BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Isu-isu  strategis  Kementerian  Hukum  dan  Hak  Asasi  Manusia  Republik Indonesia sebagai gambaran keadaan yang terus menerus dihadapi dalam upaya untuk
mewujudkan sistem hukum nasional yang mencakup pembangunan substansi hukum, penyempurnaan  struktur  hukum  dan  pelibatan  seluruh  komponen  masyarakat  yang
mempunyai  kesadaran  hukum  tinggi  untuk  mendukung  pembentukan  sistem  hukum nasional  yang  dicitacitakan  sebagaimana  tertuang  dalam  Rencana  Pembangunan
Jangka Panjang Nasional 2005-2025.
1
Tantangan  yang  dihadapi  dalam  mewujudkan  sistem  hukum  nasional sebagaimana  yang  dicita-citakan  adalah  mewujudkan  sistem  hukum  nasional  yang
menjamin  tegaknya  supremasi  hukum  dan  hak  asasi  manusia  yang  berdasarkan keadilan  dan  kebenaran.  Berlandaskan  hal  tersebut  maka  dirumuskan  visi  dan  misi
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yaitu : 1.
Visi  :  Masyarakat Memperoleh Kepastian Hukum 2.
Misi  :  Melindungi Hak Asasi Manusia 3.
Tata Nilai : a
Kepentingan Masyarakat; b
Integritas; c
Responsif; d
Akuntabel; e
Profesional.
1
Laporan  Akuntabilitas  Kinerja  LAKIP,  Kementerian  Hukum  dan  Hak  Asasi  Manusia Republik Idonesia, bulan Maret tahun 2009, halaman 18.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan  merupakan  penjabaran  dari  misi  dan  juga  dimaksudkan  sebagai kerangka dasar serta arah pelaksanaan kebijakan dan kegiatan prioritas pembangunan.
Tujuan pembangunan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia tahun 2010-2014 adalah :
1. Menciptakan supremasi hukum;
2. Memberdayakan masyarakat untuk sadar hukum dan hak asasi manusia
3. Memperkuat manajemen dan kelembagaan secara nasional;
4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
2
Sasaran  tersebut  tercermin  dari  persepsi  masyarakat  pencari  keadilan  untuk merasakan  kenyamanan,  kepastian,  keadilan,  dan  keamanan  dalam  berinteraksi  dan
mendapat pelayanan dari para penegak hukum. Penegakan hukum merupakan elemen yang  tidak  dapat  dipisahkan  dan  sangat  penting  dalam  menjaga  sistem  demokrasi
yang  berkualitas  dan  juga  mendukung  iklim  berusaha  yang  baik  agar  kegiatan ekonomi  dapat  berjalan  dengan  pasti,  aman  dan  efisien  dalam  rangka  mencapai
kesejahteraan  rakyat.  Sasaran  reformasi  penegakan  hukum  adalah  tercapainya suasana  dan  kepastian  keadilan  melalui  penegakan  hukum  dan  terjaganya  ketertiban
umum.
3
Bagi  negara  Indonesia  yang  berdasarkan  Pancasila,  pemikiran-pemikiran  baru mengenai  fungsi  pemidanaan  yang  tidak  lagi  sekedar  penjeraan  tetapi  juga
2
Laporan Akuntabilitas Kinerja LAKIP, Ibid, halaman 18-19
3
Laporan Akuntabilitas Kinerja LAKIP, Ibid, halaman 19-20
Universitas Sumatera Utara
merupakan  suatu  usaha  rehabilitasi  dan  reintegrasi  sosial  warga  binaan pemasyarakatan  telah  melahirkan  suatu  sistem  pembinaan  yang  sejak  lebih  dari  tiga
puluh tahun yang lalu dikenal dan dinamakan sistem pemasyarakatan.
