PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN METODE INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN VIRTUAL LAB DAN REAL LAB DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus Siswa Kelas XI SMA Batik 2 Surakarta pada Materi

Kimia Koloid Tahun Pelajaran 2009/2010)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama: Kimia

Oleh

RIANA

S 830809218

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DARI GAYA BELAJAR DAN AKTIVITAS

BELAJAR SISWA

(Studi Kasus Siswa Kelas XI SMA Batik 2 Surakarta pada Materi Koloid Tahun Pelajaran 2009/2010 )

Disusun Oleh: RIANA

S 830809218

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr.H. Ashadi

NIP 195101021975011001 ... ………….

Pembimbing II Dr. Sarwanto, M.Si

NIP 196909011994031002 ... ………….

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Sains,

Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M. Pd NIP 195201161980031001


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BELAJAR SISWA

(Studi Kasus Siswa Kelas XI SMA Batik 2 Surakarta pada Materi Koloid Tahun Pelajaran 2009/2010 )

Disusun Oleh: RIANA

S 830809218

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tandatangan Tanggal

Ketua Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd

NIP. 195201161980031001 ... ...

Sekretaris Dra. Soeparmi, M.A.,Ph.D

NIP. 195209151976032001 ... ...

Anggota Penguji : 1. Prof. Dr. H. Ashadi

NIP. 195101021975011001 ... ...

2. Dr. Sarwanto, M.Si

NIP. 196909011994031002 ... ...

Surakarta, Februari 2011

Mengetahui,

Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi Pendidikan Sains

Prof. Drs. Suranto, M.Sc.,Ph.D Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Bismillahirrohmanirrohim

Rasullullah SAW bersabda,

“Setiap urusan yang tidak dimulai dengan Bismillahirrohmanirrohim terputuslah berkahnya”

(Tafsir Ibnu Katsir)

Dalam hidup ini ada tiga hal yang tidak bisa kembali yaitu umur, waktu, dan kesempatan.

(penulis)

If you dream it you can do it


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Ayahku, Rawanto yang selalu melindungi, menyayangi, membesarkan, memberikan doa dan dukungan kepada penulis hingga penulis dapat merasakan kebesaran

Rahmat dan Hidayah Allah SWT.

Almarhumah Ibuku, Suwarni yang telah melahirkan penulis dan memberikan kasih sayangnya secara tulus. Maafkanlah anakmu ini yang belum bisa membalas budi

baikmu. Engkau adalah seorang ibu yang mendidik dan memperlihatkan kepadaku Tanda-Tanda Kebesaran Kekuasaan Allah SWT.

Seluruh saudaraku yang senantiasa membantu, membimbing serta memberikan doa dalam menjalani hidup ini.

My Lovely Damas Setawan Hamidi yang selalu memberikan dukungan dan doa, beserta seluruh kasih sayang dan cintanya yang tulus kepadaku.

Semua sahabatku, kalian merupakan suatu kekayaan yang tak ternilai harganya,


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

NIM : S 830809218

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul Pembelajaran Kimia

dengan Metode Inkuiri Terbimbing Menggunakan Virtual Lab dan Real Lab Ditinjau dari Gaya Belajar dan Aktivitas Belajar Siswa (Studi Kasus Siswa Kelas

XI SMA Batik 2 Surakarta pada Materi Koloid Tahun Pelajaran 2009/2010)

adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut

diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Februari 2011 Yang membuat pernyataan


(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Wata’alah yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

tesis dengan judul ”Pembelajaran Kimia dengan Metode Inkuiri Terbimbing

Menggunakan Virtual Lab dan Real Lab Ditinjau dari Gaya Belajar dan Aktivitas Belajar Siswa”. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan

mencapai derajat Magister pada Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana UNS Surakarta.

Tesis ini disusun atas bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak yang terkait langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis bermaksud mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D., selaku Direktur Pascasarjana Universitas Sebelas

Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan bantuan berupa segala sarana dan fasilitas dalam menempuh pendidikan program pascasarjana.

2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan ide yang berharga dalam penyusunan tesis ini.

3. Prof. Dr. H. Ashadi, selaku Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan,

motivasi dan sumbangan pemikiran yang berharga dalam penyusunan tesis ini.

4. Dr. Sarwanto, M.Si., selaku Pembimbing II yang telah memberikan pengarahan,

motivasi dan sumbangan pemikiran yang berharga dalam tesis ini.

5. Bapak/Ibu Dosen Program Pendidikan Sains Pascasarjana UNS Surakarta yang

telah memberikan sumbangan pendalaman dan wawasan keilmuan kepada penulis.

6. Kepala SMA Batik 2 Surakarta, guru beserta karyawan yang telah memberikan ijin,


(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bila dalam penyusunan tesis ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu kritikan, saran, dan masukan dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Surakarta, Februari 2011 Penulis


(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSETUJUAN PEMBIMBING….………... ii

LEMBAR PENGESAHAN………... iii

MOTTO ….………. iv

PERSEMBAHAN……….. v

PERNYATAAN………..………... vi

KATA PENGANTAR………... vii

DAFTAR ISI………...………... ix

DAFTAR TABEL………...………... xiv

DAFTAR GAMBAR………..………... xvi

DAFTAR LAMPIRAN……….. xvii

ABSTRAK……….. xix

ABSTRACT………... xx

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 9

C. Pembatasan Masalah... 10

D. Perumusan Masalah ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 12

F. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II. KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS... 14

A. Tinjauan Pustaka... 14

1. Belajar dan Pembelajaran... 14

a...Teori Belajar……… ... 14

b...Belajar Kelompok………...19

c...Pembelajaran Kimia………...19


(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Psikologi Sosial... 22

3. Metode Inkuiri Terbimbing... 23

a...Pengertian Metode Inkuiri... 23

b...Tahapan Inkuiri Terbimbing... 25

c...Syarat agar Inkuiri Berjalan Baik... 27

4. Media Pembelajaran ... 27

a...Pengertian Media Pembelajaran... 27

b...Macam Media Pembelajaran ... 28

c...Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ... 32

d...Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran ... 33

5. Laboratorium Real... 34

6. Laboratorium Virtual... 36

7. Fungsi dan Peranan Laboratorium Kimia ... 37

8. Gaya Belajar……… 39

a...Pengertian Gaya Belajar ... 39

b...Teori Gaya Belajar ... 40

c...Karakteristik Gaya Belajar... 41

1)...Gaya Belajar Visual... 41


(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

9. Aktivitas Belajar... 43 10. Prestasi Belajar... 45

a...Domain Kognitif ... 46

b...Domain Afektif ... 47

c...Domain Psikomotorik ... 48 11. Materi Sistem Koloid ... 49

a...Sistem Koloid ... 49

b...Sifat-Sifat Koloid ... 51

1)...Efek Tyndall ... 51

2)...Gerak Brown ... 52

3)...Muatan Koloid ... 53

4)...Koagulasi ...55

5)...Koloid Pelindung ... 57

6)...Dialisis ...57

7)...Koloid Liofil dan Liofob ... 58

c...Pengolahan Air Bersih ... 60


(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2)...Cara Dispersi

... 62

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 64

C. Kerangka berfikir... 66

D. Hipotesis ... 70

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 72

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 72

1. Tempat Penelitian... 72

2. Waktu Penelitian ... 72

B. Populasi dan Sampel Penelitian... 72

1. Populasi Penelitian ... 72

2. Sampel Penelitian... 73

C. Metode Penelitian ... 73

D. Rancangan dan Variabel Peneliatian ... 73

1. Rancangan Penelitian ... 73

2. Variabel Penelitian ... 74

a...Variabel Bebas ... 46

b...Variabel Moderator... 47

c...Variabel Terikat ... 47

E. Definisi Operasional Variabel ... 75

1. Variabel Bebas ... 75

2. Variabel Moderator ... 75

3. Variabel Terikat ... 76

F. Teknik Pengumpulan Data ... 77

1. Teknik Non Tes... 77


(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Belajar Ranah Kognitif ... 78

b...Angket Gaya Belajar ... 79

c...Angket Aktivitas Belajar ... 80

d...Tes Prestasi Belajar Ranah Afektif ... 80

H. Uji Coba Instrument ... 81

1. Uji Validitas ... 81

2. Uji Reliabilitas ... 84

3. Uji Daya Beda Butir Soal... 86

4. Taraf Kesukaran ... 88

I. Teknik Analisis Data ... 89

1. Uji Prasyarat Analisis... 89

a...Uji Normalitas ... 89

b...Uji Homogenitas ... 91

2. Pengujian Hipotesis... 91

a...Uji Anava ...92

b...Uji Lanjut Anava ... 95

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 96

A. Deskripsi Data... 97

1. Data Gaya Belajar Siswa... 97

2. Data Aktivitas Belajar Siswa... 97


(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. Uji Prasyarat

Analisis... 103

1. Uji

Normalitas... 103

2. Uji

Homogenitas... 105

C. Pengujian

Hipotesis... 106

1. Uji Anava Tiga

Jalan... 106

2. Uji Lanjut

Anava... 110

D. Pembahasan

Hasil Analisis... 112

E. Keterbatasan

Penelitian... 121 BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN... 123

A. Kesimpulan...

... 123

B. Implikasi...

... 125

1. Implikasi

Teoritis... 125

2. Implikasi

Praktis... 125

C. Saran...

... 126

1. Untuk


(15)

(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Koloid Tahun Pelajaran 2009/2010). Tesis: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011. Pembimbing I: Prof. Dr. H. Ashadi, Pembimbing II: Dr. Sarwanto, M.Si.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) perbedaan prestasi belajar siswa yang

diberi pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan media virtual dan

real lab; (2) perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki gaya belajar visual

dan kinestetik; (3) perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki aktivitas tinggi dan rendah; (4) interaksi antara pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing

menggunakan media virtual lab, real lab dan gaya belajar terhadap prestasi belajar

siswa; (5) interaksi antara pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing

menggunakan media virtual dan real lab dengan aktivitas belajar terhadap prestasi

belajar siswa; (6) interaksi antara gaya belajar dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar siswa; (7) interaksi antara pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing

menggunakan media virtual, real lab, gaya belajar dan aktivitas belajar terhadap prestasi

belajar siswa.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 2x2x2. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI SMA Batik 2 Surakarta sejumlah 81

siswa dalam 2 kelas. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random

sampling yang terdiri dari dua kelas. Kelas eksperimen I menggunakan virtual lab, kelas

ekperimen II menggunakan real lab. Pengumpulan data menggunakan teknik tes dan

non tes (angket). Untuk tes prestasi kognitif pengumpulan data menggunakan teknik tes, sedangkan untuk prestasi afektif, gaya belajar dan aktivitas belajar menggunakan teknik non tes. Uji hipotesis menggunakan anava tiga jalan sel tak sama dan dilakukan uji lanjut anava menggunakan uji Scheffe.

