BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Isu-isu strategis Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia sebagai gambaran keadaan yang terus menerus dihadapi dalam upaya untuk
mewujudkan sistem hukum nasional yang mencakup pembangunan substansi hukum, penyempurnaan struktur hukum dan pelibatan seluruh komponen masyarakat yang
mempunyai kesadaran hukum tinggi untuk mendukung pembentukan sistem hukum nasional yang dicitacitakan sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional 2005-2025.
1
Tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan sistem hukum nasional sebagaimana yang dicita-citakan adalah mewujudkan sistem hukum nasional yang
menjamin tegaknya supremasi hukum dan hak asasi manusia yang berdasarkan keadilan dan kebenaran. Berlandaskan hal tersebut maka dirumuskan visi dan misi
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yaitu : 1.
Visi : Masyarakat Memperoleh Kepastian Hukum 2.
Misi : Melindungi Hak Asasi Manusia 3.
Tata Nilai : a
Kepentingan Masyarakat; b
Integritas; c
Responsif; d
Akuntabel; e
Profesional.
1
Laporan Akuntabilitas Kinerja LAKIP, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Idonesia, bulan Maret tahun 2009, halaman 18.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan merupakan penjabaran dari misi dan juga dimaksudkan sebagai kerangka dasar serta arah pelaksanaan kebijakan dan kegiatan prioritas pembangunan.
Tujuan pembangunan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia tahun 2010-2014 adalah :
1. Menciptakan supremasi hukum;
2. Memberdayakan masyarakat untuk sadar hukum dan hak asasi manusia
3. Memperkuat manajemen dan kelembagaan secara nasional;
4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
2
Sasaran tersebut tercermin dari persepsi masyarakat pencari keadilan untuk merasakan kenyamanan, kepastian, keadilan, dan keamanan dalam berinteraksi dan
mendapat pelayanan dari para penegak hukum. Penegakan hukum merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dan sangat penting dalam menjaga sistem demokrasi
yang berkualitas dan juga mendukung iklim berusaha yang baik agar kegiatan ekonomi dapat berjalan dengan pasti, aman dan efisien dalam rangka mencapai
kesejahteraan rakyat. Sasaran reformasi penegakan hukum adalah tercapainya suasana dan kepastian keadilan melalui penegakan hukum dan terjaganya ketertiban
umum.
3
Bagi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran-pemikiran baru mengenai fungsi pemidanaan yang tidak lagi sekedar penjeraan tetapi juga
2
Laporan Akuntabilitas Kinerja LAKIP, Ibid, halaman 18-19
3
Laporan Akuntabilitas Kinerja LAKIP, Ibid, halaman 19-20
Universitas Sumatera Utara
merupakan suatu usaha rehabilitasi dan reintegrasi sosial warga binaan pemasyarakatan telah melahirkan suatu sistem pembinaan yang sejak lebih dari tiga
puluh tahun yang lalu dikenal dan dinamakan sistem pemasyarakatan.
4
Pasal 1 ayat 2 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, Sistem Pemasyarakatan adalah:
Sistem pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang
dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas Warga Binaan Pemasyarakatan agar menyadari
kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali dalam lingkungan masyarakat,dapat aktif berperan
dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.
5
Rumusan Pasal 1 ayat 2 tersebut terlihat bahwa sistem pemasyarakatan adalah
suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara
Pembina yang dibina dan masyarakat untuk mewujudkan suatu peningkatan warga binaan pemasyarakatan yang menyadari kesalahannya, memperbaiki diri dan tidak
mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar
sebagai warga Negara yang baik dan bertanggung jawab.
6
4
Adi Sujatno, Sistem Pemasyarakatan Indonesia Membangun Manusia Mandiri Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan HAM RI, Jakarta, 2004, halaman 1-2.
5
Marlina, Hukum Penitensier, Penerbit Refika Aditama, Bandung, Cetakan Kesatu, Juni 2011, halaman 125.
6
Marlina, Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan tersebut
menggambarkan bahwa
unsure-unsur sistem
pemasyarakatan adalah Pembina, personilstaf lembaga pemasyarrakatan, yang dibina narapidana dan masyarakat. Selanjutnya menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-
undang Nomor 12 Tahun 1995 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pemasyarakatan merupakan kegiatan untuk melakukan pembinaan Warga Binaan
Pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana.