4
Pasal  1  ayat  2  Undang-undang  Nomor  12  Tahun  1995  tentang Pemasyarakatan, Sistem Pemasyarakatan adalah:
Sistem pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan  Warga  Binaan  Pemasyarakatan  berdasarkan  Pancasila  yang
dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan  kualitas  Warga  Binaan  Pemasyarakatan  agar  menyadari
kesalahan,  memperbaiki  diri,  dan  tidak  mengulangi  tindak  pidana  sehingga dapat  diterima    kembali  dalam  lingkungan  masyarakat,dapat  aktif  berperan
dalam    pembangunan,  dan  dapat  hidup  secara  wajar  sebagai  warga  yang  baik dan bertanggung jawab.
5
Rumusan Pasal 1 ayat 2 tersebut terlihat bahwa sistem pemasyarakatan adalah
suatu  tatanan  mengenai  arah  dan  batas  serta  cara  pembinaan  warga  binaan pemasyarakatan  berdasarkan  Pancasila  yang  dilaksanakan  secara  terpadu  antara
Pembina  yang  dibina  dan  masyarakat  untuk  mewujudkan  suatu  peningkatan  warga binaan  pemasyarakatan  yang  menyadari  kesalahannya,  memperbaiki  diri  dan  tidak
mengulangi  tindak  pidana  sehingga  dapat  diterima  kembali  oleh  lingkungan masyarakat,  dapat  aktif  berperan  dalam  pembangunan  dan  dapat  hidup  secara  wajar
sebagai warga Negara yang baik dan bertanggung jawab.
6
4
Adi  Sujatno,  Sistem  Pemasyarakatan  Indonesia  Membangun  Manusia  Mandiri  Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan HAM RI, Jakarta, 2004, halaman 1-2.
5
Marlina,  Hukum  Penitensier,  Penerbit  Refika  Aditama,  Bandung,  Cetakan  Kesatu,  Juni 2011, halaman 125.
6
Marlina, Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan tersebut
menggambarkan bahwa
unsure-unsur sistem
pemasyarakatan  adalah  Pembina,  personilstaf  lembaga  pemasyarrakatan,  yang dibina  narapidana  dan  masyarakat.  Selanjutnya  menurut  Pasal  1  ayat  1  Undang-
undang  Nomor  12  Tahun  1995  menyatakan  bahwa  yang  dimaksud  dengan pemasyarakatan  merupakan  kegiatan  untuk  melakukan  pembinaan  Warga  Binaan
Pemasyarakatan  berdasarkan  sistem,  kelembagaan  dan  cara  pembinaan  yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana.
7
Kepala  Lembaga  Pemasyarakatan  bertanggung  jawab  atas  keamanan  dan ketertiban  di  dalam  Lembaga  Pemasyarakatan  LAPAS  yang  dipimpinya.  Kepala
Lembaga  Pemasyarakatan  LAPAS  berwenang  memberikan  tindakan  disiplin  atau menjatuhkan  tindakan  disiplin  terhadap  warga  binaan  pemasyarakatan  yang
melanggar  peraturan  keamanan  dan  ketertiban  di  lingkungan  Lembaga Pemasyarakatan LAPAS yang dipimpinnya.
8
Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.HH-OT.02.02  Tahun  2009  tentang  Cetak  Biru  Pembaharuan  Pelaksanaan  Sistem
Pemasyarakatan, menyatakan bahwa fungsi keamanan, di tiap Unit Pelaksana Teknis
7
Marlina, Ibid, halaman 126.
8
Darwan  Prinst,  Hukum  Anak  Indonesia,  Penerbit  PT.  Citra  Aditya  Bakti,  Bandung,  1997, halaman 188.
Universitas Sumatera Utara
UPT, pada prinsipnya dimaksudkan untuk memberikan rasa aman kepada tahanan, narapidana dan anak didik pemasyarakatan.
