Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi
1 Koefisien Determinasi R
2
Koefisien determinasi R
2
adalah proporsi dari total keragaman Y dependent variabel yang dapat dijelaskan oleh model regresi Y terhadap X
independent variabel. Besarnya nilai R
2
adalah antara 0 sampai 1. Semakin tinggi nilai R
2
menunjukkan bahwa model regresi tersebut semakin baik dalam hal mampu menerangkan total keragaman dari Y dengan proporsi yang tinggi. Dalam
mengartikan R
2
, biasanya digunakan satuan persen. Jika semakin besar persentasenya, maka dapat diartikan bahwa model regresi yang digunakan
semakin baik. Dalam penelitian ini, besarnya nilai R
2
adalah 0,862 dan bila diubah dalam satuan persen menjadi 86,2. Dari besarnya nilai R
2
tersebut dapat diartikan bahwa variabel bebas dalam hal ini adalah pucukan X
1
, sogolan X
2
, daduk X
3
dan akar X
4
dapat mempengaruhi perubahan variabel tak bebas yaitu bobot tebu bersih Y sebesar 86,2 dan sisanya 13,8 dipengaruhi oleh variabel lain yang
tidak dirumuskan dalam model regresi.
2 Uji Simultan Uji F
Uji F dalam penelitian digunakan untuk melihat seberapa jauh variasi dari variabel tak bebas dapat dijelaskan oleh semua variabel bebasnya.
Ho : b1, b2, b3, b4 = 0 variabel bebas tidak berpengaruh terhadap Y H1 : salah satu nilai bi
≠ 0 variabel bebas berpengaruh terhadap Y F hitung 50,01 dengan tingkat nilai probalitas sebesar 0,000 lebih kecil dari
0,05 maka menolak H0 dan meerima H1 artinya keempat variabel yaitu pucukan X
1
, sogolan X
2
, daduk X
3
dan akar X
4
secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap bobot tebu bersih Y.
3 Uji Parsial Uji t
Uji parsial uji t dalam analisis regresi berganda digunakan untuk mengukur seberapa besar pengaruh tiap variabel bebas X yang digunakan di
dalam model terhadap variabel tak bebas Y. Untuk uji t ini tiap variabel bebas X akan dijelaskan secara terperinci, sebagai berikut :
1. Pucukan X
1
Hasil analisis uji t pada tingkat signifikansi 5 menunjukkan bahwa nilai regresi dari variabel pucukan berpengaruh terhadap produksi tebu
bersih. Dimana besarnya nilai t
hit
= -2,45 sedangkan t
tab
= -2,04 yang artinya t
hit
t
tab
maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga kesimpulannya secara parsial bahwa variabel pucukan berpengaruh terhadap bobot tebu bersih.
Nilai koefisien regresi sebesar -40,09 ini berarti dengan adanya manajemen pengendalian mutu TR KSU A dapat menurunkan pucukan
sebesar 40,09 Kg. Menurut Sunantyo 2008 yang dimaksud dengan tebu bersih adalah
tebu dalam keadaan bersih dari kotoran yang berupa akar, tanah, daduk, pucuk tebu dan sogolan. Kotoran tebu tidak mengandung gula, tetapi
apabila kotoran tebu tersebut tergiling bersama dengan tebu, maka kotoran akan keluar bersama dengan ampas. Adanya kegiatan manajemen
pengendalian mutu maka PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo dapat menurunkan pucukan sehingga bobot tebu bersih meningkat.
2. Sogolan X
2
Hasil analisis uji t pada tingkat signifikansi 5 menunjukkan bahwa nilai regresi dari variabel sogolan berpengaruh terhadap produksi tebu
bersih. Dimana besarnya nilai t
hit
= -2,27 sedangkan t
tab
= -2,04 yang artinya t
hit
t
tab
maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga kesimpulannya secara parsial bahwa variabel sogolan berpengaruh terhadap bobot tebu bersih.
Nilai koefisien regresi sebesar -28,73 ini berarti dengan adanya manajemen pengendalian mutu TR KSU A dapat menurunkan sogolan
sebesar 28,73 Kw. Menurut Sunantyo 2008 dengan komposisi kotoran tebu berupa
sogolan, pucukan dan daun tebu masing-masing 3 maka kadar sabut meningkat sebesar 16.52 – 16.01 atau 0.51 tebu. Hal ini sesuai dengan
kondisi sogolan yang berada diwilayah kerja PG. Candi yang mengakibatkan penurunan bobot tebu bersih.
3. Daduk X
3
Hasil analisis uji t pada tingkat signifikansi 5 menunjukkan bahwa nilai regresi dari variabel daduk berpengaruh terhadap produksi tebu bersih.
Dimana besarnya nilai t
hit
= -12,79 sedangkan t
tab
= -2,04 yang artinya t
hit
t
tab
maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga kesimpulannya secara parsial bahwa variabel daduk berpengaruh terhadap bobot tebu bersih.
Nilai koefisien regresi sebesar -46,11 ini berarti dengan adanya manajemen pengendalian mutu TR KSU A dapat menurunkan daduk
sebesar 46,11 Kw.
Menurut Sunantyo 2008 yang dimaksud dengan tebu bersih adalah tebu dalam keadaan bersih dari kotoran yang berupa akar, tanah, daduk,
pucuk tebu dan sogolan. Kotoran tebu tidak mengandung gula, tetapi apabila kotoran tebu tersebut tergiling bersama dengan tebu, maka kotoran
akan keluar bersama dengan ampas. Hal ini sesuai dengan kondisi daduk yang berada diwilayah kerja PG. Candi yang mengakibatkan penurunan
bobot tebu bersih. 4.
Akar X
4
Hasil analisis uji t pada tingkat signifikansi 5 menunjukkan bahwa nilai regresi dari variabel akar berpengaruh terhadap produksi tebu bersih.
Dimana besarnya nilai t
hit
= -2,82 sedangkan t
tab
= -2,04 yang artinya t
hit
t
tab
maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga kesimpulannya secara parsial bahwa variabel akar berpengaruh terhadap bobot tebu bersih.
Nilai koefisien regresi sebesar -77,32 ini berarti dengan adanya manajemen pengendalian mutu TR KSU A dapat menurunkan akar sebesar
77,32 Kw. Menurut Sunantyo 2008 yang dimaksud dengan tebu bersih adalah
tebu dalam keadaan bersih dari kotoran yang berupa akar, tanah, daduk, pucuk tebu dan sogolan. Kotoran tebu tidak mengandung gula, tetapi
apabila kotoran tebu tersebut tergiling bersama dengan tebu, maka kotoran akan keluar bersama dengan ampas. Hal ini sesuai dengan kondisi akar yang
berada diwilayah kerja PG. Candi yang mengakibatkan penurunan bobot tebu bersih.