7
Kepala Lembaga Pemasyarakatan bertanggung jawab atas keamanan dan ketertiban di dalam Lembaga Pemasyarakatan LAPAS yang dipimpinya. Kepala
Lembaga Pemasyarakatan LAPAS berwenang memberikan tindakan disiplin atau menjatuhkan tindakan disiplin terhadap warga binaan pemasyarakatan yang
melanggar peraturan keamanan dan ketertiban di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan LAPAS yang dipimpinnya.
8
Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.HH-OT.02.02 Tahun 2009 tentang Cetak Biru Pembaharuan Pelaksanaan Sistem
Pemasyarakatan, menyatakan bahwa fungsi keamanan, di tiap Unit Pelaksana Teknis
7
Marlina, Ibid, halaman 126.
8
Darwan Prinst, Hukum Anak Indonesia, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, halaman 188.
Universitas Sumatera Utara
UPT, pada prinsipnya dimaksudkan untuk memberikan rasa aman kepada tahanan, narapidana dan anak didik pemasyarakatan.
9
Keamanan juga ditujukan untuk mencegah terjadinya kekerasan antar narapidana, kekerasan kepada petugas dan pengunjung, dan mencegah terjadinya
bunuh diri. Keamanan juga menjadi pendukung utama pencegahan pengulangan tindak pidana, pelarian, pencegah terjadinya kerusuhan atau pembangkangan pada
tata tertib, dan terhadap masuknya benda-benda yang tidak diperkenankan masuk kedalam hunian.
Pengamanan juga diberikan pada narapidana yang berpindah tempat atau keluar untuk menjalani proses pemeriksaan tertentu, seperti pemeriksaan di pengadilan,
kesehatan, dan keperluan lainnya. Pelaksanaan pengamanan di Unit Pelaksana Teknis
UPT tidak dapat dipisahkan dari kepentingan lembaga pemasyarakatan untuk mengawal proses pembinaan. Dalam melaksanakan fungsi pengamanan terdapat
beberapa hal yang harus menjadi perhatian petugas keamanan, di mana pengamanan dengan tindakan yang berlebihan, dengan mengabaikan hak-hak dasar akan
berdampak pada terganggunya keamanan dan ketertiban masyarakat di Unit Pelaksana Teknis UPT.
Pengamanan yang tidak memperhatikan hak dasar narapidana rentan akan pembangkangan, ketidakpatuhan dan kerusuhan. Keseimbangan antara keamanan
9
Pdffactory Pro www.pdffactory.com, blue print, diakses, July 29, 2012, 9:59:11 PM, halaman 136-138.
Universitas Sumatera Utara
dengan proses integrasi masyarakat, utamanya kepentingan narapidana menjadi perspektif yang harus dimiliki petugas. Diperlukan pula keseimbangan antara
keamanan dengan hak dasar yang tidak boleh dihambat.
10
Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu
lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Ditinjau dari sudut subjeknya, penegakan hukum itu dapat dilakukan oleh
subjek yang luas dan dapat pula diartikan sebagai upaya penegakan hukum oleh subjek dalam arti yang terbatas atau sempit. Dalam arti luas, proses penegakan
hukum itu melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Issue hak asasi manusia itu sebenarnya terkait erat dengan persoalan penegakan
hukum dan keadilan itu sendiri. Karena itu, sebenarnya, tidaklah terlalu tepat untuk mengembangkan istilah penegakan hak asasi manusia secara tersendiri. Lagi pula,
apakah hak asasi manusia dapat ditegakkan? Bukankah yang ditegakkan itu adalah aturan hukum dan konstitusi yang menjamin hak asasi manusia itu, dan bukannya hak
asasinya itu sendiri? Namun, dalam praktek sehari-hari, kita memang sudah salah kaprah. Kita sudah terbiasa menggunakan istilah penegakan „hak asasi manusia‟.
Masalahnya, kesadaran umum mengenai hak-hak asasi manusia dan kesadaran untuk
10
Pdffactory Pro www.pdffactory.com, Ibid, diakses, July 29, 2012, 9:59:11 PM.