9
Keamanan  juga  ditujukan  untuk  mencegah  terjadinya  kekerasan  antar narapidana,  kekerasan  kepada  petugas  dan  pengunjung,  dan  mencegah  terjadinya
bunuh  diri.  Keamanan  juga  menjadi  pendukung  utama  pencegahan  pengulangan tindak  pidana,  pelarian,  pencegah  terjadinya  kerusuhan  atau  pembangkangan  pada
tata  tertib,  dan  terhadap  masuknya  benda-benda  yang  tidak  diperkenankan  masuk kedalam hunian.
Pengamanan juga diberikan pada narapidana yang berpindah tempat atau keluar untuk  menjalani  proses  pemeriksaan  tertentu,  seperti  pemeriksaan  di  pengadilan,
kesehatan, dan keperluan lainnya. Pelaksanaan pengamanan di Unit Pelaksana Teknis
UPT  tidak  dapat  dipisahkan  dari  kepentingan  lembaga  pemasyarakatan  untuk mengawal  proses  pembinaan.  Dalam  melaksanakan  fungsi  pengamanan  terdapat
beberapa hal yang harus menjadi perhatian petugas keamanan, di mana pengamanan dengan  tindakan  yang  berlebihan,  dengan  mengabaikan  hak-hak  dasar  akan
berdampak  pada  terganggunya  keamanan  dan  ketertiban  masyarakat  di  Unit Pelaksana Teknis UPT.
Pengamanan  yang  tidak  memperhatikan  hak  dasar  narapidana  rentan  akan pembangkangan,  ketidakpatuhan  dan  kerusuhan.  Keseimbangan  antara  keamanan
9
Pdffactory Pro www.pdffactory.com, blue print, diakses, July 29, 2012, 9:59:11 PM, halaman 136-138.
Universitas Sumatera Utara
dengan  proses  integrasi  masyarakat,  utamanya  kepentingan  narapidana  menjadi perspektif  yang  harus  dimiliki  petugas.  Diperlukan  pula  keseimbangan  antara
keamanan dengan hak dasar yang tidak boleh dihambat.
10
Penegakan  hukum  adalah  proses  dilakukannya  upaya  untuk  tegaknya  atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu
lintas  atau  hubungan-hubungan  hukum  dalam  kehidupan  bermasyarakat  dan bernegara. Ditinjau dari sudut subjeknya, penegakan hukum itu dapat dilakukan oleh
subjek  yang  luas  dan  dapat  pula  diartikan  sebagai  upaya  penegakan  hukum  oleh subjek  dalam  arti  yang  terbatas  atau  sempit.  Dalam  arti  luas,  proses  penegakan
hukum itu melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Issue hak asasi manusia itu sebenarnya terkait erat dengan persoalan penegakan
hukum  dan  keadilan  itu  sendiri.  Karena  itu,  sebenarnya,  tidaklah  terlalu  tepat  untuk mengembangkan  istilah  penegakan  hak  asasi  manusia  secara  tersendiri.  Lagi  pula,
apakah  hak  asasi  manusia  dapat  ditegakkan?  Bukankah  yang  ditegakkan  itu  adalah aturan hukum dan konstitusi yang menjamin hak asasi manusia itu, dan bukannya hak
asasinya  itu  sendiri?  Namun,  dalam  praktek  sehari-hari,  kita  memang  sudah  salah kaprah.  Kita  sudah  terbiasa  menggunakan  istilah  penegakan  „hak  asasi  manusia‟.
Masalahnya, kesadaran umum mengenai hak-hak asasi manusia dan kesadaran untuk
10
Pdffactory Pro www.pdffactory.com, Ibid, diakses, July 29, 2012, 9:59:11 PM.
Universitas Sumatera Utara
menghormati  hak-hak  asasi  orang  lain  di  kalangan  masyarakat  kita  pun  memang belum berkembang secara sehat.
11
Hak  asasi  manusia  HAM  merupakan  hak-hak  yang  melekat  pada  manusia yang  mencerminkan  martabatnya,  yang  harus  memperoleh  jaminan  hukum,  sebab
hak-hak hanya dapat efektif apabila hak-hak itu dapat dilindungi hukum. Melindungi hak-hak  dapat  terjamin,  apabila  hak-hak  itu  merupakan  bagian  dari  hukum,  yang
memuat prosedur hukum untuk melindungi hak-hak tersebut.
