commit to user
112
1. Hipotesis pertama
Berdasarkan hasil analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama dan dilanjutkan dengan uji lanjut diperoleh p-value 0,004 0,05 dan p-value untuk
afektif 0,004 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan metode
pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan virtual lab dan real lab baik pada prestasi belajar kognitif maupun prestasi belajar afektif siswa.
Adanya perbedaan metode pembelajaran terhadap prestasi baik kognitif maupun afektif siswa ditunjukkan oleh skor prestasi rataan kognitif maupun afektif
siswa. Siswa yang diberi pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan virtual lab memiliki rata-rata skor prestasi kognitif sebesar 73.
Sementara itu, siswa yang diberi pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan real lab memiliki rata-rata skor prestasi kognitif sebesar 70,05. Hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata skor prestasi kognitif siswa yang diberi pembelajaran dengan inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan rata-rata skor prestasi kognitif
siswa yang diberi pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan real lab.
Secara teoritis siswa yang belajar menggunakan media virtual lab lebih mudah dalam mempelajari dan memahami konsep-konsep pada materi koloid dibandingkan
dengan menggunakan media real lab. Peran penggunaan media virtual lab yang dipandu dengan menggunakan pedoman praktikum dapat memudahkan siswa dalam
menangkap dan mengolah informasi berupa konsep yang diajarkan. Selama
commit to user
113
menggunakan media animasi virtual lab siswa menjadi termotivasi untuk lebih menekuni materi yang disajikan dan lebih menarik perhatian siswa.
Kemudahan ini didukung dengan jaminan tidak adanya resiko yang membahyakan seperti pecahnya alat-alat pada saat praktikum. Jaminan kemudahan
tersebut merangsang siswa untuk memunculkan sikap berani mencoba dengan tanpa adanya rasa khawatir takut berbuat kesalahan. Dan apabila terjadi sesuatu kekeliruan
atau kesalahan siswa dapat mendapatkan sedikit bantuan petunjuk guru atau teman kelompoknya.
Sedangkan pada pembelajaran dengan inkuiri terbimbing menggunakan real lab yang sama-sama dipandu dengan menggunakan pedoman praktikum, sebenarnya
juga memudahkan siswa dalam memahami konsep yang sedang dipelajari dibandingkan dengan tanpa bantuan media alat laboratorium. Namun pada
pelaksanaan pembelajaran banyak ditemukan hambatan atau kendala-kendala, diantaranya siswa masih dihantui perasaan takut berbuat salah dalam memegang alat-
alat laboratorium atau mencampurkan bahan-bahan kimia yang mengakibatkan meledak atau terbakar selain itu ada beberapa percobaan yang tidak bisa diulang
dirumah karena alat dan bahan yang jumlahnya sangat terbatas. Beberapa kendala tersebut diatas mengakibatkan pada pembelajaran dengan
menggunakan metode inkuiri terbimbing menggunakan media real lab memunculkan beberapa kelemahan diantaranya memerlukan waktu yang lama sehingga kurang
efektif, sering terjadi pada tiap pertemuan dalam pembelajaran tidak dapat menyisakan waktu untuk diskusi kelas dalam menarik kesimpulan dan bahkan
commit to user
114
beberapa kelompok kerja tertentu belum berhasil menjawab beberapa pertanyaan dalam pedoman praktikum yang disediakan karena kelompok mereka belum selesai
melakukan praktikum. Beberapa kelemahan itulah yang menghambat proses penemuan konsep atau
prinsip atau fakta yang sedang dipelajari sehingga melahirkan prestasi hasil belajar yang lebih rendah dibandingkan dengan kelas virtual lab. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian dari Basir 2009 bahwa siswa yang diajar dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan virtual lab memperoleh prestasi yang lebih baik
dibandingkan dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan real lab.
2. Hipotesis kedua