Universitas Sumatera Utara
menghormati hak-hak asasi orang lain di kalangan masyarakat kita pun memang belum berkembang secara sehat.
11
Hak asasi manusia HAM merupakan hak-hak yang melekat pada manusia yang mencerminkan martabatnya, yang harus memperoleh jaminan hukum, sebab
hak-hak hanya dapat efektif apabila hak-hak itu dapat dilindungi hukum. Melindungi hak-hak dapat terjamin, apabila hak-hak itu merupakan bagian dari hukum, yang
memuat prosedur hukum untuk melindungi hak-hak tersebut.
12
Hukum pada dasarnya merupakan pencerminan dari hak asasi manusia sehingga hukum itu mengandung keadilan atau tidak, ditentukan oleh hak asasi
manusia yang dikandung dan diatur atau dijamin oleh hukum itu. Hukum tidak lagi dilihat sebagai refleksi kekuasaan semata-mata, tetapi juga harus memancarkan
perlindungan terhadap hak-hak warga negara. Hukum berlandaskan pada nilai-nilai kemanusiaan. Hukum yang berlandaskan
nilai-nilai kemanusiaan mencerminkan norma-norma yang menghormati martabat manusia dan mengakui hak asasi manusia. Norma-norma yang mengandung nilai-
nilai luhur yang menjungjung tinggi martabat manusia dan menjamin hak asasi manusia, berkembang terus sesuai dengan tuntutan hati nurani manusia.
13
11
Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.HH- OT.02.02 Tahun 2009 tentang Cetak Biru Pembaharuan Pelaksanaan Sistem Pemasyarakatan.
12
Maidin, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2006, halaman 7.
13
Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 1995, halaman 45.
Universitas Sumatera Utara
Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia sebagai yang secara kodrati melekat pada dan tidak terpisahkan diri
manusia, yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan, dan kecerdasan serta keadilan.
14
Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikatnya dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib di hormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia.
15
Sahardjo, mengatakan untuk memperlakukan narapidana diperlukan landasan
sistem pemasyarakatan, yaitu: Bahwa tidak saja masyarakat diayomi terhadap diulangi perbuatan jahat oleh
terpidana, melainkan juga orang yang tersesat diayomi dengan memberikan kepadanya bekal hidup sebagai warga yang berguna di dalam masyarakat. Dari
pengayoman itu nyata bahwa menjatuhkan pidana bukanlah tindakan balas
dendam dari negara …, tobat tidak dapat dicapai dengan penyiksaan melainkan dengan bimbingan. Terpidana juga tidak dijatuhi pidana siksaan, melainkan
pidana hilang kemerdekaan…., negara telah mengambil kemerdekaan seseorang dan yang pada waktunya mengembalikan orang itu ke masyarakat
lagi, mempunyai kewajiban terhadap orang terpidana itu dan masyarakat.
16
Narapidana bukan saja obyek melainkan juga subyek yang tidak berbeda dari
manusia lainnya yang sewaktu-waktu dapat melakukan kesalahan atau kekhilafan
14
Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
15
Pdffactory Pro www.pdffactory.com, uu39_1999 , diakses August , , 9:53:11 AM
16
C.I. Harsono, Sistem Baru Pembinaan Narapidana, Penerbit Djambatan, Jakarta, 1995, halaman 1.
Universitas Sumatera Utara
yang dapat dikenakan pidana, sehingga tidak harus diberantas. Yang harus diberantas adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan Narapidana berbuat hal-hal yang
bertentangan dengan hukum, kesusilaan, agama, atau kewajiban-kewajiban sosial lain yang dapat dikenakan pidana.
Sudarto mengatakan bahwa: “Perkataan pemidanaan sinonim dengan istilah “penghukuman”. Penghukuman
sendiri berasal dari kata “hukum”, sehingga dapat diartikan sebagai menetapkan hukum atau memutuskan hukum atau memutuskan tentang hukumannya
berechten. Menetapkan hukuman ini sangat luas artinya., tidak hanya dalam lapangan hukum pidana saja tetapi juga bidang hukum lainnya. Oleh karena
istilah tersebut harus disempitkan artinya, yakni penghukuman dalam perkara pidana yang kerapkali sinonim dengan pemidanaan atau pemberian atau
penjatuhan pida
na oleh hakim”.
