapkan oleh variabel tersebut. Variansi nilai tersebut merupakan jumlah variansi masing-masing variabel yang disebut eigen. d. Tahap 4 matriks faktor sebelum rotasi Matriks faktor sebelum dirotasi digunakan untuk mengekstraksi kemungkinan-kemungkinan pengelompokan variabel ke dalam sejumlah faktor yang telah diekstraksi. Matriks ini merangkum informasi mengenai bobot variabel ke dalam setiap faktor. Informasi yang terkandung di dalam matriks ini belum dapat digunakan untuk menginterpretasikan dengan jelas mengenai pengelompokan variabel dalam setiap faktor karena bobot masing-masing variabel pada setiap faktor belum jauh berbeda. Agar dapat diperoleh bobot variabel yang mudah untuk diinterpretasikan, matriks faktor ini harus dirotasikan. e. Tahap 5 matriks faktor setelah dirotasi Matriks faktor ini bertujuan untuk mempermudah interpretasi dalam menentukan variabel-variabel mana saja yang tercantum dalam 94 suatu faktor, beberapa metode yang digunakan untuk merotasikan faktor antara lain: 1. Metode quartimax Bertujuan untuk merotasikan faktor awal hasil ekstraksi sehingga pada akhirnya diperoleh hasil rotasi di mana setiap variabel memberi bobot yang tinggi di satu faktor dan sekecil mungkin pada faktor lain. 2. Metode variamax Bertujuan untuk merotasi faktor awal hasil ekstraksi sehingga pada akhirnya diperoleh hasil rotasi di mana dalam satu kolom nilai yang ada sebanyak mungkin mendekati nol. Hal ini berarti di dalam setiap faktor tercakup sesedikit mungkin variabel. 3. Metode equimax Bertujuan untuk mengkombinasikan metode quartimax dan varimax.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi dari operasional variabel menurut Indrianto 2002:69, adalah definisi yang diberikan kepada variabel atau konstrak dengan cara memberi arti atau mengspesifikasikan kegiatan ataupun memberi suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel atau konstak tersebut. Dengan adanya definisi operasional variabel yang diukur dapat memberikan gambaran bagaimana variabel 95 tersebut diukur. Operasional variabel penelitian merupakan pendefinisian variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun operasional variabel penelitian yang digunakan terdiri dari variabel independen X yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan Wajib Pajak dan variabel dependen Y yaitu kemauan Wajib Pajak dalam penyampaian SPT Tahunan Wajib Pajak Badan. 1. Variabel Independen Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan Wajib Pajak dalam penyampaian Surat Pemberitahuan SPT Tahunan, yang terdiri dari: a. Tingkat Pengetahuan Wajib Pajak WP X 1 . Merupakan sejauh mana pengetahuan yang dimiliki Wajib Pajak WP dalam perpajakan untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan SPT Tahunan. b. Sanksi Dalam Perpajakan X 2 . Merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan akan dituruti atau dipatuhi. Dan sebagai alat pencegah agar Wajib Pajak WP tidak melanggar norma perpajakan yang berlaku. c. Kemudahan Dalam Proses Pengisian Surat Pemberitahuan X 3 . Penyederhanaan proses pengisian Surat Pemberitahuan SPT sehingga mempermudah Wajib Pajak WP dalam menjalankan kewajiban perpajakannya, dan mempermudah interaksi Wajib Pajak WP dengan 96 Direktorat Jenderal Pajak DJP. d. Tingkat Kesadaran Yang Dimiliki Oleh Wajib Pajak WP X 4 . Keinginan sukarela Wajib Pajak WP dalam menjalankan kewajiban perpajakannya. e. Sunset Policy X 5 . Yang merupakan fasilitas penghapusan sanksi administrasi pajak berupa bunga sebagiamana diatur dalam Pasal 37A Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007. f. Persepsi yang Baik Atas Efektifitas Sistem Perpajakan X 6 . Yaitu sudut pandang yang diberikan Wajib Pajak WP atas kinerja perpajakan dalam memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak WP baik dalam melayani dan mengawasi perpajakan. g. Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak MP3 X7. Merupakan upaya untuk menyempurnakan sistem administrasi perpajakan, dengan memberikan kemudahan pembayaran, keakuratan dan realtime. 2. Variabel Dependen Variabel Dependen adalah variabel yang dipengaruhi variabel lain. Variabel ini sering disebut variabel kriteria dan variasi perubahan variabel tergantung ditentukan oleh variasi perubahan variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel dependen adalah Kemauan Wajib Pajak WP Y. Merupakan rasa suka rela memberikan kontibusi kepada negara untuk kepentingan umum, baik melalui pajak ataupun retribusi yang diberikan Wajib Pajak WP tanpa mendapatkan kotraprestasi secara langsung. 97 Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Dokumen yang terkait

Dampak Pelaksanaan Sosialisasi Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Pada Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota)

11 125 176

Analisis Data Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia

3 68 66

Pelaksanaan Pengawasan Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

1 56 66

Analisis Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Atas Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Secara E-Filing Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

3 123 80

Pengawasan Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam

1 79 71

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi : studi kasus pada kpp pratama kebayoran lama

8 28 114

Analisis persepsi wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan terhadap sunset policy : studi kasus pada KPP pratama Jakarta Kebayoran Lama

0 9 94

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Empiris Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta).

0 5 16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN UNTUK MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK BADAN YANG TERDAFTAR DI KPP Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Untuk Membayar Pajak Wajib Pajak Badan Yang Terdaftar Di KPP Pratama Boyolali.

1 8 18

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN UNTUK MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK BADAN YANG TERDAFTAR DI KPP Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Untuk Membayar Pajak Wajib Pajak Badan Yang Terdaftar Di KPP Pratama Boyolali.

0 3 17