Hasil penelitian didapatkan bahwa: (1) ada perbedaan prestasi belajar siswa yang

duberi pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan media virtual dan

real lab, hasil ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing

menggunakan virtual lab lebih efektif daripada real lab; (2) tidak ada perbedaan prestasi

belajar antara siswa yang memiliki gaya belajar visual dan kinestetik; (3) ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi dan rendah; (4) ada

interaksi antara metode pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan virtual lab dan

real lab dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa; (5) ada interaksi antara

metode inkuiri terbimbing dengan aktivitas belajar siswa; (6) tidak ada interaksi antara gaya belajar dengan aktivitas terhadap prestasi belajar siswa; (7) tidak ada interaksi

antara metode pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan virtual lab dan real lab,

gaya belajar, aktivitas belajar terhadap prestasi belajar siswa

Kata kunci: inkuiri terbimbing, lab virtual, lab real, gaya belajar, aktivitas belajar, prestasi belajar, koloid


(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(A Case Study on Colloid for XI Graders, SMA Batik 2 Surakarta Academic Year 2009/2010. Thesis: Science Education, Post Graduate Program, Sebelas Maret University, Surakarta, 2011. Advisor I: Prof. Dr. H. Ashadi, Advisor II Dr. Sarwanto,M.Si.

The objectives of research were to find out: (1) the different of student learning

achievement between student who learnt using guided inquiry learning trough virtual

and real lab media; (2) the different of student learning achievement between student

who had visual and kinesthetic learning styles; (3) the different of student learning achievement between student who had high and low activities; (4) interaction between

learning media virtual lab and real lab, and the learning style toward the student

learning achievement; (5) interaction between media, and the learning activity toward the student learning achievement; (6) interaction between learning style and the learning activity toward the student learning achievement; and (7) interaction between learning

with guided inquiry learning using media virtual lab and real lab, learning style and the

learning activity toward the student learning achievement.

This study employed an experimental method with 2x2x2 factorial design. The population of research was all XI graders of SMA Batik 2 Surakarta consisting of 81

students in 2 classes. The sample was taken using cluster random sampling, consisted

of 2 class. The first eksperiment class was treated by virtual lab, and the second ones by

real lab. The data collection was done using test and non-test (questionnaire) techniques. The data was collected using test for cognitive achievement, and questionere for affective achievement, learning style, and students’s activity. The hypothesis were tested using ANOVA unequal cells, and continued using Scheffe test.

From the data analysis can be conclude that: (1) there was a different in student learning achievement between student who learnt using guided inquiry learning trough

virtual and real lab media, this result indicates that the guided inquiry learning method

using virtual lab is more effective that that using real lab, (2) there was no difference of student learning achievement between student who had visual and kinesthetic learning styles; (3) there was a different in student learning achievement between student who had high and low activities; (4) there was an interaction between learning media, and the learning style toward the student learning achievement; (5) there was an interaction between media and the student learning activity toward the student learning achievement, (6) there was no interaction between learning style and the learning activity toward the student learning achievement; and (7) there was no interaction

between guided inquiry learning through virtual lab and real lab, learning style, learning

activity toward the student learning achievement.

Keywords: guided inquiry, virtual lab, real lab, student’s learning style, activity,


(18)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerucut Edgar Dale ... 30

Gambar 2.2 Domain Psikomotor... 49

Gambar 2.3 Suspensi... 50

Gambar 2.4 Koloid ... 50

Gambar 2.5 Parfum Bentuk Aerosol ... 51

Gambar 2.6 Kosmetik dalam Bentuk Gel ... 51

Gambar 2.7 Larutan Sejati yang Disinari Senter... 52

Gambar 2.8 Koloid yang Disinari Senter ... 52

Gambar 2.9 Gerak Brown ... 53

Gambar 2.10 Arah Tumbukan Molekul Medium dengan Partikel Zat Terdispersi ... 53

Gambar 2.11 Adsorpsi Ion-Ion... 54

Gambar 2.12 Sel Elektrolisis Sederhana ... 55

Gambar 2.13 Koagulasi Koloid karena Penambahan Elektrolit ... 56

Gambar 2.14 Proses Dialisis ... 58

Gambar 2.15 Diagram suatu Dialisis Darah... 58

Gambar 4.1 Histogram Prestasi Belajar Virtual Lab... 102

Gambar 4.2 Histogram Prestasi Belajar Real lab ... 102

Gambar 4.3 Interaksi antara Metode dengan Gaya Belajar ... 110


(19)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Sintak Inkuiri Terbimbing ... 26

Tabel 2.2 Perbedaan Larutan, Koloid dan Suspensi... 50

Tabel 2.3 Jenis-Jenis Koloid ... 51

Tabel 2.4 Perbedaan Sol Hidrofil dan Sol Hidrofob ... 60

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 72

Tabel 3.2 Desain Faktorial Penelitian ... 74

Tabel 3.3. Kriteria Skor Penilaian Gaya Belajar ... 79

Tabel 3.4 Kriteria Skor Penilaian Aktivitas Belajar... 80

Tabel 3.5 Kriteria Skor Penilaian Aspek Afektif ... 80

Tabel 3.6 Klasifikasi Korelasi Validitas Soal Tes Prestasi ... 82

Tabel 3.7 Hasil Validitas Butir Soal Tes Prestasi ... 82

Tabel 3.8. Hasil Validitas Butir Soal Aspek Afektif ... 83

Tabel 3.9 Hasil Validitas Butir Soal Angket Aktivitas Belajar... 83

Tabel 3.10 Hasil Validitas Butir Soal Angket Gaya Belajar ... 84

Tabel 3.11 Klasifikasi Reliabilitas Instrumen ... 85

Tabel 3.12 Hasil Uji Reliabilitas... 86

Tabel 3.13 Klasifikasi Daya Pembeda Soal Prestasi... 87

Tabel 3.14 Distribusi Daya Pembeda Soal Tes Prestasi ... 87

Tabel 3.15 Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal ... 88

Tabel 3.16 Distribusi Taraf Kesukaran Soal Tes Prestasi ... 89

Tabel 3.17 Desain Faktorial Untuk Uji Hipotesis... 91

Tabel 4.1 Diskripsi Data Gaya Belajar Siswa... 97

Tabel 4.2 Diskripsi Data Aktivitas Belajar Siswa ... 98

Tabel 4.3 Diskripsi Data Jumlah Siswa Ditinjau dari Metode,Gaya Belajar dan Aktivitas Belajar ... 98


(20)

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Prestasi belajar Virtual Lab... 100

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Prestasi belajar Real Lab ... 101

Tabel 4.9 Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa Ranah Afektif ... 102

Tabel 4.10 Deskripsi Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Metode dan Gaya Belajar ... 103 Tabel 4.11 Deskripsi Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Metode dan Aktivitas

Belajar ... 103

Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar ... 104

Tabel 4.13 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas ... 105

Tabel 4.14 Hasil Anava Tiga Jalan Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari

Metode,Gaya Belajar dan Aktivitas Belajar ... 109

Tabel 4.15 Hasil Anava Tiga Jalan Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Metode,


(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Silabus ... 133

Lampiran 2. RPP Inkuiri Terbimbing melalui Virtual Lab Pertemuan 1 134 Lampiran 3. RPP Inkuiri Terbimbing melalui Virtual Lab Pertemuan 2 139 Lampiran 4. RPP Inkuiri Terbimbing melalui Virtual Lab Pertemuan 3 153 Lampiran 5. RPP Inkuiri Terbimbing melalui Real Lab Pertemuan 1 159 Lampiran 6. RPP Inkuiri Terbimbing melalui Real Lab Pertemuan 2 164 Lampiran 7. RPP Inkuiri Terbimbing melalui Real Lab Pertemuan 3 177 Lampiran 8. Pedoman Praktikum Virtual Lab Pertemuan 1... 183