17
Berdasarkan pendapat Sudarto tersebut, dapat diartikan bahwa pemidanaan dapat diartikan sebagai penetapan pidana dan tahap pemberian pidana. Tahap
pemberian pidana dalam hal ini ada dua arti, yaitu dalam arti luas yang menyangkut pembentuk undang-undang yang menetapkan stelsel sanksi hukum pidana. Arti
konkret, yang menyangkut berbagai badan yang mendukung dan melaksanakan stelsel sanksi hukum pidana tersebut.
Pemidanaan adalah upaya untuk menyadarkan narapidana agar menyesali perbuatannya, dan mengembalikannya menjadi warga masyarakat yang baik, taat
kepada hukum, menjunjung tinggi nilai-nilai moral, sosial dan keagamaan, sehingga
17
Marlina, Op. cit, halaman 33.
Universitas Sumatera Utara
tercapai kehidupan masyarakat yang aman, tertib, dan damai. Narapidana adalah
terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di LAPAS.
18
Asas persamaan perlakuan dan pelayanan merupakan salah satu azas pembinaan terhadap warga binaan pemasyarakatan, yaitu warga binaan
pemasyarakatan mendapat perlakuan dan pelayanan yang sama di dalam Lembaga Pemasyarakatan, tanpa membedakan orangnya. Salah satu hak narapidana pidana
adalah hak menerima kunjungan keluarga, penasihat, atau orang tertentu lainnya.
19
Filosofi keamanan memberi arah tentang pemahaman keamanan itu sendiri. Pemahaman tentang keamanan mengandung arti sebagai suatu situasi dan kondisi
yang mengandung adanya perasaan bebas dari gangguan fisik dan psikis security, perasaan bebas dari kekhawatiran surety dan perasaan damai lahiriah maupun
batiniah peace dalam suasana tertib order, dimana segala sesuatu berjalan secara teratur, yang merangsang gairah kerja dan kesibukan dalam rangka mencapai
kesejahteraan makmur serta dapat hidup rukun, berdampingan antar individu, antar masyarakat dan antar Negara sentosa.
20
Bahwa keamanan dan tata tertib yang mantap di Lembaga Pemasyarakatan adalah syarat mutlak bagi berhasilnya usaha pembinaan. Untuk mencapai keamanan
dan tata tertib tersebut, perlu diadakan peraturan tata tertib dan penjagaan Lembaga
18
Marlina, Ibid, halaman 34.
19
Darwan Prinst, Op.cit, halaman 173, 175, 178.
20
Hermawan Sulistyo, Keamanan Negara, Kemanan Nasional Dan Civil Society, Penerbit Pensil-324, Jakarta, 2009, halaman 70.
Universitas Sumatera Utara
Pemasyarakatan yang disebut dengan Peraturan Penjagaan Lembaga Pemasyarakatan PPLP. Kepala Lembaga Pemasyarakatan adalah bertanggung jawab terhadap
keamanan dan tata tertib Lembaga Pemasyarakatan LAPAS.
21
Keamanan dan tata tertib yang kondusif merupakan faktor utama dalam pelaksanaan pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan LAPAS.
Keamanan dan tata tertib sebagai penunjang pembinaan tersebut diatas bila suatu dalam lingkungan lembaga keamanan terganggu akan mempengaruhi lingkungan
tersebut, pembinaan narapidana dan aktifitas yang telah ditentukan akan terganggu pula.
22
Prosedur Tetap PROTAP Pelaksanaan Tugas Pemasyarakatan, menyebutkan: 1.
Setiap narapidana anak didik pemasyarakatan berhak mendapatkan kunjungan dari keluarga, penasehat hukum, rohaniawan, dokter pribadi atau
badan sosial. 2.
Setiap orang yang akan berkunjung ke Lapas harus ada ijin dari Kalapas atau pejabat yang ditunjuk.
3. Pengaturan mengenai hari, waktu kunjungan dan persyaratan lainnya
ditetapkan oleh Kalapas. 4.
