Latar Belakang Masalah Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli

4 target 437,708 miliar, Penerimaan pajak pada 2007 melebihi dari target yang ditetapkan yaitu sebesar Rp. 75,025.2 miliar. Dari tahun 2007 ke tahun 2008 terjadi penurunan penerimaan pajak sebesar Rp. 6,578.9 miliar, bahkan penerimaan pajak tahun 2008 sebesar Rp. 725,843,0 miliar berada di bawah target sebesar Rp. 652,121,9 miliar. Penerimaan pajak pada tahun 2008 mengalami penurunan diakibatkan oleh penurunan tarif PPh, yakni dari paling tinggi 35 persen menjadi maksimal 30 persen bagi wajib pajak pribadi. Selain itu, ada penurunan tarif PPh wajib pajak badan dari maksimal 30 persen menjadi 28 persen dan bisa diturunkan lagi ke 25 persen. Penyebab lainnya adalah dinaikkannya batas penghasilan tidak kena pajak PTKP sebesar 20 persen dari Rp 13,2 juta per tahun menjadi Rp 15,84 juta per tahun. Begitu juga dengan tanggungan istri dan tiga orang anak yang dinaikkan PTKP-nya dari Rp 1,2 juta menjadi Rp 1,32 juta per tahun per orang. Penerimaan pajak pada tahun 2009 sebesar Rp. 742,738,0 miliar dan penerimaannya juga melebihi target. dan Penerimaan pajak pada 2010 meningkat sebesar 20,413.8 miliar disebabkan penurunan tarif PPh wajib pajak badan menjadi 25 persen dari 28 persen. Menurut Andika Satriyo 2009:2, salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan penerimaan pajak yaitu dengan dilakukannya reformasi kebijakan dan reformasi administrasi perpajakan. Pemerintah melaksanakan reformasi perpajakan ini sebenarnya adalah untuk meningkatkan tax ratio. Namun tujuan itu tidak akan tercapai hanya dengan perubahan Undang-Undang saja. Harus disertai pembenahan administrasi yang dapat menumbuhkan kepatuhan Wajib Pajak WP dengan 5 mengubah persepsi dan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak. Selain untuk meningkatkan tax ratio, tujuan reformasi dan modernisasi adalah memberikan pelayanan yang lebih baik, nyaman, ramah, mudah, efisien, tidak berbelit-belit sehingga Wajib Pajak WP tidak beranggapan bahwa membayar pajak itu merupakan hal yang berbelit-belit yang harus dihindari. Menurut Early Suandy 2007:99, sistem perpajakan setelah reformasi berintikan kesederhanaan, menunjang pemerataan, dan memberikan kepastian. Sistem yang baru tidak akan memungut pajak atas seluruh masyarakat, melainkan hanya memperoleh sumbangan yang besar dari hasil pemungutan pajak atas perusahaan-perusahaan besar dan individu-individu yang berpenghasilan. Untuk menaikkan penerimaan pajak perlu dilakukan penyempurnaan aparatur perpajakan dengan melakukan komputerisasi dan peningkatan mutu para Wajib Pajak WP yang telah diberi kebebasan dan kepercayaan yang besar dalam menghitung dan membayar pajaknya sendiri. Dan untuk menambah jumlah Wajib Pajak WP perlu dilakukan intensifikasi pungutan. Menurut Diaz Priantara 2009:296, kemauan Wajib Pajak WP merupakan bagian dari Self Assessment System SAS dimana Wajib Pajak diberikan kepercayaan dalam menghitung, memperhitungkan, membayar sendiri, dan melaporkan seluruh kewajiban perpajakannya ke Direktorat Jenderal Pajak DJP. Hal ini berbeda dengan kondisi sebelum tahun 1984 dimana kewajiban perpajakan seorang Wajib Pajak WP ditetapkan oleh Pejabat Direktorat Jenderal Pajak DJP dan Wajib Pajak WP bersikap pasif menunggu penetapan tersebut. 6 Sudah tentu pemberian kepercayaan tersebut membawa konsekuensi berupa kewajiban untuk menyatakan dengan benar dan lengkap segala kewajiban perpajakannya, dan kepercayaan itu tidak boleh dilalaikan atau disalah gunakan. Menurut Dominicus Doli dan Khoiru Rusydi 2009:4, Self Assessment System SAS yang dianut dalam sistem perpajakan di Indonesia menuntut Wajib Pajak WP untuk bertanggungjawab atas penghitungan, pelaporan dan pembayaran pajaknya. Bentuk pertanggungjawaban itu terlihat dari keakuratan data yang dipaparkan dalam Surat Pemberitahuan SPT, tanpa adanya usaha untuk memanipulasi nominal dan sumber penghasilan. Pertanggungjawaban itu kemudian diwujudkan dalam bentuk kepatuhan dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan SPT secara tepat waktu ke Kantor Pelayanan Pajak KPP tempat Wajib Pajak WP tersebut terdaftar. Indikasi utama dari tingkat kepatuhan Wajib Pajak WP Badan adalah dalam hal pelaporan Surat Pemberitahuan SPT Tahunan. Menurut Diaz Priantara 2000:8, Surat Pemberitahuan SPT merupakan surat yang digunakan Wajib Pajak WP untuk melaporkan penghitungan dan pembayaran pajak yang terhutang menurut ketentuan peraturan Undang-Undang Perpajakan. Salah satu kewajiban setiap Wajib Pajak WP adalah mengisi dengan benar, jelas, dan lengkap, serta menyampaikan Surat Pemberitahuan SPT secara langsung atau melalui pos tercatat pada waktu yang telah ditentukan ke Kantor Direktorat Jenderal Pajak DJP. Kantor-kantor tersebut adalah Kantor Pelayanan Pajak KPP atau Kantor Penyuluhan Pajak Kapenpa. 