12
Hukum  pada  dasarnya  merupakan  pencerminan  dari  hak  asasi  manusia sehingga  hukum  itu  mengandung  keadilan  atau  tidak,  ditentukan  oleh  hak  asasi
manusia  yang  dikandung  dan  diatur  atau  dijamin  oleh  hukum  itu.  Hukum  tidak  lagi dilihat  sebagai  refleksi  kekuasaan  semata-mata,  tetapi  juga  harus  memancarkan
perlindungan terhadap hak-hak warga negara. Hukum berlandaskan pada nilai-nilai kemanusiaan. Hukum yang berlandaskan
nilai-nilai  kemanusiaan  mencerminkan  norma-norma  yang  menghormati  martabat manusia  dan  mengakui  hak  asasi  manusia.  Norma-norma  yang  mengandung  nilai-
nilai  luhur  yang  menjungjung  tinggi  martabat  manusia  dan  menjamin  hak  asasi manusia, berkembang terus sesuai dengan tuntutan hati nurani manusia.
13
11
Peraturan  Menteri  Hukum  Dan  Hak  Asasi  Manusia  Republik  Indonesia  Nomor:  M.HH- OT.02.02 Tahun 2009 tentang Cetak Biru Pembaharuan Pelaksanaan Sistem Pemasyarakatan.
12
Maidin, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2006, halaman 7.
13
Muladi,  Kapita  Selekta  Sistem  Peradilan  Pidana.  Badan  Penerbit  Universitas  Diponegoro, Semarang, 1995, halaman 45.
Universitas Sumatera Utara
Indonesia  mengakui  dan  menjunjung  tinggi  hak  asasi  manusia  dan  kebebasan dasar  manusia  sebagai  yang  secara  kodrati  melekat  pada  dan  tidak  terpisahkan  diri
manusia,  yang  harus  dilindungi,  dihormati,  dan  ditegakkan  demi  peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan, dan kecerdasan serta keadilan.
14
Hak  asasi  manusia  adalah  seperangkat  hak  yang  melekat  pada  hakikatnya  dan keberadaan  manusia  sebagai  makhluk  Tuhan  Yang  Maha  Esa  dan  merupakan
anugerah-Nya  yang  wajib  di  hormati,  dijunjung  tinggi  dan  dilindungi  oleh  negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia.
15
Sahardjo, mengatakan  untuk  memperlakukan  narapidana  diperlukan  landasan
sistem pemasyarakatan, yaitu: Bahwa  tidak  saja  masyarakat  diayomi  terhadap  diulangi  perbuatan  jahat  oleh
terpidana,  melainkan  juga  orang  yang  tersesat  diayomi  dengan  memberikan kepadanya bekal hidup sebagai warga yang berguna di dalam masyarakat. Dari
pengayoman  itu  nyata  bahwa  menjatuhkan  pidana  bukanlah  tindakan  balas
dendam dari negara …, tobat tidak dapat dicapai dengan penyiksaan melainkan dengan  bimbingan.  Terpidana  juga  tidak  dijatuhi  pidana  siksaan,  melainkan
pidana  hilang  kemerdekaan….,  negara  telah  mengambil  kemerdekaan seseorang  dan  yang  pada  waktunya  mengembalikan  orang  itu  ke  masyarakat
lagi, mempunyai kewajiban terhadap orang terpidana itu dan masyarakat.
16
Narapidana  bukan  saja  obyek  melainkan  juga  subyek  yang  tidak  berbeda  dari
manusia  lainnya  yang  sewaktu-waktu  dapat  melakukan  kesalahan  atau  kekhilafan
14
Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
15
Pdffactory Pro www.pdffactory.com, uu39_1999 ,  diakses  August    ,      ,   9:53:11 AM
16
C.I.  Harsono,  Sistem  Baru  Pembinaan  Narapidana,  Penerbit  Djambatan,  Jakarta,  1995, halaman 1.