Lampiran 9. Pedoman Praktikum Virtual Lab Pertemuan 2... 186

Lampiran 10. Pedoman Praktikum Virtual Lab Pertemuan 3... 192

Lampiran 11. Pedoman Praktikum Real Lab Pertemuan 1... 197

Lampiran 12. Pedoman Praktikum Real Lab Pertemuan 2... 200

Lampiran 13. Pedoman Praktikum Real Lab Pertemuan 3... 206

Lampiran 14. Kunci Jawaban Soal Pedoman Praktikum ... 211

Lampiran 15. Kisi-Kisi Soal ... 216

Lampiran 16. Soal Tes Akhir ... 219

Lampiran 17. Kisi-Kisi Angket Afektif... 230

Lampiran 18. Angket Pengukuran Aspek Afektif ... 231

Lampiran 19. Kisi-Kisi Gaya Belajar ... 234

Lampiran 20. Angket Gaya Belajar ... 237

Lampiran 21. Kisi-Kisi Aktivitas Belajar... 245

Lampiran 22. Angket Aktivitas Belajar... 246

Lampiran 23. Data Tryout Gaya Belajar ... 254


(22)

Lampiran 30. Uji Homogenitas Prestasi Kognitif ... 283

Lampiran 31. Hasil Uji Anava Tiga Jalan Prestasi Kognitif ... 285

Lampiran 32. Hasil Uji Lanjut Anava ... 286

Lampiran 33. Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif ... 287

Lampiran 34. Uji Homogenitas Prestasi Afektif ... 290

Lampiran 35. Uji Anava Tiga Jalan Prestasi Afektif... 292

Lampiran 36 Gambar Foto Penelitian... 293 Lampiran 37. Perijinan ... 297


(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang utama bagi kemajuan suatu bangsa. Sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945 bahwa tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka perlu diadakan perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan secara bertahap dan terus menerus. Pembaharuan di bidang pendidikan dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan pergantian

kurikulum, ada yang berbasis materi (content-based curriculum), berbasis pencapaian

tujuan (objective-based), berbasis kompetensi (competency-based curriculum) dan

akhir-akhir ini mulai dikembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Untuk meningkatkan kualitas pendidikan perlu adanya pengembangan, pembaharuan, pemakaian dan relevansi metode mengajar. Perubahan kurikulum yang terjadi itu dilakukan bukan karena materi pendidikannya ganti atau karena masalah insidental lainnya. Jika hasil pendidikan ingin ditingkatkan, maka guru harus terus melakukan perubahan-perubahan dan penyempurnaan-penyempurnaan dalam dunia pendidikan untuk mengimbangi yang terjadi di negara lain, temasuk penyempurnaan kurikulum. Pergantian kurikulum pada dasarnya untuk membantu guru dalam proses pembelajaran, bukan untuk membebani guru karena kebingungan menggunakan kurikulum yang mana. Kurikulum yang berganti setiap saat memang diharapkan untuk membuat pendidikan di Indonesia semakin baik dan maju.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal harus dapat berperan memberikan pelayanan pendidikan dan pengajaran kepada masyarakat secara optimal. Untuk mengemban misi tersebut maka pendidikan di sekolah harus


(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

direncanakan dan dilaksanakan secara sistemik dengan manageman berbasis kompetensi yang tertuang dalam program pengajaran atau silabus. Penyusunan silabus hendaknya mengacu pada standar isi sebagaimana tertuang dalam Permendiknas (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional) yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum ini disusun oleh satuan Pendidikan (sekolah) masing-masing untuk memungkinkan terjadinya penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki oleh suatu daerah. Penjabaran program pendidikan tersebut bertujuan untuk mewujudkan kurikulum yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, guna mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta untuk memberikan acuan bagi penyelengaraan kegiatan pembelajaran di tingkat satuan pendidikan (sekolah).

Ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai hubungan yang tidak terpisahkan. Ilmu pengetahuan merupakan dasar dalam mencari pemahaman dan pengetahuan. Sedangkan teknologi merupakan penerapan ilmu pengetahuan dan dikembangkan untuk menghasilkan suatu piranti, teknik, mesin dan peralatan. Teknologi ditemukan ketika masyarakat menemukan alat dan memproses suatu pekerjaan menjadi lebih mudah dan lebih baik.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin lama akan semakin maju untuk dapat mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan atau inovasi proses pembelajaran dalam memasuki dunia teknologi. Untuk memasuki dunia teknologi yang semakin berkembang, maka dalam pembelajaran di sekolah siswa perlu dibekali


(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dengan kompetensi yang cukup agar nantinya mampu berperan aktif dalam masyarakat.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis. IPA bukan sekedar penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip semata,

melainkan juga merupakan suatu proses penemuan (discovery, inquiry). Proses

pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi siswa agar peserta didik dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sesuatu sehingga dapat membantu subyek didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju adalah kimia.

Berdasarkan Permendiknas (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional) no 22 Tahun 2006, menyebutkan bahwa:

Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik sama dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu kimia, cara memperoleh, serta kegunaannya. Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat. Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) temuan ilmuwan dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh sebab itu, pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk.


(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Berdasarkan uraian tersebut memberikan arah bahwa mata pelajaran kimia di sekolah harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk.

Pelajaran kimia di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari hal-hal yang ada disekitar mereka. Kimia diharapkan dapat menjadi prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu dalam proses transfer ilmu dan pengetahuan kimia di sekolah perlu ditingkatkan efektivitasnya agar kualitas pembelajaran selalu terjaga dan hasil yang diharapkan dapat memenuhi tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Agar proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik, sebaiknya guru bisa memberikan suatu rangsangan agar siswa dapat aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar karena aktivitas yang dilakukan setiap siswa dalam mengikuti pelajaran akan mempengaruhi prestasi belajar, selain itu semestinya siswa diajak untuk memanfaatkan semua alat indera yang dimilikinya secara optimal. Untuk kepentingan tersebut maka para guru kimia hendaknya berupaya semaksimal mungkin untuk menampilkan rangsangan (stimulus) yang dapat diproses dengan berbagai alat indera. Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan. Dengan demikian, siswa diharapkan akan dapat menerima dan menyerap dengan mudah pesan-pesan dalam materi pelajaran yang disajikan.

Selain aktivitas belajar, kemampuan siswa untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah bisa dipastikan berbeda-beda pula tingkatannya. Ada yang cepat, sedang dan ada pula yang lambat. Oleh karena itu mereka seringkali harus menempuh cara yang berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama.


(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sebagian siswa lebih suka guru mereka mengajar dengan cara menuliskan di papan tulis. Dengan begitu mereka bisa membaca untuk kemudian mencoba memahaminya. Akan tetapi, sebagian siswa lain lebih suka guru mereka mengajar dengan cara menyampaikannya secara lisan dan mereka mendengarkan untuk bisa memahaminya. Sementara itu ada pula siswa lain yang lebih suka membentuk kelompok kecil untuk mendiskusikan pertanyaan yang menyangkut pelajaran tersebut. Setiap siswa akan memiliki kebiasaan atau gaya belajar tertentu dalam menerima dan menyerap informasi pelajaran, hingga menghasilkan suatu bentuk pengetahuan yang efektif untuk diproses menjadi suatu perilaku seimbang untuk mengembangkan dan menghadapi permasalahan berikutnya.

Cara-cara yang dipilih oleh siswa dalam belajar akan menyesuaikan dengan kebiasaan mereka dalam gaya belajar. Jika guru bisa memahami perbedaan gaya belajar setiap siswa, maka akan lebih mudah bagi guru untuk memandu dan memilih cara yang tepat untuk memberikan informasi pengajaran hingga diharapkan dapat mencapai hasil belajar yang lebih optimal.

Salah satu cara yang dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan pelajaran dan dapat menimbulkan rangsangan kepada siswa yang memiliki gaya belajar dan kemampuan berfikir berbeda diantaranya bisa berupa media audiovisual (film, filmstrip, televisi dan kaset video) maupun media komputer. Meskipun banyak teknologi lain yang dapat digunakan dalam pengajaran, namun kedua jenis teknologi tersebut paling banyak digunakan sebagai penunjang fasilitas pengajaran dalam kelas dan memiliki dampak terhadap pembuatan keputusan instruksional. Azhar Arsyad (2006: 15) mengatakan bahwa “pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat, motivasi dan rangsangan


(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa”. Jadi media pembelajaran dapat membantu membangkitkan motivasi dalam pembelajaran. Di samping itu media pembelajaran dalam pembelajaran IPA memiliki kekurangannya yaitu siswa tidak banyak memperoleh olah tangan untuk mendapatkan ketrampilan teknis seperti di laboratorium nyata, melainkan hanya mendapatkan olah tangan untuk mengoperasikan komputer.

Komputer menjadi suatu teknologi informasi yang banyak digunakan dalam masyarakat karena sering digunakan dalam kegiatan sekolah, hiburan, bisnis, maupun untuk penggunaan pribadi di rumah. Beberapa tahun terakhir komputer mendapakan perhatian besar karena kemampuannya yang dapat digunakan dalan kegiatan pembelajaran di sekolah. Tidak sedikit materi-meteri pelajaran yang dapat disampaikan menggunakan komputer. Pemanfaatan media pembelajaran berbasis komputer dijelaskan Azhar Arsyad (2002: 32) ”dapat meningkatkan pembelajaran karena berorientasi pada siswa dan melibatkan interaktivitas siswa yang tinggi”. Jadi penggunaan media komputer dapat meningkatkan interaktivitas siswa. Penggunaan komputer dalam proses pembelajaran bermacam-macam bentuknya tergantung pada kecakapan dari pendesain dan pengembang pembelajarannya. Desain yang dimaksud

bisa berbentuk permainan (games) yang mengajarkan konsep-konsep abstrak hingga

kemudian dikonkretkan dalam bentuk visual dan audio yang distimulasikan dengan gerakan (dianimasikan).

Animasi merupakan suatu teknik gerakan gambar/paparan yang dihasilkan oleh gabungan dari media komputer. Secara sederhana animasi komputer bisa

dijadikan sebagai model pembelajaran menggunakan program komputer (software)


(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

laboratorium cukup melalui monitor komputer sehingga siswa dapat mempelajarinya dari simulasi.