Pelaksanaan kunjungan dilakukan oleh unit pembinaan dan pengamannya oleh KPLP.
5. Dalam setiap pelaksanaan petugas pencatatan dan pendaftaranmwajib
meneliti identitas pengunjung beserta barang-barang bawaannya yang akan diserahkan kepada narapidana anak didik pemasyarakatan dan dicatat
dalam Buku Kunjungan.
6. Petugas pencatatan dan pendaftaran wajib menanyakan kepada pengunjung
apakah membawa barang-barang terlarang yang dibawa masuk ke Lapas.
21
H.L. Batubara, Sosialisasi tentang Peraturan Penjagaan Lembaga Pemasyarakatan PPLP, http:www.hlbatubara.co.cc, posted by education center201202.html, diakses tanggal 24 Juli 2012,
23:30:05.
22
H.L. Batubara, Ibid, diakses tanggal 24 Juli 2012, 23:30:05.
Universitas Sumatera Utara
7. Sebelum dipertemukan KarupamPetugas Pengamanan wajib menanyakan
terlebih dahulu keadaan NarapidanaAnak Didik Pemasyarakatan yang akan dikunjungi apakah mengenal pengunjung tersebut. Pengunjung dean
NarapidanaAnak Didik Pemasyarakatan yang mendapat kunjungan wajib digeledah baik sebelum maupun sesudah kunjungan.
8. Diusahakan agar sebelum dipertemukan pengunjung dan yang dikunjungi
dalam keadaan aman. 9.
Khusus untuk kunjungan dokter pribadi wajib ada rekomendasi dari Dokter Lapas.
23
Praktik pungutan liar pungli di Lembaga Pemasyarakatan memang seolah- olah telah menjadi fenomena keseharian yang bahkan cenderung dianggap lumrah
oleh kebanyakan orang. Praktik demikian bahkan telah demikian akut sehingga dianggap sebagai sebuah “keharusan” yang apabila tidak dilakukan maka seseorang
akan mengalami hambatan dalam mendapatkan tujuannya. Masyarakat seolah telah “dipaksa” patuh terhadap “peraturan” yang dibuat oleh oknum petugas, dimana bila
ingin mengunjungi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan, maka harus terlebih dahulu memberikan sejumlah uang untuk memperoleh izin masuk. Larangan yang
tertera di depan pintu Lapas, yang secara tegas meny atakan “Dilarang Memberi
Uang”, seolah hanya menjadi simbol bisu penghias tembok.
24
Adanya permainan oleh oknum petugas Lembaga Pemasyarakatan mengenai jam besuk tersebut terjadi apabila keluarga narapidana yang datang berkunjung
23
Keputusan Direkur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Assasi Manusia Nomor: E.22.PR.08.03 Tahun 2001 tentang Prosedur Tetap PROTAP Pelaksanaan Tugas
Pemasyarakatan.
24
Surat Kabar Kompas, Edisi hari Selasa, tanggal 30 Juni 2009, dalam bagian Redaksi Yth, halaman 7, dengan judul
“Siapkan Uang Untuk Besuk Tahanan Di Lapas”, Jakarta, 29 Nopember 2010, halaman 1-2.
Universitas Sumatera Utara
memberikan “keuntungan” bagi oknum petugas tersebut. Pikiran dan hati warga
binaan pemasyarakatan tersebut pasti tidak akan tenang, penuh dengan kecemasan, mengingat keluarga yang datang untuk mengunjunginya belum tentu sanggup untuk
memberikan sejumlah uang yang diminta oleh oknum petugas Lapas.