Universitas Sumatera Utara
yang dapat dikenakan pidana, sehingga tidak harus diberantas. Yang harus diberantas adalah  faktor-faktor  yang  dapat  menyebabkan  Narapidana  berbuat  hal-hal  yang
bertentangan dengan hukum, kesusilaan, agama, atau kewajiban-kewajiban sosial lain yang dapat dikenakan pidana.
Sudarto mengatakan bahwa: “Perkataan pemidanaan sinonim dengan istilah “penghukuman”. Penghukuman
sendiri berasal dari kata “hukum”, sehingga dapat diartikan sebagai menetapkan hukum  atau  memutuskan  hukum  atau  memutuskan  tentang  hukumannya
berechten.  Menetapkan  hukuman  ini  sangat  luas  artinya.,  tidak  hanya  dalam lapangan  hukum  pidana  saja  tetapi  juga  bidang  hukum  lainnya.  Oleh  karena
istilah  tersebut  harus  disempitkan  artinya,  yakni  penghukuman  dalam  perkara pidana  yang  kerapkali  sinonim  dengan  pemidanaan  atau  pemberian  atau
penjatuhan pida
na oleh hakim”.
17
Berdasarkan  pendapat  Sudarto  tersebut,  dapat  diartikan  bahwa  pemidanaan dapat  diartikan  sebagai  penetapan  pidana  dan  tahap  pemberian  pidana.  Tahap
pemberian pidana dalam hal ini ada dua arti, yaitu dalam arti luas yang menyangkut pembentuk  undang-undang  yang  menetapkan  stelsel  sanksi  hukum  pidana.  Arti
konkret,  yang  menyangkut  berbagai  badan  yang  mendukung  dan  melaksanakan stelsel sanksi hukum pidana tersebut.
Pemidanaan  adalah  upaya  untuk  menyadarkan  narapidana  agar  menyesali perbuatannya,  dan  mengembalikannya  menjadi  warga  masyarakat  yang  baik,  taat
kepada hukum, menjunjung tinggi nilai-nilai moral, sosial dan keagamaan, sehingga
17
Marlina, Op. cit, halaman 33.
Universitas Sumatera Utara
tercapai  kehidupan  masyarakat  yang  aman,  tertib,  dan  damai. Narapidana  adalah
terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di LAPAS.
18
Asas  persamaan  perlakuan  dan  pelayanan  merupakan  salah  satu  azas pembinaan  terhadap  warga  binaan  pemasyarakatan,  yaitu  warga  binaan
pemasyarakatan  mendapat  perlakuan  dan  pelayanan  yang  sama  di  dalam  Lembaga Pemasyarakatan,  tanpa  membedakan  orangnya.  Salah  satu  hak  narapidana  pidana
adalah hak menerima kunjungan keluarga, penasihat, atau orang tertentu lainnya.
19
Filosofi  keamanan  memberi  arah  tentang  pemahaman  keamanan  itu  sendiri. Pemahaman  tentang  keamanan  mengandung  arti  sebagai  suatu  situasi  dan  kondisi
yang  mengandung  adanya  perasaan  bebas  dari  gangguan  fisik  dan  psikis  security, perasaan  bebas  dari  kekhawatiran  surety  dan  perasaan  damai  lahiriah  maupun
batiniah peace dalam suasana tertib order, dimana segala sesuatu berjalan secara teratur,  yang  merangsang  gairah  kerja  dan  kesibukan  dalam  rangka  mencapai
kesejahteraan makmur serta dapat hidup rukun, berdampingan antar individu, antar masyarakat dan antar Negara sentosa.
20
Bahwa  keamanan  dan  tata  tertib  yang  mantap  di  Lembaga  Pemasyarakatan adalah syarat  mutlak bagi  berhasilnya usaha pembinaan. Untuk mencapai keamanan
dan  tata  tertib  tersebut,  perlu  diadakan  peraturan  tata  tertib  dan  penjagaan  Lembaga
18
Marlina, Ibid, halaman 34.