Salah satu contoh animasi tersebut adalah media simulasi komputer (virtual

lab) tentang koloid. Media ini mempunyai tampilan yang menarik, dalam bentuk

gambar, warna dan sedikit efek suara. Dengan media ini siswa menjadi termotivasi untuk lebih menekuni materi yang disajikan serta dengan adanya warna komponen yang dianimasikan dapat menarik perhatian siswa. Jadi animasi menggunakan komputer, merupakan suatu alternatif yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran di kelas. Dengan animasi dapat menggantikan pembelajaran yang memerlukan peralatan laboratorium banyak dan waktu persiapan yang relatif lama.

Sekolah SMA Batik 2 Surakarta merupakan salah satu sekolah swasta di Surakarta. Berdasarkan pengamatan secara umum keadaan sekolah SMA Batik 2 Surakarta dan wawancara dengan guru kimia kelas XI di sekolah tersebut, keadaan yang dapat dikemukakan adalah guru dalam menyampaikan materi pelajaran kimia khususnya pada materi koloid masih menggunakan metode ceramah/jarang menggunakan laboratorium. Walaupun di sekolah sudah memiliki fasilitas laboratorium IPA beserta alat-alat dan bahan yang biasa digunakan untuk pembelajaran (praktikum) namun sebagian bahan-bahan untuk praktikum sudah tidak bisa digunakan. Hal itu menyebabkan prestasi belajar materi kimia koloid banyak yang tidak tuntas. Batas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal Rata-Rata) untuk mata pelajaran kimia koloid adalah 65.

Saat ini di SMA Batik 2 Surakarta sudah memiliki ruang laboratorium komputer dengan jumlah komputer kurang lebih 40 unit, dan hanya digunakan untuk mata pelajaran TIK. Hal ini antara lain disebabkan karena masih terbatasnya jumlah


(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

guru yang sudah menguasai dan mampu menggunakan media pembelajaran berbasis komputer. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan kemampuan guru dalam penguasaan ilmu komputer guna memanfaatkan fasilitas komputer yang telah dimiliki sekolah dengan mengoptimalkan penggunaanya dalam rangka pembelajaran untuk bidang studi yang lain, salah satunya adalah mata pelajaran kimia misalnya.

Berdasarkan uraian diatas maka diperoleh pemikiran bahwa dalam pembelajaran kimia, prestasi belajar siswa di SMA Batik 2 Surakarta dapat ditingkatkan melalui penggunaan pendekatan, metode dan media pembelajaran yang tepat. Hal ini tentu saja tetap memperhatikan pengaruh faktor intrinsik dan ekstrinsik siswa sebagai subyek didik. Faktor intrinsik siswa dalam hal ini berkaitan dengan ragam gaya belajar dan aktivitas yang dimiliki masing-masing siswa.

Oleh karena itu penelitian ini berkaitan tentang pembelajaran menggunakan

media laboratorium real dan virtual yang berupa animasi komputer interaktif

pengaruhnya terhadap prestasi belajar kimia yang meliputi aspek kognitif dan afektif

bagi siswa yang mempunyai gaya belajar (learning style) dan aktivitas belajar yang

berbeda.

Gaya belajar adalah cara seorang siswa dalam menyerap informasi dan kemudian mengatur serta mengolah informasi tersebut. Gaya belajar itu dibedakan menjadi tiga yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik. Sedangkan aktivitas belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh

siswa yang berupa suatu proses mempelajari sesuatu. Macam aktivitas belajar

meliputivisual activities, oral activites, listening activities, writing activities, drawing


(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gaya belajar yang dimaksud pada penelitian ini adalah gaya belajar visual

(visual learners) dan gaya belajar kinestetik (kinestethic learners). Sedangkan

aktivitas belajar yang disini dikategorikan menjadi aktivitas belajar tinggi dan rendah. Penggunaan media komputer dalam hal ini untuk mendukung penggunaan media

virtual laboratory (virtual laboratorium). Pembelajaran yang dimaksud adalah pada

materi koloid kelas sebelas (XI) semester genap SMA 2 Batik 2 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010. Pemilihan materi koloid ini karena materi koloid merupakan salah satu materi yang penting dan sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Siswa dituntut dapat menguasai kompetensi tinggi melalui proses belajar baik

secara individu maupun melalui interaksi dengan temannya, yaitu dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal rata-rata untuk tiap kompetensi dasar diharapkan. Kenyataan menunjukkan masih banyak siswa yang belum dapat mencapai kriteria ketuntasan tersebut, karena proses pembelajaran tidak melibatkan siswa kearah aktif, padahal ada berbagai metode yang dapat melibatkan siswa secara aktif seperti inquiry, discovery, proyek, pemberian tugas, dll. Metode ini belum banyak digunakan oleh guru.

2. Kurang lengkapnya alat-alat laboratorium/tidak adanya tenaga khusus laboran

menjadi kendala bagi guru untuk bisa mengembangkan metode-metode penemuan

(inquiry), karena tidak terlayani penyediaan dan persiapan peralatan laboratorium


(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Proses pembelajaran masih kurang optimal karena rencana pembelajaran belum

memperhatikan gaya belajar siswa. Gaya belajar siswa meliputi gaya belajar visual, audio dan kinestetik.

4. Setiap siswa memiliki aktivitas belajar yang berbeda-beda. Aktivitas belajar siswa

meliputi visual activities, oral activites, listening activities, writing activities dll.

5. Tuntutan prestasi tinggi baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotor

sebagaimana diamanatkan oleh kurikulum KTSP harus dibangun dari potensi yang dimiliki sekolah itu sendiri, sementara itu sekolah SMA Batik 2 Surakarta memiliki belum memiliki sarana dan fasilitas belajar yang relevan dengan kemampuan guru.

6. Siswa hanya diperhatikan pada aspek kognitif saja, padahal pada pembelajaran

IPA, aspek afektif dan psikomotor perlu diperhatikan.

7. Setiap materi memiliki karakteristik yang berbeda, namun guru dalam

menyampaikan materi masih bersifat hapalan.

C. Pembatasan Masalah

Masalah-masalah yang dibatasi dalam penelitian ini adalah:

1. Banyak metode yang dapat melibatkan siswa secara aktif seperti inquiry,

discovery, proyek, pemberian tugas, dll tetapi dalam penelitian ini dibatasi pada

metode inkuiri terbimbing (guide inquiry).

2. Banyak media yang dapat digunakan untuk membantu pembelajaran seperti

demonstrasi, komik, dll tetapi pada penelitian ini media pembelajaran dibatasi

pada penggunaan media audio visual virtual lab, yakni sebuah software


(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dipublikasikan melalui jaringan internet pada situs www.pintarmedia.com dan

penggunaan real lab yang disertai dengan pedoman praktikum pada materi koloid.

3. Dalam menerima informasi pelajaran atau mengikuti pelajaran ada tiga macam

gaya belajar yang dilibatkan yaitu gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik. Tetapi pada penelitian ini gaya belajar siswa hanya dibatasi pada gaya belajar visual dan kinestetik. Gaya belajar auditorial tidak dilibatkan dalam penelitian ini

karena pada metode inkuiri terbimbing menggunakan media virtual lab dan real

lab tidak banyak memberikan informasi melalui pendengaran.

4. Aktivitas belajar siswa dibatasi pada aktivitas tinggi dan rendah.

5. Prestasi belajar pada penelitian ini adalah kemampuan kognitif siswa SMA Batik

2 Surakarta Kelas XI semester 2 tahun pelajaran 2009/2010 pada mata pelajaran kimia materi koloid. Prestasi belajar aspek afektif sebagai akibat dari proses pembelajaran dan tidak dianalisa secara statistik. Sedangkan aspek psikomotor pada penelitian ini tidak dilakukan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Adakah perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan

metode inkuiri terbimbing menggunakan media virtual lab dan real lab?

2. Adakah perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki gaya belajar visual

dan kinestetik?

3. Adakah perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki aktivitas belajar


(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. Adakah interaksi antara pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing

menggunakan media virtual lab dan real lab dengan gaya belajar siswa terhadap

prestasi belajar siswa?

5. Adakah interaksi antara pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing

menggunakan media virtual lab dan real lab dengan aktivitas belajar terhadap

prestasi belajar siswa?

6. Adakah interaksi antara gaya belajar dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar

siswa?

7. Adakah interaksi antara pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing

menggunakan media virtual lab dan real lab, gaya belajar dan aktivitas belajar

terhadap prestasi belajar siswa?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran metode inkuiri

terbimbing menggunakan media virtual dan real lab pada materi koloid.

2. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki gaya belajar visual dan

kinestetik pada materi koloid.

3. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki aktivitas tinggi dan rendah

pada materi koloid.

4. Interaksi antara pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan

media virtual lab, real lab dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar kimia

siswa.

5. Interaksi antara pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan


(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

6. Interaksi antara gaya belajar dengan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar

siswa.

7. Interaksi antara pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan

media virtual, real lab, gaya belajar dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar

siswa.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian merupakan salah satu alternatif bagi guru untuk menentukan

pendekatan, metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik bahan pengajaran khususnya pada mata pelajaran kimia.

b. Mengetahui pengaruh gaya belajar dalam pembelajaran kimia terhadap prestasi

belajar siswa.

c. Mengetahui pengaruh aktivitas belajar dalam pembelajaran kimia terhadap

prestasi belajar siswa.

d. Memberikan gambaran yang lebih jelas tentang relevansi penggunaan metode

dengan media pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. 2. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian dapat memberikan sumbangan teoritis bagi masyarakat, guru,

mahasiswa yang memerlukan tambahan dasar teori bagi penelitian mereka, baik untuk pengembangan pembelajaran, maupun penyelesaian tugas akhir.

b. Mengajak dan mendorong kepada para guru untuk melakukan inovasi

pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (komputer) dalam pembelajaran kimia.