7 Apabila Wajib Pajak WP dapat mengisi Surat Pemberitahuan SPT dengan informasi dan penghitungan pajak secara benar, lengkap, dan jelas, maka tujuan ditetapkannya asas Self Assessment System SAS dapat terwujud dan memudahkan sebagian tahapan pengolahan dan administrasi data perpajakan. Menurut Early Suandy 2007:158, bagi pihak pemungut pajak Fiskus, Surat Pemberitahuan SPT merupakan sarana untuk melakukan pengawasan terhadap Wajib Pajak WP. Salah satu bentuk dari pengawasan itu adalah dengan dilakukaannya pemeriksaan terhadap Wajib Pajak WP, yang bertujuan menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka memberikan kepastian hukum, keadilan, dan pembinaan kepada Wajib Pajak WP. Menurut Diaz Priantara 2009:296, Direktorat Jenderal Pajak DJP berperan atau berfungsi menjalankan fungsi pengawasan dan pembinaan atas kepatuhan para Wajib Pajak WP dalam melaksanakan kepercayaan itu. Oleh karena itu, pengawasan dan pembinaan menjadi bagian penting dan integral dari sistem Self Assessment System SAS. Namun kasus yang terjadi pada saat ini adalah akibat perbedaan persepsi dengan kantor pajak dan permasalahan karena ketidak mampuan BUMN kecil membayar pajak karena likuiditas yang minim serta karena masalah lainnya seperti administrasi dan pidana, namun ada pajak yang sebenarnya fakturnya sudah diterima BUMN tapi tidak tercatat di Ditjen Pajak. Kendati masih memiliki permasalahan pajak, BUMN juga mencatat adanya kelebihan pembayaran pajak Kompas, pada tanggal 5 November 2009. 8 Oleh karena itu Self Asessment System SAS harus dilakukan dengan baik dan Surat Pemberitahuan SPT yang merupakan bagian dari alat pembayaran pajak harus dilaporkan dengan benar serta aparat pajakpun harus melaksanakan tugasnya dengan baik, sehingga tidak terjadi kesalahan pengungkapan pajak antara Wajib Pajak WP dengan aparat pajak. Menurut Rina Haerani 2008:4, dan langkah nyata yang diambil pemerintah untuk dapat terus menggali potensi penerimaan pajak yaitu melalui modernisasi perpajakn yang melalui modernisasi perpajakn yang dimulai sejak tahun 2002. Modernisasi ini dilakukan melalui perbaikan sistem admintrasi perpajakan dan peningkatan kualitas pelayanan kepada Wajib Pajak. Upaya lain yang dilakukan pemerintah yaitu dapat dilakukan melalui amandemen Undang- Undang Perpajakan, intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan, serta menerapkan kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan kemauan Wajib Pajak membayar pajak. Pada tahun 2007, pemerintah telah mengesahkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan KUP dan berlaku sejak tanggal 1 Januari 2008. Bersamaan dengan berlakunya Undang- Undang tersebut, diberlakukan pula sebuah kebijakan baru dalam dunia perpajakan di Indonesia, yaitu sunset policy. Penelitian yang dilakukan oleh Dominicus Doli dan Khoiru Rusydi 2009, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan SPT Tahunan Untuk Wajib Pajak Badan, menekankan pada empat 4 faktor yang mempengaruhi kepatuhan penyampaian Surat 9 Pemberitahuan SPT Tahunan untuk Wajib Pajak WP Badan yaitu, tingkat pengetahuan Wajib Pajak WP, sanksi pajak, kemudahan dalam proses pengisian Surat Pemberitahuan SPT, tingkat kesadaran yang dimilki oleh Wajib Pajak WP. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda, uji F, uji t, dan uji koefisien determinasi. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa faktor tingkat pengetahuan Wajib Pajak WP, sanksi pajak, kemudahan dalam proses pengisian Surat Pemberitahuan SPT, tingkat kesadaran yang dimilki oleh Wajib Pajak WP secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap kepatuhan penyampaian Surat Pemberitahuan SPT Tahunan. Dan berdasarkan uji koefisien determinasi, diketahui bahwa sebesar 80,9 keempat 4 faktor tersebut mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak WP dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan SPT Tahunan. Faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi kemauan Wajib Pajak WP dalam penyampain Surat Pemberitahuan SPT Tahunan adalah tingkat kesadaran Wajib Pajak WP. Perbedaan penelitian ini dengan Dominicus Doli dan Khoiru Rusydi adalah Dominicus Doli dan Khoiru Rusydi menguji tentang kepatuhan penyampaian Surat Pemberitahuan SPT Tahunan untuk Wajib Pajak WP Badan. Dan studi kasus dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Malang Selatan. Sedangkan Peneliti menguji tentang kemauan Wajib Pajak WP dalam Penyampaian Surat Pemberitahuan SPT Tahunan Wajib Pajak WP Badan dan menggunakan studi kasus yang dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Kebayoran Lama dengan objek Wajib Pajak WP Badan. 