20 Yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya. Contohnya, Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Meterai. 2. Pajak Daerah
Yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah baik daerah tingkat II pajak kabupaten kota dan digunakan untuk membiayai
rumah tangga daerah masing-masing. Contohnya, pajak reklame, pajak hiburan.
4. Tata Cara Pemungutan Pajak
Menurut Waluyo 2008:16, tata cara pemungutan pajak terdiri atas stelsel pajak, asas pemungutan pajak, dan sistem pemungutan pajak.
a. Stelsel Pajak 1. Stelsel Nyata riel stelsel
Pengenaan pajak didasarkan pada objek penghasilan yang nyata, sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun
pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui. Kelebihan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis, dan
kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode setelah penghasilan rill diketahui.
2. Stelsel Anggapan fictive stelsel Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur
oleh undang-undang. Kelebihan stelsel ini adalah pajak yang dibayar
21 selama tahun berjalan, tanpa harus menunggu akhir tahun.
Kelemahannya adalah pajak yang tidak berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya. Contohnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama
dengan tahun sebelumnya sehingga pada awal tahun pajak telah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan.
3. Stelsel Campuran Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel
anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan
dengan keadaan sebenarnya. Apabila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar dari pada pajak menurut anggapan, maka Wajib Pajak harus
menambah kekurangannya. Demikian pula sebaliknya, apabila lebih kecil, maka kelebihannya dapat diminta kembali.
b. Asas Pemungutan Pajak Menurut Early Suandy 2007:27, pemungutan pajak harus adil
dalam pelaksanaannya dan bebannya juga dipikul oleh masyarakat, tidak boleh melakukan diskriminasi atau pemberian keistimewaan kepada salah
satu golongan Wajib Pajak, terdapat kepastian hukum bagi Wajib Pajak maupun aparatur pajak.
Beberapa azas-azas pemungutan pajak yang menjadi dasar penyusunan hukum pajak, yaitu terdiri dari:
1. Azas Falsafah Hukum Undang-Undang Perpajakan harus mengabdi kepada keadilan,