(36)

(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II

KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN

KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Belajar dan Pembelajaran

a. Teori Belajar

Belajar memiliki makna yang sangat luas dan kompleks serta selalu mengalami perubahan. Teori belajar yang dianut seseorang akan berpengaruh pada definisi belajar yang digunakannya. Secara umum pengertian belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang agar terjadi perubahan perilaku dari diri orang tersebut. Apabila seseorang telah melakukan suatu proses kegiatan tetapi pada akhirnya tidak terjadi perubahan perilaku, maka dikatakan tidak terjadi proses belajar dalam diri orang itu. Sedangkan pengertian belajar menurut IPA, belajar merupakan suatu suatu aktivitas mental yang berlangsung secara interaktif dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Jadi belajar merupakan suatu proses menuju perubahan.

Pendapat mengenai pengertian belajar ada bermacam-macam. Adapun teori- teori belajar yang mendasari pengertian belajar yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1). Teori belajar Bruner

Belajar pada intinya adalah cara-cara orang memilih, mempertahankan, dan mentransformasikan secara aktif. Manusia memusatkan perhatiannya pada masalah yang dilakukan manusia dengan informasi yang diterimanya, dan yang dilakukannya


(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sesudah memperoleh informasi itu untuk mencapai pemahaman yang memberikan kemampuan padanya. Menurut Bruner belajar bermakna dapat dilaksanakan dengan

belajar penemuan (discovery learning). Belajar penemuan secara aktif oleh siswa

memberikan hasil yang paling baik dan pengetahuan yang diperoleh dapat bertahan lama.

Belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan yaitu memperoleh informasi baru, transformasi informasi dan menguji relevansi ketepatan pengetahuan. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas, dan melatih ketrampilan-ketrampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah. Metode inkuiri dalam pembelajaran kimia sangat erat hubungannya dengan belajar penemuan. Dari penemuan tersebut anak banyak memperoleh informasi dan pengalaman baru. Informasi baru tersebut dapat berupa ketrampilan proses, informasi berupa data, maupun informasi berupa konsep baru. Selanjutnya siswa akan mengelola informasi baru tersebut dan menguji ketepatannya dan pada akhirnya akan membentuk konsep baru yang merupakan penguatan dari konsep baru yang merupakan penguatan dari konsep lama yang ada pada diri siswa.

Konsep yang baru inilah menjadi bekal bagi siswa dalam proses belajar penemuan. Siswa dapat mengembangkan kegiatan belajarnya dengan melakukan percobaan-percobaan yang sesuai dengan konsep baru untuk memperoleh informasi- informasi baru. Pembelajaran inkuiri merupakan salah satu contoh belajar penemuan. Pembelajaran inkuiri terbimbing mengajak siswa untuk menemukan konsep kimia

koloid melalui proses percobaan baik melalui virtual lab maupun real lab. Pada

pembelajaran tersebut, siswa diajak untuk terlibat langsung menemukan konsep koloid. Ketika percobaan siswa diarahkan untuk merumuskan masalah, lalu


(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

melakukan percobaan untuk menjawab masalah-masalah yang telah dirumuskan. Dari percobaan siswa akan memperoleh data untuk dianalisis sehingga akhirnya siswa dapat menarik kesimpulan dan menemukan konsep materi pembelajaran.

2). Teori belajar Gagne

Belajar menurut Gagne adalah seperangkat kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi dan menjadi kapabilitas baru. Belajar terjadi jika ada hasil perubahan perilaku yang dapat diperlihatkan. Karena pengamatan dan evaluasi pada perubahan perilaku yang ada, maka teori belajar Gagne terkenal dengan teori perubahan tingkah laku. Dalam proses pembelajaran inkuiri, guru mengajak siswa untuk menemukan konsep-konsep dan sebaliknya siswa menghadapi suatu konsep-konsep yang harus dipahami dan dipelajari. Pengamatan, pemahaman dan penyerapan konsep-konsep dalam pembelajaran tersebut akan mengakibatkan perubahan perilaku. Perubahan perilaku yang dimaksud adalah perubahan dalam bentuk kemahiran intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, kemahiran motorik dan sikap.

Dalam pembelajaran perlu disusun instruksional pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat terkontrol dan dimodifikasi. Ketrampilan paling rendah menjadi dasar bagi penyusunan tujuan pembelajaran dan berlanjut pada kemampuan yang lebih tinggi dari hierarki ketrampilan intelektual. Guru harus menyadari dan memahami bahwa belajar dimulai dari hal yang paling sederhana dilanjutkan dengan masalah yang kompleks dan sampai pada kesulitan masalah yang lebih tinggi.

Konsep-konsep yang diinformasikan oleh guru memuat indikator-indikator yang termasuk dalam tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Siswa dalam menerima konsep-konsep tersebut ada sebagian merupakan konsep baru tetapi ada


(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

juga konsep yang berulang. Perbedaan inilah yang mengakibatkan ketercapaian hasil belajar siswa juga berbeda-beda.

3). Teori belajar Ausubel

Menurut Ausubel belajar dapat diklasifikasikan dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa. Ausubel mengemukakan terjadinya belajar bermakna apabila informasi baru pada konsep-konsep yang diterima dalam pembelajaran yang relevan dengan konsep-konsep yang terdapat dalam struktur kognitif siswa, sedangkan belajar hafalan terjadi bila informasi baru tidak dapat dikaitkan dengan konsep-konsep yang ada dalam struktur kognitif siswa.

Pembelajaran kimia dengan inkuiri terbimbing mengajak siswa untuk menemukan konsep kimia koloid melalui bimbingan guru. Pembelajaran ini bermakna karena siswa tidak hanya sekedar menghafal konsep kimia koloid, tetapi juga melihat setiap peristiwa yang berkaitan dengan kimia koloid sehingga siswa dapat mengingat konsep kimia koloid dan pada akhirnya pembelajaran menjadi bermakna.

4). Teori Belajar Piaget

Piaget berpendapat bahwa ada dua proses yang terjadi dalam perkembangan

dan pertumbuhan kognitif anak yaitu: a) proses assimilation, dalam proses

mencocokkan informasi yang baru dengan apa yang telah ia ketahui dengan


(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

membangun atau memodifikasi antara informasi baru dengan sesuatu/konsep yang telah diketahui sebelumnya sehingga diperoleh hasil pengetahuan yang lebih baik.

Dalam perkembangan dan pertumbuhan kognitif, kedua proses itu harus berjalan seimbang atau ekuilibrium. Keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi ini mengakibatkan terjadinya adaptasi yang artinya informasi baru cocok dengan konsep lama yang ada dalam diri anak, sehingga anak tersebut dapat menyesuaikan dengan lingkungannya. Jika terjadi tidak keseimbangan maka terjadi proses akomodasi, artinya anak akan menyusun konsep baru karena informasi baru yang diterima tidak sesuai dengan konsep yang sudah ada.

Pada saat pembelajaran kimia koloid, mula-mula siswa diminta guru untuk membawa suatu benda, kemudian di kelas siswa diminta untuk berpendapat sesuai dengan apa yang sudah dia ketahui, disinilah terjadi proses asimilasi, kemudian setelah pembelajaran berlangsung siswa menyusun informasi baru tersebut dengan konsep yang telah dia ketahui sebelumnya sehingga siswa memiliki pengetahuan yang lebih baik, disini terjadilah proses akomodasi. Agar terjadi keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi, pemilihan metode pengajaran dan media pembelajaran yang digunakan harus tepat agar dapat diterima oleh siswa. Dalam penelitian ini metode pengajaran yang digunakan adalah metode inkuiri terbimbing. Media yang digunakan

adalah media virtual lab (melalui animasi) dan real lab (alat dan bahan laboratorium).

Metode inkuiri dan media pembelajaran saling berkaitan yang merupakan satu kesatuan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien. Hal ini sesuai dengan teori belajar Piaget yaitu terjadinya keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga terjadi adaptasi dalam pembelajaran kimia koloid.


(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Belajar Kelompok

Vygotsky (dalam Trianto, 2007,26-27) berpendapat bahwa:

Siswa membentuk pengetahuan sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan melalui bahasa. Perkembangan pengetahuan pada siswa tergantung pada faktor biologi (memori, atensi, persepsi, stimulus-respon) dan faktor sosial (fungsi mental yang lebih tinggi) untuk pengembangan konsep, penalaran logis dan pengambilan keputusan. Proses pembelajaran akan terjadi jika siswa bekerja menangani tugas- tugas yang masih berada dalam daerah tingkat perkembangan sedikit lebih tinggi

(zone of proximal development). Fungsi mental yang lebih tinggi bisa muncul

dalam percakapan dan kerja sama antar individu dalam suatu kelompok (diskusi kelompok) sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut. Pada awal perkembangannya siswa diberikan bantuan secukupnya dan selanjutnya mengurangi bantuan tersebut untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengambil alih tanggung jawab sehingga pada akhirnya dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan ketika belajar.