19
Darwan Prinst, Op.cit, halaman 173, 175, 178.
20
Hermawan  Sulistyo,  Keamanan  Negara,  Kemanan  Nasional  Dan  Civil  Society,  Penerbit Pensil-324, Jakarta, 2009, halaman 70.
Universitas Sumatera Utara
Pemasyarakatan yang disebut dengan Peraturan Penjagaan Lembaga Pemasyarakatan PPLP.  Kepala  Lembaga  Pemasyarakatan  adalah  bertanggung  jawab  terhadap
keamanan dan tata tertib Lembaga Pemasyarakatan LAPAS.
21
Keamanan  dan  tata  tertib  yang  kondusif  merupakan  faktor  utama  dalam pelaksanaan  pembinaan  narapidana  di  Lembaga  Pemasyarakatan  LAPAS.
Keamanan  dan  tata  tertib  sebagai  penunjang  pembinaan  tersebut  diatas  bila  suatu dalam  lingkungan  lembaga  keamanan  terganggu  akan  mempengaruhi  lingkungan
tersebut,  pembinaan  narapidana  dan  aktifitas  yang  telah  ditentukan  akan  terganggu pula.
22
Prosedur Tetap PROTAP Pelaksanaan Tugas Pemasyarakatan, menyebutkan: 1.
Setiap  narapidana    anak  didik  pemasyarakatan  berhak  mendapatkan kunjungan dari keluarga, penasehat hukum, rohaniawan, dokter pribadi atau
badan sosial. 2.
Setiap  orang  yang  akan  berkunjung  ke  Lapas  harus  ada  ijin  dari  Kalapas atau pejabat yang ditunjuk.
3. Pengaturan  mengenai  hari,  waktu  kunjungan  dan  persyaratan  lainnya
ditetapkan oleh Kalapas. 4.
Pelaksanaan  kunjungan  dilakukan  oleh  unit  pembinaan  dan  pengamannya oleh KPLP.
5. Dalam  setiap  pelaksanaan  petugas  pencatatan  dan  pendaftaranmwajib
meneliti identitas pengunjung beserta barang-barang bawaannya yang akan diserahkan  kepada  narapidana    anak  didik  pemasyarakatan  dan  dicatat
dalam Buku Kunjungan.
6. Petugas pencatatan dan pendaftaran wajib menanyakan kepada pengunjung
apakah membawa barang-barang terlarang yang dibawa masuk ke Lapas.
21
H.L. Batubara, Sosialisasi tentang Peraturan Penjagaan Lembaga Pemasyarakatan PPLP, http:www.hlbatubara.co.cc, posted by  education center201202.html,  diakses tanggal 24 Juli 2012,
23:30:05.
22
H.L. Batubara, Ibid, diakses tanggal 24 Juli 2012, 23:30:05.
Universitas Sumatera Utara
7. Sebelum  dipertemukan  KarupamPetugas  Pengamanan  wajib  menanyakan
terlebih dahulu keadaan NarapidanaAnak Didik Pemasyarakatan yang akan dikunjungi  apakah  mengenal  pengunjung  tersebut.  Pengunjung  dean
NarapidanaAnak  Didik  Pemasyarakatan  yang  mendapat  kunjungan  wajib digeledah baik sebelum maupun sesudah kunjungan.
8. Diusahakan  agar  sebelum  dipertemukan  pengunjung  dan  yang  dikunjungi
dalam keadaan aman. 9.
Khusus untuk kunjungan dokter pribadi wajib ada rekomendasi dari Dokter Lapas.