10 Penelitian mengenai Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemauan Untuk Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas yang dilakukan oleh Widayati dan Nurlis 2010, ada tiga 3 faktor yang mempengaruhi kemauan Wajib Pajak WP dalam membayar pajak yaitu, kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman terdapat peraturan perpajakan, dan persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah persamaan regresi berganda, uji validitas dan reliabilitas. Hasil penelitian menyebutkan bahwa faktor kesadaran membayar pajak dan persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kemauan Wajib Pajak untuk membayar pajak, sedangkan faktor pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan pajak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemauan Wajib Pajak WP untuk membayar pajak. Perbedaan penelitian ini dengan Widayati dan Nurlis adalah Widayati Nurlis hanya menggunakan tiga 3 faktor yaitu kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman terdapat peraturan perpajakan, dan persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan. Dan studi kasus dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Gambir Tiga dan yang menjadi objek penelitian adalah Wajib Pajak Orang Pribadi WPOP. Sedangkan Peneliti menggunakan tujuh 7 indikator dengan menambahkan empat 4 faktor lainnya yang memepengaruhi kemauan Wajib Pajak WP dalam penyampaian Surat Pemberitahuan SPT Tahunan Wajib Pajak WP Badan yaitu, sanksi dalam 11 perpajakan, kemudahan dalam proses pengisian Surat Pemberitahuan SPT, Sunset Policy dan Sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak MP3. Dan metode analisis data yang digunakan Peneliti adalah analisis faktor. Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Tatiana Ratung dan Priyo Hari Adi 2009, Dampak Program Sunset Policy Terhadap Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak, menekankan pada tiga 3 faktor yang mempengaruhi kemauan membayar pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi WPOP pelaku usaha yaitu, kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman terhadap peraturan perpajakan, dan persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah persamaan analisis regresi sederhana, statistik deskriptif jawaban responden, uji validitas dan reliabilitas. Hasil pengujian statistik ditemukan bahwa kebijakan sunset policy memberikan pengaruh positif terhadap ketiga faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan membayar pajak. Kebijakan sunset policy direspon secara positif oleh Wajib Pajak WP, yaitu dengan semakin meningkatnya kemauan membayar pajak. Hal ini berarti harapan terjadinya penerimaan pajak yang signifikan dari adanya kebijakan ini bukanlah sesuatu yang mustahil. Perbedaan penelitian ini dengan Tatiana Ratung dan Priyo Hari Adi adalah Tatiana Ratung dan Priyo Hari Adi hanya menggunakan tiga 3 faktor dampak program sunset policy terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan membayar pajak yaitu, kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman 12 terhadap peraturan perpajakan, dan persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan. Dan studi kasus dilakukan pada Wajib Pajak Orang Pribadi WPOP diwilayah Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Salatiga. Sedangkan Peneliti menggunakan tujuh 7 indikator yang memepengaruhi kemauan Wajib Pajak WP dalam penyampaian Surat Pemberitahuan SPT Tahunan Wajib Pajak WP Badan yaitu, tingkat pengetahuan Wajib Pajak WP, sanksi dalam perpajakan, kemudahan dalam proses pengisian Surat Pemberitahuan SPT, tingkat kesadaran yang dimiliki Wajib Pajak WP, sunset policy, persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan, dan Sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak MP3. Dengan menggunakan studi kasus yang dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Kebayoran Lama di Jakarta Selatan dengan objek Wajib Pajak WP Badan. Penelitian mengenai Pengaruh Penerapan Sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak MP3 Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak yang dilakukan oleh Mienati Somya Lasmana dan I Made Narsa 2005, ada tiga 3 variabel dengan satu 1 X yaitu penerapan Sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak MP3 dan dua 2 Y yaitu tingkat kepuasan PKP Y 1 dan tingkat kepatuhan Y 2 . Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dilakukan analisis model dan pengujian hipotesis yaitu uji validitas, uji reliabilitas dan uji F. Hasil penelitian menyebutkan bahwa Penerapan Sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak MP3 terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kepatuhan PKP, tetapi dengan hasil uji F sebesar 23,5 13 artinya banyak sekali faktor diluar model atau sekitar 76,5 yang mempengaruhi tingkat kepatuhan PKP. Demikian pula dengan tingkat kepuasan PKP berkorelasi positif dan signifikan dengan tingkat kepatuhan PKP, tetapi tingkat kepuasan hanya dapat menjelaskan sekitar 27,5 perubahan tingkat kepatuhan PKP. Perbedaan penelitian ini dengan Mienati Somya Lasmana dan I Made Narsa menguji tentang pengaruh Penerapan Sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak MP3 terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak dengan menggunakan studi empiris pada kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak DJP Jawa bagian Timur I. Dan dengan menggunakan tiga 3 variabel yaitu satu 1 X dan dua 2 Y. Sedangkan Peneliti menggunakan studi kasus pada Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Kebayoran Lama dengan objek Wajib Pajak WP Badan. Selain itu Peneliti menggunakan tujuh 7 indikator yang mempengaruhi kemauan Wajib Pajak. Peneliti melakukan studi kasus pada Wajib Pajak WP Badan Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Kebayoran Lama di Jakarta Selatan sebagai sampel, karena objek dari pajak banyak terdapat diwilayah Jakarta Selatan, yaitu banyak entitas yang berbentuk badan dan yang menjadi bagian dari pendapatan pajak. Dalam letak geografis Kebayoran Lama sangat strategis dalam hal peningkatan pendapatan dengan melalui pembangunan usaha yang dilakukan oleh Wajib Pajak WP yang pastinya mempunyai dampak yang signifikan terhadap pendapatan pajak. Selain itu alasan dilakukannya studi kasus oleh Peneliti dengan mengambil sampel dari Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Kebayoran Lama 14 Jakarta Selatan agar data yang diperoleh lebih objektif melalui penyebaran keusioner dan mengetahui kemauan Wajib Pajak WP dalam penyampaian Surat Pemberitahuan SPT Tahunan Wajib Pajak WP Badan di dua 2 kecamatan yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Kebayoran Lama yaitu Kecamatan Pesanggerahan dan Kecamatan Kebayoran Lama yang ruang lingkupnya cukup besar, serta mendapatkan hasil yang lebih valid atas objek pajak yang menjadi sampel penelitian. Berdasarkan latar belakang dan analisis penelitian terdahulu yang telah dijelaskan diatas bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemauan Wajib Pajak WP dalam penyampaian Surat Pemberitahuan SPT Tahunan Wajib Pajak WP Badan. Oleh karena itu Peneliti tertarik untuk membuat penelitian lebih lanjut tentang kemauan Wajib Pajak WP dalam penyampaian Surat Pemberitahuan SPT Tahunan Wajib Pajak WP Badan dengan menambahkan beberapa faktor lainnya, karena Peneliti ingin mengetahui apakah faktor-faktor yang telah diuji oleh Dominicus Doli dan Khoiru Rusydi, Widayati dan Nurlis, Tatiana Ratung dan Priyo Hari Adi, dan Mienati Somya Lasmana dan I Made Narsa mempengaruhi kemauan Wajib Pajak WP dalam penyampaian Surat Pemberitahuan SPT Tahunan Wajib Pajak WP Badan. Dalam penelitian ini Peneliti hanya mengambil tujuh 7 indikator yang dapat mempengaruhi tingkat kemauan Wajib Pajak WP dalam penyampaian SPT Tahunan Wajib Pajak WP Badan yaitu, tingkat pengetahuan Wajib Pajak WP, sanksi dalam perpajakan, kemudahan dalam proses pengisian Surat Pemberitahuan SPT, tingkat kesadaran 15 yang dimiliki Wajib Pajak WP, sunset policy, persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan, dan Sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak MP3. Oleh karena itu Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemauan Wajib Pajak Dalam Penyampaian Surat Pemberitahuan SPT Tahunan Wajib Pajak Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Kebayoran Lama ”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang dirumus kan dalam penelitian ini adalah “faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kemauan Wajib Pajak dalam penyampaian Surat Pemberitahuan SPT Tahunan Wajib Pajak Badan?”.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan Wajib Pajak dalam penyampaian Surat Pemberitahuan SPT Tahunan Wajib Pajak Badan.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Kantor Pelayanan Pajak KPP Kebayoran Lama Memberikan masukan kepada Kantor Pelayanan Pajak KPP di 16 Jakarta Selatan tentang seberapa maksimal pelayanan yang diberikan kepada para Wajib Pajak dan dapat di upayakan perbaikan oleh Kantor Pelayanan Pajak KPP setempat. b. Bagi Masyarakat Wajib Pajak Meningkatkan kesadaran dan motivasi dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Terutama dalam penyampaian Surat Pemberitahuan SPT Tahunan Wajib Pajak Badan. c. Bagi Peneliti 1. Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Sebagai ladang untuk memperluas pola berfikir serta memperluas wawasan dalam memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan. d. Bagi Peneliti Selanjutnya Dapat digunakan sebagai referensi bagi Peneliti selanjutnya yang berminat terhadap masalah perpajakan, yaitu sebagai tambahan wawasan, informasi, dan masukan untuk membantu memberikan gambaran yang lebih jelas. 17