Berdasarkan pendapat di atas maka pada penelitian ini menggunakan belajar kelompok (dua orang atau lebih) selama melakukan percobaan untuk mengembangkan faktor sosial dalam rangka membentuk penalaran logis dan pengambilan keputusan. Meskipun demikian tetap berpedoman bahwa tiap-tiap siswa diarahkan secara aktif untuk membangun sikap kemandirian dalam kebersamaan khususnya pada saat diskusi selama percobaan di laboratorium berlangsung hingga menemukan kesimpulan sebagai jawaban dari hipotesis yang telah ditetapkan sebelumnya sebagaimana konsep atau prinsip.

c. Pembelajaran Kimia

Istilah “pembelajaran” sama dengan “pengajaran”. Menurut Roestiyah (1998:1) “Dalam mengajar ada 3 faktor yang harus diperhatikan : 1. Pengajar – yang mengajar, yang memberikan bahan, yang memotivasi; 2. Pelajar – yang menerima, yang belajar, yang menyerap dan menggunakannya; 3 Bahan pelajarannya”. Dengan demikian pengajaran diartikan sebagai perbuatan belajar (oleh siswa) dan mengajar (oleh guru) dan terjadi pengorganisasian lingkungan yang ada disekitar siswa


(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sehingga proses belajar mengajar yang berupa penyampaian pengetahuan dapat berjalan baik.

Mempelajari ilmu kimia tidak hanya bertujuan menemukan zat-zat kimia yang langsung bermanfaat bagi kesejahteraan umat manusia belaka, akan tetapi ilmu kimia dapat pula memenuhi keinginan seseorang untuk memahami berbagai peristiwa alam yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, mengetahui hakikat materi serta perubahannya, menemukan metode ilmiah, mengembangkan kemampuan dalam mengajukan gagasan-gagasan, dan memupuk ketekunan serta ketelitian bekerja.

Sebagian aspek kimia bersifat “kasat mata” (visible), artinya dapat dibuat fakta

kongkritnya dan sebagian aspek yang lain bersifat abstrak atau “tidak kasat mata”

(invisible), artinya tidak dapat dibuat fakta kongkritnya

Menurut pendapat Elizabeth Kean dan Catherine Middlecamp (1985: 5): “sebagian besar ilmu kimia bersifat abstrak, materi kimia sifatnya berurutan dan berkembang dengan pesat, diajarkan dalam bentuk yang lebih sederhana daripada kenyataannya, melibatkan lebih daripada sekedar pemecahan soal-soal, dan menuntut banyak belajar”. Jadi materi kimia dikemas lebih sederhana daripada kenyataannya. Pembelajaran khususnya pelajaran kimia guru dituntut untuk memiliki kemampuan yang memadai dalam melaksanakan kegiatan pembelajarannya dan harus mampu mewujudkan lingkungan belajar yang efektif dan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga prestasi belajar siswa tinggi.

2. Pendekatan Pembelajaran

a. Pendekatan Kontruktivisme


(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan manusia adalah konstruksi (bentukan) manusia sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan dan juga bukan gambaran dari kenyataan yang ada, melainkan pengetahuan selalu merupakan akibat dari konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan yang dilakukan seseorang.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa pengetahuan merupakan suatu proses menjadi tahu yang dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang sewaktu dia berinteraksi dengan lingkungan. Lingkungan bisa berarti menunjuk kepada keseluruhan obyek dan semua relasinya yang diabstraksikan dari pengalaman. Salah satu contoh alat atau sarana yang tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah alat inderanya. Seseorang berinteraksi dengan obyek dan lingkungan dengan melihat, mendengar, menjamah, mencium dan merasakannya.

Oleh karena itu pada penelitian ini menggunakan pendekatan konstruktivisme

dengan metode inkuiri terbimbing melalui media virtual lab dan real lab dengan

mempertimbangkan gaya belajar dan aktivitas belajar siswa. Pendekatan dan metode ini diharapkan siswa selama belajar mengalami proses internalisasi, membentuk kelompok atau membentuk pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.

Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa proses belajar dengan pendekatan konstruktivisme merupakan proses pembentukan pengetahuan baru yang melibatkan internalisasi dan keaktifan siswa untuk menggunakan pengetahuan yang dimiliki secara terus-menerus sehingga terjadi konstruksi pengetahuan baru yang didahului oleh rasa keingintahuan yang dapat dirangsang dengan penyajian masalah- masalah oleh guru untuk dibahas dan diselesaikan siswa.


(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Pendekatan Psikologis Sosial

Cobb dalam Paul Suparno, (2007: 11) mengatakan bahwa: “pentingnya interaksi sosial dengan orang-orang lain terlebih yang punya pengetahuan lebih baik dan sistem yang secara kultural telah berkembang dengan baik”. Jadi dapat disimpulkan bahwa interaksi dengan orang lain sangat penting untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih baik dan lebih banyak lagi. Menurut Vygotsky pembelajaran

terjadi saat anak bekerja dalam zona perkembangan proximal (zone of proximal

development) yaitu zona jarak antara tingkat perkembangan aktual yang ditentukan

oleh pemecahan masalah secara independen dan tingkat perkembangan potensial yang ditentukan lewat pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau dalam kolaborasinya dengan rekan-rekan yang lebih mampu.

Tingkat perkembangan aktual adalah kemampuan anak memecahkan masalah secara mandiri sedangkan tingkat perkembangan potensial adalah kemampuan memecahkan masalah dibawah bimbingan orang dewasa melalui kerja sama dengan teman sebaya yang lebih mampu. Ide penting lain yang diturunkan dari Vygotsky

adalah Scaffolding, yaitu memberikan bantuan kepada anak pada tahap-tahap awal

perkembangan, kemudian bantuan ini dikurangi untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah anak dapat melakukannya. Jika diterapkan dalam proses pembelajaran, ide

Scaffolding dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan dan menguraikan masalah


(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3. Metode Inkuiri Terbimbing

a. Pengertian Metode Inkuiri Terbimbing

Inkuiri berasal dari bahasa Inggris “inquiry”yang berarti pertanyaan atau

penyelidikan. Barlow dalam Muhibbin Syah (2005: 191) berpendapat bahwa:

Inkuiri merupakan proses penggunaan intelektual siswa dalam memperoleh pengetahuan dengan cara menemukan dan mengorganisasikan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ke dalam sebuah tatanan penting menurut siswa. Tujuan utama inkuiri adalah mengembangkan ketrampilan intelektual, berfikir kritis dan mampu memecahkan masalah secara alamiah.

Berdasarkan pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa inkuiri merupakan salah satu metode atau kegiatan penyajian materi pelajaran untuk memperoleh pengetahuan yang dilakukan dengan cara menemukan dan mengorganisasikan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui penyelidikan. Melalui metode ini siswa mempunyai kesempatan yang luas untuk mencari dan menemukan sendiri yang dia butuhkan untuk memecahkan masalah dengan mengembangkan ketrampilan intelektual dan daya pikir kritis.

Trowbridge, Bybee dan Robert B. Sund dalam Ratna Wilis Dahar (1986:4) mengatakan bahwa: “inkuiri adalah proses menemukan dan menyelidiki masalah-masalah, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisa dan menarik kesimpulan tentang pemecahan masalah”. Trowbridge,

Bybee dan Robert B. Sund dalam Paul Suparno (2007: 69) mengatakan bahwa:” the

essence of inquiry teaching is arranging the learning environment to facilitate student centered instruction and giving sufficient guidance to ensure direction and success in

discovering scientific concept and principles”. Artinya bahwa pengajaran inkuiri

adalah mengatur lingkungan belajar untuk memudahkan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan memberikan petunjuk yang cukup untuk memastikan kelancaran dan


(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

keterarahan dalam menemukan prinsip dan konsep ilmiah. Salah satu cara yang dapat digunakan oleh guru untuk membantu siswa agar terarah kepada tujuan pembelajaran dan dapat menggunakan ingatannya adalah dengan pertanyaan atau diskusi sehingga dapat mengembangkan perilaku inkuiri.

Meskipun para ahli menjelaskan secara berbeda-beda tentang metode pembelajaran inkuiri sebagaimana tertera diatas, namun secara keseluruhan dapat dijelaskan bahwa pembelajaran tersebut menggunakan proses sebagaimana diungkapkan oleh Kindsvatter, Willen dan Ishler dalam Paul Suparno (2007: 65) seperti berikut: “1) identifikasi masalah, 2) membuat hipotesis, 3) merancang percobaan, 4) melakukan percobaan untuk mengumpulkan data, 5) menganalisis data, 6) mengambil keputusan “.

Trowbridge, Bybee dan Robert B. Sund dalam Momi Sahromi (1986: 55)

mengatakan bahwa: “ada tiga macam metode inkuiri yaitu inkuiri terbimbing (Guided

inquiry), inkuiri terbuka, bebas (Open Inquiry), dan inkuiri bebas termodifikasi

(Modified Free Inquiry)”. Yang dimaksud dengan inkuiri terbimbing adalah inkuiri

yang banyak dicampuri guru. Guru banyak mengarahkan dan memberikan petunjuk baik melalui prosedur yang lengkap maupun pertanyaan-pertanyaan pengarahan selama proses inkuiri. Bahkan guru sudah punya jawaban sebelumnya, sehingga siswa tidak begitu bebas mengembangkan gagasan dan idenya. Guru memberikan persoalan dan siswa diminta memecahkan persoalan tersebut dengan prosedur yang tertentu yang diarahkan oleh guru. Guru banyak memberikan pertanyaan di sela-sela proses, sehingga kesimpulan lebih cepat dan mudah diambil. Metode inkuiri terbimbing (terarah) ini lebih cocok untuk siswa yang belum terbiasa melakukan


(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

inkuiri. Dengan metode inkuiri terbimbing siswa tidak mudah bingung dan tidak mengalami kegagalan dalam belajar karena guru terlibat penuh.

