Tujuan Pembiayaan Strategi Pembiayaan

dan kaidah- kaidah muamalah syar’iyyah yang memegang teguh keadilan, keterbukaan dan kehati-hatian. 5 dan untuk memenuhi stakeholder, yaitu 6 : a. Pemilik Dari sumber pendapatan tersebut, para pemilik mengharapkan akan memperoleh penghasilan atas dana yang ditanamkan pada lembaga keuangan tersebut. b. Pegawai Para pegawai mengharapkan dapat memperoleh kesejahteraan dari lembaga keuangan yang dikelolanya. c. Masyarakat 1 Pemilik dana Sebagaimana pemilik, mereka mengharapkan keuntungan dari dana yang diinvestasikan. 2 Debitur yang bersangkutan Dengan penyediaan baginya, mereka terbantu guna menjalankan usahanya sektor produktif atau terbantu untuk mengadakan barang produksi barang konsumtif 5 Hasil wawancara peneliti kepada Sutanto Samidjan, Operation Manager BMT Al- Munawwarah, pada hari kamis tanggal 27 Januari 2011 6 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Yogyakarta, 2004, Cet Pertama, h. 1996 3 Masyarakat umumnya-konsumen Mereka akan mendapat barang yang diinginkan dengan adanya pembiayaan yang disalurkan kepada para pengusaha. d. Pemerintah Akibat penyediaan pembiayaan, pemerintah terbantu dalam pembiayaan pembangunan Negara, disamping itu akan diperoleh pajak berupa pajak penghasilan atas keuntungan yang diperoleh BMT dan juga perusahaan- perusahaan e. Lembaga keuangan bank atau BMT Bagi lembaga keuangan yang bersangkutan, hasil dari penyaluran pembiayaan diharapkan BMT dapat meneruskan dan mengembangkan usahanya agar tetap survive dan meluas jaringan usahanya, sehingga semakin banyak masyarakat yang dilayaninya.

6. Prinsip Pembiayaan syariah

Prinsip pembiayaan syariah yang mendasar adalah: 7 1. Keadilan Pembiayaan saling menguntungkan baik pihak yang menggunakan dana maupun pihak yang menyediakan dana. 7 BMT Al-Munawwarah Sharia Micro Finance KJKS Koperasi Jasa Keuangan Syariah Profil Perusahaan 2010 2. Kepercayaan Merupakan landasan dalam menentukan persetujuan pembiayaan maupun dalam menghitung margin keuntungan maupun bagi hasil yang menyertai pembiayaan tersebut. Untuk mendukung prinsip-prinsip tersebut agar dapat berjalan jauh dari prasangka, manipulasi, korupsi dan kolusi maka dibutuhkan informasi yang memadai. Informasi ini menjadi data pendukung yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan yang proposional. Jenis informasi yang dimaksud antara lain: a. Informasi data nasabah Menyeleksi calon nasabah yang dapat dipercaya untuk memperoleh pembiayaan dilakukan melalui uji kelayakan nasabah. Uji kelayakan bentuknya berupa form pengisian yang memuat data pribadi dan data usaha calon nasabah. b. Informasi data penjualan pembelian penyewaan riil Data riil ini menjadi dasar perhitungan dari akad yang sudah disepakati. Dengan demikian tereliminer kerugian baik yang dirasakan oleh debitur maupun kreditur karena pelaksanaan akad dilandasi dengan data riil. Informasi ini bentuknya berupa form isian, yang diisi secara rutin sesuai dengan siklus usahanya oleh nasabah.