perbandingan  di  beberapa  Negara.  Membuat  standarisasi  pengamanan  dengan membandingkan  jumlah  petugas  dengan  jumlah  penghuni  serta  pengadaan  alat-alat
yang memiliki standar kebutuhan misalnya, alat pengendalian massa, senjata, anjing pelacak  dan  rompi  bagi  petugas.  Membentuk  satuan-satuan  khusus  petugas
pengamanan  di  setiap  wilayah  untuk  kebutuhan  peningkatan  profesionalisme pengamanan dalam melaksanakan tugas pengamanan, seperti penjagaan, pengelolaan
konflik,  strategi  mengatasi  kerusuhan  dan  pelatihan  yang  berkesinambungan  bagi petugas.  Menyempurnakan  prosedur  tetap  pengamanan  dengan  melengkapi  subtansi
pengamanan dengan instrumen hak asasi manusia.
183
B.  Aspek Sumber Daya Manusia Petugas PenjagaanPengamanan
Manajemen  sumber  daya  manusia  adalah  kebijakan  dan  praktik  untuk menentukan  aspek
”manusia”  atau  sumber  daya  manusia  dalam  posisi  manajemen, termasuk  merekrut,  menyaring,  melatih,  memberi  penghargaan  dan  penilaian.
Manajemen sumber daya manusia secara umum bertujuan untuk memastikan bahwa organisasi mampu mencapai keberhasilan melalui orang
Sedarmayanti, “Manajemen Sumber Daya Manusia; Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil
”; 2007.
184
183
Bismar Nasution dan Mahmul Siregar, Ibid, halaman 20.
184
Peraturan  Menteri  Hukum  Dan  Hak  Asasi  Manusia  Republik  Indonesia  Nomor  :  M.HH- OT.02.02 Tahun 2009, Op cit.
Universitas Sumatera Utara
Menurut JEF Gultom,
185
seiring dengan berbagai kemajuan di dalam kehidupan masyarakat,  kebutuhan  akan  pelayanan  juga  semakin  kompleks  serta  menuntut
kualitas  pelayanan  kunjungan  seiring  dengan  penegakan  hukum  dan  hak  asasi manusia di Lembaga Pemasyarakatan, khususnya di Lembaga Pemasyarakatan Klas I
Medan.  Para  petugas  pengamananpenjagaan  belum  memahami  tentang  pelayanan yang baik dengan unsur hak asasi manusia, efektif dan efisien, cepat, tepat, dan aman
yang akan memberikan kepuasan dan rasa keadilan baik kepada pengunjung maupun dikunjungi.
Menurut Ayub Suratman, senyum, tutur kata, gerak-gerik, cara berpakaian dan sebagainya  dari  para  petugas  yang  bertugas  memberilan  pelayanan  kunjungan  di
Lembaga  Pemasyarakatan  Klas  I  Medan  merupakan  bagian  yang  penting  di  dalam memenuhi  hak  asasi  narapidana  maupun  para  pengunjung.  Para  petugas  perlu
diberikan  pendidikan  dan  pelatihan  pelayanan  kunjungan  narapidana.  Ada  baiknya jika  dibentuk  suatu  tim  khusus  yang  melaksnakan  pelayanan  kunjungan  narapidana
sehinggga  lebih  mudah  dilakukannya  evaluasi  untuk  meningkatkan  kualitas pelayanan yang diharapkan.
186
Pelayanan  sangat  erat  dengan  kehidupan  manusia  dan  pelayanan  tidak  dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Kehidupan seorang manusia dari lahir sampai
ke  liang  lahat  tak  dapat  lepas  dari  pelayanan  yang  diberikan  oleh  organisasi  publik.
185
Wawancara, JEF Gultom, Op cit, 08 Juni 2012.
186
Wawancara, Ayub Suratman, Op cit, tanggal 07 Juni 2012.
Universitas Sumatera Utara
Pelayanan  adalah  produk-produk  yang  tidak  kasat  mata  tidak  dapat  diraba  yang melibatkan  usaha-usaha  manusia  dan  menggunakan  peralatan  Ivancevich,  Lorenzi,
Skinner dan Crosby, 1997.
187
Pelayanan  merupakan  suatu  aktivitas  atau  serangkaian  aktivitas  yang  bersifat tidak  kasat  mata  tidak  dapat  diraba  yang  terjadi  sebagai  akibat  adanya  interaksi
antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi  pelayanan  yang  dimaksudkan  untuk  memecahkan  permasalahan
konsumenpelanggan Gronroos, 1990.
188
Pelayanan  publik  adalah  kegiatan  atau  rangkaian  kegiatan  dalam  rangka pemenuhan  kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
189
Narapidana  dalam  sistem  pemasyarakatan  sebagai  subjek  pembinaan  haruslah diperlakukan  secara  manusiawi.  Oleh  karena  itu,  petugas  pemasyarakatan  dalam
melaksanakan tugasnya harus memiliki dedikasi yang tinggi, loyalitas, moralitas dan integraritas  dalam  membina  narapidana.  Kunci  utama  bagi  suksesnya  pembinaan
187
Ali  Rokhman,  Materi  Kuliah  Manajemen  Pelayanan  Publik,  Konsepsi  Manajemen Pelayanan Publik, diakses tanggal 27 Agustus 2012, 23.30.15
188
Ibid.