23
Praktik  pungutan  liar  pungli  di  Lembaga  Pemasyarakatan  memang  seolah- olah  telah  menjadi  fenomena  keseharian  yang  bahkan  cenderung  dianggap  lumrah
oleh  kebanyakan  orang.  Praktik  demikian  bahkan  telah  demikian  akut  sehingga dianggap sebagai sebuah “keharusan” yang apabila tidak dilakukan maka seseorang
akan  mengalami  hambatan  dalam  mendapatkan  tujuannya.  Masyarakat  seolah  telah “dipaksa” patuh terhadap “peraturan” yang dibuat oleh oknum petugas, dimana bila
ingin  mengunjungi  narapidana  di  Lembaga  Pemasyarakatan,  maka  harus  terlebih dahulu  memberikan  sejumlah  uang  untuk  memperoleh  izin  masuk.  Larangan  yang
tertera  di  depan  pintu  Lapas,  yang  secara  tegas  meny atakan  “Dilarang  Memberi
Uang”, seolah hanya menjadi simbol bisu penghias tembok.
24
Adanya  permainan  oleh  oknum  petugas  Lembaga  Pemasyarakatan  mengenai jam  besuk  tersebut  terjadi  apabila  keluarga  narapidana  yang  datang  berkunjung
23
Keputusan Direkur Jenderal Pemasyarakatan  Kementerian Hukum dan Hak Assasi Manusia Nomor:  E.22.PR.08.03  Tahun  2001  tentang  Prosedur  Tetap  PROTAP  Pelaksanaan  Tugas
Pemasyarakatan.
24
Surat  Kabar  Kompas,  Edisi  hari  Selasa,  tanggal  30  Juni  2009,  dalam  bagian  Redaksi  Yth, halaman  7,  dengan  judul
“Siapkan  Uang Untuk  Besuk Tahanan Di Lapas”,  Jakarta,  29 Nopember 2010, halaman 1-2.
Universitas Sumatera Utara
memberikan  “keuntungan”  bagi  oknum  petugas  tersebut. Pikiran  dan  hati  warga
binaan  pemasyarakatan  tersebut  pasti  tidak  akan  tenang,  penuh  dengan  kecemasan, mengingat keluarga yang datang untuk  mengunjunginya belum tentu  sanggup  untuk
memberikan sejumlah uang yang diminta oleh oknum petugas Lapas.
25
Permasalahan  tersebut  diatas  pada  umumnya  masih  terjadi  di  dalam  Lembaga Pemasyarakatan LAPAS di Indonesia, termasuk di dalam Lembaga Pemasyarakatan
Klas I Medan. Hal ini dilatarbelakangi berbagai faktor, diantaranya adanya permainan oknum  petugas  melakukan  pungutan  liar,  narapidana  yang  bekerja  sebagai  tamping
pembantu  petugas  dan  adanya  unsur  saling  membutuhkan  antara  pihak  keluarga narapidana yang datang berkunjung dengan oknum petugas serta belum adanya suatu
peraturan  pemerintah  PP  yang  mengatur  secara  khusus  tentang  hak  menerima kunjungan keluarga bagi narapidana sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 14 ayat
2 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Lembaga  Pemasyarakatan  Klas  I  Medan  sebagai  salah  satu  Unit  Pelaksana
Teknis  UPT  dibawah  naungan  Kementerian  Hukum  dan  Hak  Asasi  Manusia Republik  Indonesia  Kantor  Wilayah  Sumatera  Utara  adalah  sebagai  wadah  untuk
melakukan  pembinaan  dan  pengembangan  warga  binaan  pemasyarakatan  dibentuk untuk  satu  tujuan  mulia,  yaitu  agar  warga  binaan  pemasyarakatan  dapat  menjadi
manusia  yang  seutuhnya,  yang  mampu  menyadari  kesalahannya  di  masa  lalu  dan tidak  lagi  melakukan  kesalahan  yang  sama  di  masa  mendatang.  Dengan  demikian
25
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
ketika  mereka  selesai  menjalani  masa  hukuman  dan  keluar  dari  Lembaga Pemasyarakatan,  warga  binaan  pemasyarakatan  diharapkan  dapat  diterima  dengan
baik dan menyatu kembali dalam dilingkungan masyarakat. Guna mencapai tujuan mulia tersebut, Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan,
dalam  proses  pembinaannya,  warga  binaan  pemasyarakatan  diberikan  berbagai  hak dan  kewajiban.  Salah  satu  hak  warga  binaan  pemasyarakatan  adalah  hak  untuk
menerima  kunjungan  keluarga  sebagaimana  yang  diatur  secara  tegas  di  dalam  Pasal 14 ayat 1 huruf h Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.