BAB II LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Perpajakan 1. Pengertian Pajak

Banyak para ahli dalam bidang perpajakan yang memberikan pengertian atau definisi pajak yang berbeda-beda, namun demikian berbagai definisi tersebut mempunyai tujuan yang sama sehingga mudah dipahami. Perbedaannya terletak pada sudut pandang masing-masing pihak. Beberapa pengertian pajak adalah sebagai berikut: Menurut Rochmat Soemitro dalam Mardiasmo 2009:1 : “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”. Menurut Prof. Dr. PJA Adriani dalam Waluyo 2008:2 : “Pajak adalah iuran rakyat kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas dengan tugas negara yang menyelenggarkan pemerintahan”. Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja dalam Waluyo 2008:3 : “Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa- jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum”. 17 18 Dari ketiga pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur: a. Iuran dari rakyat kepada negara yang berhak memungut pajak hanyalah negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Iuran tersebut berupa uang bukan barang. b. Berdasarkan Undang-Undang, pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang-Undang serta pelaksanaan aturan pelaksanaannya. c. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah. d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran- pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

2. Fungsi Pajak

Menurut Mardiasmo 2009:1, terdapat dua fungsi pajak, yaitu fungsi budgetair sumber keuangan negara dan fungsi regularend pengatur. a. Fungsi Budgetair sumber keuangan negara Yaitu pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya, baik rutin maupun pembangunan. b. Fungsi Regularend pengatur Yaitu pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan.

3. Jenis Pajak

Menurut Waluyo 2008:12, terdapat berbagai jenis pajak yang dapat

Dokumen yang terkait

Dampak Pelaksanaan Sosialisasi Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Pada Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota)

11 125 176

Analisis Data Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia

3 68 66

Pelaksanaan Pengawasan Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

1 56 66

Analisis Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Atas Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Secara E-Filing Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

3 123 80

Pengawasan Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam

1 79 71

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi : studi kasus pada kpp pratama kebayoran lama

8 28 114

Analisis persepsi wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan terhadap sunset policy : studi kasus pada KPP pratama Jakarta Kebayoran Lama

0 9 94

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Empiris Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta).

0 5 16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN UNTUK MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK BADAN YANG TERDAFTAR DI KPP Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Untuk Membayar Pajak Wajib Pajak Badan Yang Terdaftar Di KPP Pratama Boyolali.

1 8 18

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN UNTUK MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK BADAN YANG TERDAFTAR DI KPP Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Untuk Membayar Pajak Wajib Pajak Badan Yang Terdaftar Di KPP Pratama Boyolali.

0 3 17