189
Ratminto dan Atik Septi Winarsih, Manajemen Pelayanan, Pustaka Pelajar, Jakarta, 2005, halaman 3.
Universitas Sumatera Utara
narapidana,  bahwa  setiap  petugas  pembina  harus  mampu  menjadi  panutan  bagi narapidana.
190
Setiap petugas harus memiliki sikap yang terbuka, siap menerima keluhan dari narapidana,  dan  siap  untuk  membimbing  narapidana  dalam  mencapai  tujuan
pembinaan, yakni mengembalikan narapidana menjadi orang yang baik dan berguna di  dalam  masyarakat.  Untuk  itu  di  masa  depan  nantinya  jumlah  petugas  pembina
harus sebanding dengan jumlah narapidana agar pembinaan dan pengawasan terhadap narapidana  dapat  berjalan  dengan  baik.  Di  samping  itu  kepada  petugas  diberikan
pendidikan  tambahan,  pelatihan-pelatihan  atau  kursus-kursus  untuk  mendukung tugas-tugas pembinaan dalam membina narapidana.
191
Pembinaan  karier  dalam  penyelenggaraan  manajemen  Pegawai  Negeri  Sipil dilaksanakan berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem karier yang dititikberatkan
pada  sistem  prestasi  kerja  Undang-undang  Nomor  43  tahun  1999.  Sistem pembinaan  karier  yang  harus  dilaksanakan  adalah  sistem  pembinaan  karier  tertutup
dalam  arti  negara  yang  memungkinkan  perpindahan  Pegawai  Negeri  Sipil  dari DepartemenLembagaPropinsiKabupatenKota yang satu ke DepartemenLembaga
190
Suwarto,  Pengembangan  Ide  Individualisasi  Pemidanaan  Dalam  Pembinaan  Narapidana Wanita  Pidato  Pengukuhan  Jabatan  Guru  Besar  Tetap  dalam  Bidang  Ilmu  Hukum  Pidana  pada
Fakultas  Hukum,  diucapkan  di  hadapan  Rapat  Terbuka  Universitas  Sumatera  Utara,  Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU, 12 Desember 2009, halaman 15.
191
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
PropinsiKabupatenKota  yang  lain  atau  sebaliknya,  terutama  untuk  menduduki jabatan-jabatan yang bersifat manajerial.
192
Pembinaan  karier  bagi  Pegawai  Negeri  Sipil  PNS  dilaksanakan  berdasarkan ketentuan  Pola  Karier  yang  menggambarkan  alur  pengembangan  karier  yang
menunjukan  keterkaitan  dan  keserasian  antara  Jabatan,  Pangkat,  Pendidikan, Pelatihan  Jabatan,  serta  Masa  Jabatan  seorang  PNS  sejak  pengangkatan  pertama
dalam jabatan tertentu hingga pensiun PP Nomor 13 Tahun 2002.
193
Keputusan  Menteri  Kehakiman  Republik  Indonesia  Nomor  M.01.KP.01.05 Tahun 1994, tentang Pola Penjenjangan Karier Pejabat Pemasyarakatan Departemen
Kehakiman menyebutkan persyaratan dan unsur pendukung pada setiap jenjang, yaitu kemampuan  dan  prestasi  kerja,  pendidikan,  kursus  atau  latihan,  daftar  Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan DP3, senioritas, kesehatan, dan penilaian.
194 Manajemen  Pegawai  Negeri  Sipil  PNS  menurut
UU  No.  43  Tahun  1999,  Pasal  1  adalah keseluruhan  upaya  untuk  meningkatkan  efisiensi,  efektivitas,  dan  derajat
profesionalisme  penyelenggaraan  tugas,  fungsi  dan  kewajiban  kepegawian  yang meliputi  perencanaan,  pengadaan,  pengembangan  kualitas,  penempatan,  promosi,
penggajian,  kesejahteraan  dan  pemberhentian.  Tujuan  manajemen  pegawai  negeri
192
Peraturan  Menteri  Hukum  Dan  Hak  Asasi  Manusia  Republik  Indonesia  Nomor  :  M.HH- OT.02.02 Tahun 2009, Op cit.
193
Peraturan  Menteri  Hukum  Dan  Hak  Asasi  Manusia  Republik  Indonesia  Nomor  :  M.HH- OT.02.02 Tahun 2009, Ibid.
194
Keputusan  Menteri  Kehakiman  Republik  Indonesia  Nomor  M.01.KP.01.05  Tahun  1994 Tanggal  8  Pebruari  1994  tentang  Pola  Penjenjangan  Karier  Pejabat  Pemasyarakatan  Departemen
Kehakiman.
Universitas Sumatera Utara
sipil  yaitu  untuk  menjamin  penyelenggaraan  tugas  pemerintahan  dan  pembangunan secara  berdayaguna  dan  berhasilguna  dengan  dukungan  PNS  yang  profesional,
bertanggung jawab, jujur dan adil melalui pembinaan yang dilaksanakan berdasarkan sistem karir yang dititiberatkan pada sistem prestasi kerja.
195
C.  Melaksanakan Wilayah Bebas Korupsi WBK.