Berdasarkan  hasil  penelitian,  narapidana  di  Lembaga  Pemasyarakatan  Klas  I Medan,  pada  bulan  Mei  tahun  2012,  yaitu  berjumlah  kurang  lebih  2.128  orang.
Sedangkan keluarga narapidana yang datang berkunjung untuk membesuk narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan, setiap harinya kecuali hari MingguLibur,
yaitu  berjumlah  lebih  kurang  100  orang  dan  setiap  bulannya    diperkirakan  sekitar 2.460 orang. Agar lebih jelasnya, dapat dilihat pada table berikut ini:
Tabel 1 Jumlah Pengunjung Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan
Dari Bulan Januari SD Mei 2012 No
Bulan Jumlah Pengunjung
1 Januari
2.460 2
Pebruari 2.447
3 Maret
2.457 4
April 2.460
5 Mei
2.456
Jumlah Keseluruhan 12.280
Sumber: Buku Layanan Kunjungan Lapas Klas I Medan, Januri sd Mei 2012.
Universitas Sumatera Utara
Tablel  1  tersebut  menunjukkan  bahwa  jumlah  pengunjung  narapidana  setiap bulannya  di  realtif  besar.  Menurut  JET  Gultom,
26
dengan  jumlah  tersebut,  harus dilakukan pengamanan ekstra dalam memberikan pelayanan kunjungan bagi keluarga
narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan. Data  jumlah  pengunjung  tersebut  merupakan  data  yang  dikalkulasikan  setiap
minggunya,  yaitu:  bulan  Januari  2012,  terdiri  dari:  minggu  pertama  berjumlah  630 orang, minggu kedua berjumlah 620 orang, minggu ketiga berjumlah 609 orang, dan
minggu  keempat  berjumlah  601  orang,  bulan  Pebruari  2012,  terdiri  dari  minggu pertama  berjumlah  625  orang,  minggu  kdua  berjumlah  615  orang,  minggu  ketiga
berjumlah 605 orang, dan minggu keempat berjumlah 602 orang, bulan Maret 2012, terdiri  dari  minggu  pertama  berjumlah  632  orang,  minggu  kedua  berjumlah  618
orang,  minggu  ketiga  berjumlah  602  orang,  dan  minggu  keempat  berjumlah  603 orang,  bulan  April  2012,  terdiri  dari  minggu  pertama  berjumlah  633  orang,  minggu
kedua  berjumlah  617  orang,  minggu  ketiga  berjumlah  607  orang,  dan  minggu keempat  berjumlah  603  orang,  dan  bulan  Mei  2012,  terdiri  dari  minggu  pertama
berjumlah 628 orang, minggu kedua berjumlah 621 orang, minggu ketiga berjumlah 605 orang, dan minggu keempat berjumlah 601 orang.
27
26
Wawancara,  JET  Gultom,  Plh.  Kepala  Kesatuan  Pengamaman  Lembaga  Pemasyarakatan Klas I Medan, tanggal 01 Juni 2012.
27
Buku Layanan Kunjungan, Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan, Januari sd Mei Tahun 2012.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan  uraian  tersebut  diatas,  maka  penulis  tertarik  untuk  melakukan
penelitian  di  dalam  tesis  ini  yang  berjudul:  Peraturan  Penjagaan  Lembaga Pemasyarakatan  PPLP  terkait  dengan  Hak  Menerima  Kunjungan  Keluarga
Bagi Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan .
B.  Perumusan Masalah