Penguatan positif dapat berupa mendapatkan sesuatu yang diinginkan seperti umpan balik positif terhadap pencapaian, dikenal
oleh atasan, pujian dari rekan kerja, dan penghargaan. Penguatan negative dapat berupa terhindar dari sesuatu yang tidak diingiinkan
seperti terhindar dari pengucilan oleh rekan kerja, terhindar dari rasa sakit, terhindar dari kehilangan insentif, dan terhindar dari denda.
Hukuman dapat berupa mendapatkan sesuatu yang tidak diinginkan atau kehilangan sesuatu yang dimiliki atau diinginkan seperti
kehilangan keuntungan, aksipendisiplinan, rasa sakitcedera, perasaaan bersalah Fleming dan Lardner, 2002 dalam Syaaf, 2008.
2.4. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kerja
Berdasarkan penelitian Syaaf 2008, ada beberapa faktor yang berhubungan dengan perilaku kerja yang dapat mempengaruhi pekerja
dalam melakukan suatu pekerjaan, antara lain:
2.4.1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang overt behavior.
Notoatmodjo 2003 mengungkapkan pendapat Rogers bahwa
sebelum orang mengadopsi perilaku baru berperilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
a. Awareness kesadaran, dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus objek.
b. Interest merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai terbentuk.
c. Evaluation menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden
sudah lebih baik lagi. d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Berdasarkan penelitian Arianto Wibowo 2010, diketahui bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang baik tanpa
penggunaan APD lebih sedikit yaitu 83,8 daripada responden yang memiliki pengetahuan baik yang menggunakan APD 91,8. Hasil
uji Chi Square menunjukan ada hubungan yang bermakna antara penggunaan APD dengan pengetahuan P = 0,000 Pvalue 0,05.
2.4.2. Pelatihan
Salah satu cara yang baik untuk mempromosikan keselamatan di tempat kerja adalah dengan memberikan pelatihan bagi pekerja.
Pelatihan keselamatan awal harus menjadi bagian proses orientasi
pekerja baru. Pelatihan selanjutnya diarahkan pada pembentukan pengetahuan yang baru, spesifik dan lebih dalam serta memperbaharui
pengetahuan yang sudah ada.
Pelatihan memberikan
manfaat ganda
dalam promosi
keselamatan. Pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman kerja terhadap hazard dan risiko. Dengan adanya peningkatan
kesadaran terhadap risiko, pekerja dapat menghindari kondisi tertentu dengan mengenali pajanan dan memodifikasinya dengan mengubah
prosedur kerja menjadi lebih aman. Latihan keselamatan adalah penting mengingat kebanyakan
kecelakaan terjadi pada pekerja baru yang belum terbiasa bekerja dengan selamat. Pentingnya segi keselamatan harus ditekankan
kepada tenaga kerja oleh pelatih, pimpinan kelompok atau instruktur Suma’mur 2009.
Berdasarkan penelitian Arianto Wibowo 2010, diketahui bahwa responden yang tidak pernah mengikuti pelatihan tanpa
memakai APD lebih sedikit 34,0 daripada responden yang pernah mengikuti pelatihan memakai APD 66,7. Hasil uji Chi Square
menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara penggunaan APD dengan pelatihan P = 0,938 Pvalue 0,05.
2.4.3. Sikap