25
Permasalahan tersebut diatas pada umumnya masih terjadi di dalam Lembaga Pemasyarakatan LAPAS di Indonesia, termasuk di dalam Lembaga Pemasyarakatan
Klas I Medan. Hal ini dilatarbelakangi berbagai faktor, diantaranya adanya permainan oknum petugas melakukan pungutan liar, narapidana yang bekerja sebagai tamping
pembantu petugas dan adanya unsur saling membutuhkan antara pihak keluarga narapidana yang datang berkunjung dengan oknum petugas serta belum adanya suatu
peraturan pemerintah PP yang mengatur secara khusus tentang hak menerima kunjungan keluarga bagi narapidana sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 14 ayat
2 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan sebagai salah satu Unit Pelaksana
Teknis UPT dibawah naungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Kantor Wilayah Sumatera Utara adalah sebagai wadah untuk
melakukan pembinaan dan pengembangan warga binaan pemasyarakatan dibentuk untuk satu tujuan mulia, yaitu agar warga binaan pemasyarakatan dapat menjadi
manusia yang seutuhnya, yang mampu menyadari kesalahannya di masa lalu dan tidak lagi melakukan kesalahan yang sama di masa mendatang. Dengan demikian
25
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
ketika mereka selesai menjalani masa hukuman dan keluar dari Lembaga Pemasyarakatan, warga binaan pemasyarakatan diharapkan dapat diterima dengan
baik dan menyatu kembali dalam dilingkungan masyarakat. Guna mencapai tujuan mulia tersebut, Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan,
dalam proses pembinaannya, warga binaan pemasyarakatan diberikan berbagai hak dan kewajiban. Salah satu hak warga binaan pemasyarakatan adalah hak untuk
menerima kunjungan keluarga sebagaimana yang diatur secara tegas di dalam Pasal 14 ayat 1 huruf h Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.
Berdasarkan hasil penelitian, narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan, pada bulan Mei tahun 2012, yaitu berjumlah kurang lebih 2.128 orang.
Sedangkan keluarga narapidana yang datang berkunjung untuk membesuk narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan, setiap harinya kecuali hari MingguLibur,
yaitu berjumlah lebih kurang 100 orang dan setiap bulannya diperkirakan sekitar 2.460 orang. Agar lebih jelasnya, dapat dilihat pada table berikut ini:
Tabel 1 Jumlah Pengunjung Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan
Dari Bulan Januari SD Mei 2012 No
Bulan Jumlah Pengunjung
1 Januari
2.460 2
Pebruari 2.447
3 Maret
2.457 4
April 2.460
5 Mei
2.456
Jumlah Keseluruhan 12.280
Sumber: Buku Layanan Kunjungan Lapas Klas I Medan, Januri sd Mei 2012.
Universitas Sumatera Utara
Tablel 1 tersebut menunjukkan bahwa jumlah pengunjung narapidana setiap bulannya di realtif besar. Menurut JET Gultom,
26
dengan jumlah tersebut, harus dilakukan pengamanan ekstra dalam memberikan pelayanan kunjungan bagi keluarga
narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan. Data jumlah pengunjung tersebut merupakan data yang dikalkulasikan setiap
minggunya, yaitu: bulan Januari 2012, terdiri dari: minggu pertama berjumlah 630 orang, minggu kedua berjumlah 620 orang, minggu ketiga berjumlah 609 orang, dan
minggu keempat berjumlah 601 orang, bulan Pebruari 2012, terdiri dari minggu pertama berjumlah 625 orang, minggu kdua berjumlah 615 orang, minggu ketiga
berjumlah 605 orang, dan minggu keempat berjumlah 602 orang, bulan Maret 2012, terdiri dari minggu pertama berjumlah 632 orang, minggu kedua berjumlah 618
orang, minggu ketiga berjumlah 602 orang, dan minggu keempat berjumlah 603 orang, bulan April 2012, terdiri dari minggu pertama berjumlah 633 orang, minggu
kedua berjumlah 617 orang, minggu ketiga berjumlah 607 orang, dan minggu keempat berjumlah 603 orang, dan bulan Mei 2012, terdiri dari minggu pertama
berjumlah 628 orang, minggu kedua berjumlah 621 orang, minggu ketiga berjumlah 605 orang, dan minggu keempat berjumlah 601 orang.
27
26
Wawancara, JET Gultom, Plh. Kepala Kesatuan Pengamaman Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan, tanggal 01 Juni 2012.
27
Buku Layanan Kunjungan, Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan, Januari sd Mei Tahun 2012.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian di dalam tesis ini yang berjudul: Peraturan Penjagaan Lembaga Pemasyarakatan PPLP terkait dengan Hak Menerima Kunjungan Keluarga
Bagi Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan .
B. Perumusan Masalah