Metode inkuiri memiliki kebaikan-kebaikan antara lain: meningkatkan potensi intelektual anak, menguasai melakukan penemuan, meningkatkan daya ingat, membuat anak lebih aktif, membentuk dan mengembangkan konsep diri anak, menambah tingkat harapan anak, mengembangkan bakat-bakat, menghindarkan siswa dari belajar menghafal, memberikan waktu pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

b. Tahapan Inkuiri Terbimbing

Tahapan inkuiri terbimbing antara lain sebagai berikut: 1). Perumusan Masalah. Langkah awal adalah menentukan masalah yang ingin dialami atau dipecahkan dengan metode inkuiri. Persoalan dapat disiapkan atau diajukan oleh guru. Persoalan sendiri harus jelas sehingga dapat dipikirkan, dialami, dan dipecahkan oleh siswa. Persoalan perlu diidentifikasi dengan jelas tujuan dari seluruh proses pembelajaran atau penyelidikan. Bila persoalan ditentukan oleh guru perlu diperhatikan bahwa persoalan itu real, dapat dikerjakan oleh siswa, dan sesuai kemampuan siswa. Persoalan yang terlalu tinggi akan membuat siswa tidak semangat, sedangkan persoalan yang terlalu mudah yang sudah mereka ketahui tidak menarik minat siswa. Sangat baik bila persoalan itu sesuai dengan tingkat hidup dan keadaan siswa. 2). Menyusun hipotesis. Langkah berikutnya adalah siswa diminta untuk mengajukan jawaban sementara tentang masalah itu. Inilah yang disebut hipotesis. Hipotesis siswa perlu dikaji apakah jelas atau tidak. Bila belum jelas, sebaiknya guru mencoba membantu memperjelas maksudnya lebih dahulu. Guru diharapkan tidak memperbaiki hipotesis siswa yang salah, tetapi cukup memperjelas maksudnya saja.


(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Hipotesis yang salah, tetapi cukup memperjelas maksudnya saja. Hipotesis yang salah nantinya akan kelihatan setelah pengambilan data dan analisis data yang diperoleh. 3). Mengumpulkan data. Langkah selanjutnya adalah siswa mencari dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk membuktikan apakah hipotesis mereka benar atau tidak. 4). Menganalisis data. Data yang sudah dikumpulkan harus dianalisis untuk dapat membuktikan hipotesis apakah benar atau tidak. Untuk mempermudah menganalisis data, data sebaiknya diorganisasikan, dikelompokkan, diatur sehingga dapat dibaca dan dianalisis dengan mudah. Biasanya disusun dalam suatu tabel. 5). Menyimpulkan. Dari data yang telah dikelompokkan dan dianalisis, kemudian diambil kesimpulan dengan generalisasi. Setelah diambil, kesimpulan, kemudian dicocokkan dengan hipotesis asal, apakah hipotesis kita diterima atau tidak. Sintak inkuiri terbimbing disajikan pada tabel 2.1

Tabel 2.1: Sintak Inkuiri Terbimbing

No Langkah Pokok Aktivitas Pengajar Aktivitas siswa

1. Perumusaan

masalah

Ø Menjelaskan prosedur kegiatan menyelidiki

Ø Menyajikan masalah dengan mengajukan pertanyaan tentang inti masalah.

Ø Memahami prosedur

kegiatan

Ø Merumuskan

permasalahan 2. Menyusun

hipotesis

Ø Membimbing dalam merumuskan masalah

Ø Merumuskan hipotesis 3. Mengumpulkan

data

Ø Memberi tugas kegiatan inti Ø Memantau dan membimbing

proses kegiatan penemuan konsep

Ø Mengumpulkan data

dan informasi Ø Melakukan kegiatan

penemuan konsep 4. Menganalisa

data

Ø Membimbing dalam menganalisa data hasil kegiatan

Ø Mengadakan diskusi

Ø Menganalisa data hasil Ø Melakukan diskusi

hasil 5. Menyimpulkan Ø Memacu proses penyimpulan

Ø Membimbing siswa dalam mengambil kesimpulan


(50)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id c. Syarat agar inkuiri dapat berjalan baik

Agar inkuiri dapat berjalan dengan baik maka siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan hipotesisnya, menyusun eksperimen yang mau digunakan, dan mencari informasi apapun yang dianggap perlu untuk memecahkan persoalan dalam penelitiannya. Lingkungan atau suasana yang responsif ada laboratorium, komputer, kelas, pustaka, dan sarana yang mendukung terjadinya proses inkuiri. Fokus persoalan yang mau dialami harus jelas arahnya, dan dapat dipecahkan siswa. Dalam inkuiri terbimbing persoalan memang harus sangat jelas. Bila muncul banyak persoalan yang diajukan oleh siswa dengan melihat gejala yang ada, dapat dipilih salah satu yang terpenting dan soal itu memang mungkin dipecahkan oleh siswa. Sedangkan untuk inkuiri yang bebas, persoalan tidak perlu terarah dan tidak perlu hanya diambil satu. Biarlah tiap kelompok siswa menentukan persoalannya sendiri. Jadi agar inkuiri terbimbing dapat berjalan dengan baik perlu ada kerja sama yang baik antara siswa dengan siswa dalam satu kelompok ataupun guru dengan siswa. 4. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harafiah berarti

tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab media diartikan sebagai pengantar pesan dari pengirim kepada penerima. Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui media tertentu ke penerima pesan. Media yang digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran itulah yang dikatakan sebagai media pembelajaran.


(51)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Menurut pendapat Azhar Arsyad (2005:4): “media adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran. Setiap sistem pembelajaran yang yang melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai peralatan canggih”. Jadi media adalah alat yang dapat digunakan untuk menyampaikan pembelajaran.

Media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran. Dalam pembelajaran kimia peranan media pembelajaran adalah untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Media pembelajaran yang baik adalah media yang dapat menyampaikan pesan pembelajaran dengan jelas dan dapat mengurangi miskonsepsi pada penerima pesan. Selain itu tujuan diadakannya media pembelajaran adalah untuk menghilangkan sifat pembelajaran yang verbalisme dan mengubah menjadi pembelajaran yang realisme. Media pengajaran adalah komponen sumber belajar dan wahana fisik yang mengandung materi instruksional yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

b. Macam media Pembelajaran

Bermacam-macam peralatan yang dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan informasi dapat menyampaikan informasi berupa audio maupun visual berupa materi pembelajaran kepada siswa. Penyampaian dan penerimaan informasi bisa melalui indera pendengaran dan pengelihatan. Media pembelajaran keberadaannya untuk menghindari penyampaian materi yang berupa verbal saja tetapi diharapkan dapat menyampaikan materi berupa audio maupun visual.

Teknologi pendidikan adalah pemanfaatan teknologi komunikasi untuk kegiatan pendidikan. Menurut pendapat Arief S. Sardirman (2005: 2): “media pendidikan adalah media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan


(52)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

informasi pendidikan”. Jadi dengan demikian secara umum teknologi pendidikan merupakan media yang lahir dari kemajuan teknologi komunikasi yang dapat digunakan untuk tujuan pembelajaran. Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa media pembelajaran selalu berpijak pada kaidah teknologi komunikasi.

Rudy Brets dalam Arief S. Sardiman (2005: 20) mengklasifikasikan media menjadi 7 (tujuh ), yaitu :

1) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat, yang termasuk kelompok

visual misalnya : foto, gambar, poster, grafik, kartun, liflet, buklet, torso, film bisu, model 3 dimensi seperti diorama dan sebagainya.

2) Media audio, adalah media yang hanya dapat didengar saja, seperti : kaset, audio,

radio, MP3 player.

3) Media audio visual, yaitu media yang dapat dilihat sekaligus didengar, misalnya:

film bersuara, video, televisi, sound slide.

4) Multimedia, adalah media yang dapat menyajikan unsure media secara lengkap

seperti: suara, animasi, video, grafis dan film. Multimedia sering diidentifikasikan dengan komputer, internet dan pembelajaran berbasis computer.

5) Media realita, yaitu semua media nyata yang ada di lingkungan alam. Baik

digunakan dalam kehidupan hidup maupun sudah diawetkan. Misalnya tumbuhan, batuan, binatang, insectarium, herbarium, air, sawah dan sebagainya.

Media realita adalah media yang paling baik digunakan dalam proses pembelajaran, karena siswa dapat melihat bentuk asli dari benda yang dipelajari. Sedang media visual adalah media yang tingkat kekonkretannya paling rendah, karena hanya menampilkan gambar diam.


(53)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Salah satu teori yang digunakan sebagai landasan penggunaan media dalam

proses belajar adalah DaleCone Of Experience (Kerucut Pengalaman Dale).

Menurut Azhar Arsyad (2003: 9) mengatakan bahwa:

Kerucut pengalaman Dale merupakan pengembangan yang rinci dari konsep tiga tingkatan pengalaman yang dikemukakan oleh Bruner. Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (konkret), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, samapi kepada hal yang abstrak (lambang verbal).

Hal ini digambarkan dalam sebuah diagram kerucut Edgar Dale. Dasar pengembangan kerucut pada gambar berikut bukanlah tingkat kesulitan, melainkan tingkat keabstrakan (jumlah jenis indera yang turut serta selama penerima isi pengajaran/pesan). Gambar kerucut Edgar Dale disajikan pada gambar 2.1

Abstrak

Konkret

Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale

Menurut kerucut Edgar Dale dapat dijelaskan bahwa pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu oleh karena ia melibatkan indera pengelihatan, pendengaran perasaan, penciuman, dan peraba. Ini dikenal sebagai


(1)

commit to user

pembahasan diatas dengan meminimalisir kekurangan dan atau kesalahan yang

mungkin terjadi. Namun demikian penulis menyadari akan beberapa keterbatasan

yang menyebabkan hasil penelitian ini menjadi kurang sempurna. Keterbatasan yang

dimaksud antara lain:

1.

Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengambilan data berupa angket

gaya belajar kimia, tes prestasi belajar kognitif, angket penilaian afektif semuanya

belum merupakan instrument standar. Karena instrument tersebut diatas disusun dan

dikembangkan oleh penulis sendiri dan baru diujicobakan satu kali sehingga masih

memerlukan uji coba dan analisa yang lebih banyak agar benar-benar standar.

2.

Penggunaan metode pembelajaran inkuiri menggunakan

virtual lab

maupun

real

lab

masih dianggap baru (belum terbiasa) baik guru maupun siswa sehingga belum

dapat mengungkap kemampuan siswa secara maksimal.

3.

Variabel gaya belajar dalam penelitian ini diambil hanya dua kategori yaitu

visual dan kinestetik, sedangkan auditorial tidak dilibatkan sehingga belum

mendapatkan kesimpulan pengaruhnya terhadap prestasi belajar kimia.

4.

Sampel penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Batik 2 Surakarta tahun

Pelajaran 2009/2010. Apabila eksperimen ini dilakukan pada subyek lain dapat

menghasilkan keputusan yang berbeda. Hal ini wajar terjadi karena karakteristik yang

dimiliki masing-masing sampel berbeda sehingga hasil penelitian ini belum dapat

digeneralisasikan secara universal untuk semua sampel.


(2)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A.

Kesimpulan

Berdasarkan data yang telah diperoleh setelah melaksanakan penelitian di

SMA Batik 2 Surakarta, maka dapat disimpulkan bahwa :

1.

Pada materi kimia koloid sebaiknya guru menggunakan metode inkuiri

terbimbing menggunakan v

irtual

lab. Prestasi belajar siswa yang diajar menggunakan

metode inkuiri terbimbing menggunakan

virtua

l lab memiliki prestasi yang lebih baik

daripada prestasi belajar siswa yang diajar dengan metode inkuiri terbimbing

menggunakan

real

lab dengan rataan prestasi berturut-turut 73 dan 70.

2.

Siswa yang memiliki gaya belajar visual dan kinestetik tidak memiliki perbedaan

prestasi belajar baik menggunakan media

virtual

lab maupun

real

lab. Tetapi siswa

dengan gaya belajar kinestetik cenderung mendapatkan prestasi yang lebih baik

daripada siswa yang memiliki gaya belajar visual.

3.

Siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi memperoleh prestasi yang lebih baik

daripada siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah. Nilai rataan prestasi kognitif

berturut-turut 72,6 dan 70,0. Selain itu aktivitas tinggi dan rendah memberikan

perbedaan pada prestasi belajar afektif dengan nilai rataan prestasi masing-masing

adalah 65,3 dan 64,2

4.

Siswa yang memiliki gaya belajar visual akan memberikan prestasi yang sama

bila diajar dengan media baik

virtual

lab maupun

real

lab. Siswa yang memiliki gaya


(3)

belajar kinestetik akan memberikan prestasi yang lebih baik bila diajar dengan

menggunakan media

virtual

lab.

5.

Siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi akan memberikan prestasi yang

lebih baik bila diajar dengan menggunaakan media

virtua

l lab, tetapi siswa yang

memiliki aktivitas belajar rendah akan memberikan prestasi yang lebih baik bila

diajar dengan menggunakan imedia real lab.

6.

Apapun gaya belajar yang dimiliki siswa, siswa yang memiliki gaya belajar

kinestetik akan memperoleh prestasi yang lebih baik bila dibandingkan siswa yang

memiliki gaya belajar visual. Berapapun aktivitas yang dimiliki siswa, siswa yang

memiliki aktivitas belajar tinggi akan memperoleh prestasi yang lebih baik bila

dibandingkan siswa yang memiliki aktivitas rendah. Artinya gaya belajar dan

aktivitas belajar siswa mempunyai pengaruh sendiri-sendiri terhadap prestasi belajar

siswa.

7.

Apapun media pembelajaran yang diterapkan, baik

virtual

lab

maupun

real

lab,

siswa yang

memiliki gaya belajar visual tinggi akan memiliki prestasi yang lebih baik

daripada siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik. Sebaliknya apapun gaya belajar

yang dimiliki siswa, baik visual maupun kinestetik, siswa yang menerima

pembelajaran dengan inkuiri terbimbing menggunakan

virtual

lab akan memperoleh

prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan

real

lab Ssiswa yang memiliki aktivitas

tinggi akan memproleh prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang

memiliki aktivitas belajar rendah. Sebaliknya berapapun tingkat aktivitasnya baik

tinggi maupun rendah, siswa yang menerima pelajaran dengan inkuiri terbimbing


(4)

menggunakan

virtual

lab akan memiliki prestasi yang lebih baik daripada metode

inkuiri terbimbing dengan menggunakan

real

lab Artinya jenis gaya belajar, tingkat

aktivitas belajar dan penggunaan metode pembelajaran memberikan pengaruh

sendiri-sendiri terhadap prestasi belajar siswa.

B.

Implikasi

1. Implikasi teoritis

a.

Efektifitas pembelajaran dapat diciptakan dengan merancang metode dan media

yang disesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran yang akan diberikan.

Secara empirik telah terbukti bahwa pembelajaran kimia pada materi kimia

koloid jika disampaikan dengan metode inkuiri terbimbing dan dilakukan di

laboratorium

virtual

menghasilkan prestasi yang lebih baik daripada dilakukan di

laboratorium

real.

Jadi sebaiknya guru menggunakan inkuiri terbimbing

menggunakan

virtual

lab dalam mengajarkan materi kimia koloid.

b.

Dalam pembelajaran kimia sebaiknya guru perlu memperhatikan aktivitas belajar

siswa, karena aktivitas siswa sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran

dan prestasi belajar siswa.

c.

Dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa, dilihat dari faktor aktivitas

belajar siswa, metode inkuiri terbimbing dapat diterapkan pada semua tingkatan

aktivitas belajar, baik tinggi maupun rendah.


(5)

2. Implikasi praktis

a.

Penggunaan komputer sebagai media pembelajaran kimia dengan animasi

interaktif yang dikemas menarik menyerupai peralatan yang sesungguhnya dapat

mempertajam pemahaman siswa, lebih murah, praktis dan dapat digunakan

kapan saja.

b.

Penerapan metode inkuiri terbimbing mendorong siswa lebih berani dan terlibat

secara aktif dalam merencanakan dan melakukan percobaan, menganbil data,

dan menarik kesimpulan. Situasi belajar semacam ini sangat dianjurkan karena

lebih memberikan makna dan memunculkan kecakapan hidup (

life skill)

yang

dimiliki siswa.

c.

Pelayanan kepada siswa dengan memperhatikan aktivitas belajar dan metode

pembelajaran yang tepat akan meembantu menemukan cara dalam mempercepat

pemrosesan informasi.

C.

Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka saran-saran

yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:

1.

Untuk guru

a.

Untuk efisiensi dan efektifitas pembelajaran koloid sebaiknya disampaikan

dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan

virtual lab.

b.

Untuk mengajarkan materi koloid dengan dengan inkuiri terbimbing


(6)

animasi jangan sampai salah konsep, b) menguasai materi yang akan

disampaikan, c) mengatur waktu dengan baik, d) sebelum melakukan kegiatan

praktikum sebaiknya guru perlu mencoba dulu dirumah

c.

Agar prestasi belajar kimia koloid baik maka perlu usaha perhatian aktivitas

belajar siswa antara lain dengan pembuatan animasi pada meteri kimia koloid

dibuat semenarik mungkin tapi tidak menimbulkan salah konsep, pemberian

metode pembelajaran yang tepat seperti inkuiri terbimbing, dan lain-lain

2.

Untuk peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian yang

menekankan pada konsep kimia yang abstrak seperti atom, dan lain-lain dengan

meninjaunya dari berbagai variabel lain seperti kemampuan awal, gaya berpikir,

kreativitas, motivasi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dan menghasilkan

prestasi yang lebih tinggi.


Dokumen yang terkait

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DAN BERBASIS MASALAH DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA

0 11 135

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI TRAINING DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN AKTIVITAS SISWA

2 10 141

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) MENGGUNAKAN LAB RIIL DAN LAB VIRTUIL DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN GAYA BELAJAR SISWA

0 4 144

PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI METODE EKSPERIMEN SERTA DEMONSTRASI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA

0 3 10

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DISKUSI DAN EKSPERIMEN DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN AKTIVITAS BELAJAR MAHASISWA.

0 0 17

PEMBELAJARAN IPA DENGAN METODE INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI DAN GAYA BELAJAR SISWA.

0 0 10

PEMBELAJARAN IPA DENGAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI MENGGUNAKAN LAB RIILDAN LAB VIRTUIL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR DAN GAYA BELAJAR SISWA.

0 0 7

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN HYPERMEDIA DAN MEDIA RIIL DITINJAU GAYA BELAJAR DAN KEMAMPUAN AWAL.

1 2 7

Pembelajaran fisika dengan media satket dan media interaktif ditinjau dari motivasi belajar dan gaya belajar siswa saiful

0 9 137

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DISKUSI DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR DAN GAYA BELAJAR SISWA | Mujazin | Inkuiri 9674 20552 1 SM

0 0 14