residu SO
2
seperti pada kisaran tersebut. Adanya residu SO
2
menjadi kendala untuk konsumsi industri makananminuman, yang biasanya
menuntut bebas SO
2
. Kadar SO
2
maksimal yang diperkenankan di Indonesia adalah 30 ppm. Pada mulanya sebelum ada pembatasan banyak produk
pabrik gula sulfitasi yang mengandung SO
2
berlebihan, namun dengan adanya pembatasan kadar SO
2
menurun sampai pada kisaran 5-20 ppm. 6.
Besar Jenis Butir Besar jenis butir adalah ukuran rata-rata butir kristal gula dinyatakan dalam
mm. Persyaratan untuk GKP adalah 0,8-1,1 mm dan untuk memenuhi persyaratan tersebut tampaknya tidak ada kesulitan. Konsumen lebih
menyukai gula yang ukuran kristalnya besar kasar. Namun dari sisi pabrik, untuk membuat kristal yang besar diperlukan energi yang lebih banyak, ini
berhubungan dengan waktu masak untuk membesarkan ukuran kristal. Tetapi bila ukuran terlalu halus daya simpannya berkurang, gula akan cepat
mengabsorpsi air sehingga cepat basah.
2.8.3. Bahan Baku Pembuatan Gula
Dalam Buku Saku PG. RNI 2005 menjelaskan bahwa bahan baku yang digunakan oleh PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo dapat dibedakan atas bahan
baku utama dan bahan baku penunjang proses produksi.
1. Bahan baku utama
Tebu yang digunakan PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo terdiri dari :
A. Tebu Rakyat KSU A
Merupakan pola kerjasama dimana pihak PG memberikan Jaminan Pendapatan Minimum Petani JPMP. Sedangkan pengelolaan
budidaya, sarana produksi, maupun biaya garap dilaksanakan oleh pihak PG. Areal persebaran TR KSU A berada di wilayah kerja PT.
Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo Sidoarjo, Pasuruan, Gresik, dan Mojokerto. Status kepemilikan lahan untuk TR KSU A ini dapat
berasal dari tanah kas desa atau dari petani murni. Apabila terdapat kelebihan produksi tebu dengan kategori TR KSU A maka kelompok
tani mendapatkan 20 dari total produksi gula. B.
Tebu Rakyat KSU B Pihak PG terlebih dahulu mengontrak para petani pada awal masa
tanam. Lahan yang digunakan adalah milik petani. Sedangkan pengelolaan budidaya, sarana produksi, maupun biaya garap dan
tebang angkut dilaksanakan oleh pihak PG melalui dana KKP Kredit Ketahanan Pangan. Pembayaran tebu yang dipasok petani ke pabrik
menggunakan sistem bagi hasil produk atau SPT Sistem Pembayaran Tunai. Dari hasil produksi gula, 66 milik petani dan 34 milik
PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo. Areal persebaran TR KSU B berada di wilayah kerja PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo
Sidoarjo, Pasuruan, Gresik, dan Mojokerto.
C. Tebu Rakyat Mandiri TRM
Pemenuhan faktor-faktor produksi dalam penanaman tebu ketersediaan lahan, sarana produksi, biaya garap, biaya tebang-
angkut, dan sebagainya dilakukan oleh kelompok tani tanpa mendapatkan bantuan dari PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo.
Areal persebaran tebu dengan kategori TRM adalah wilayah Mojokerto, Lumajang, dan Malang.
2. Bahan baku penunjang
Bahan baku penunjang yang digunakan dalam proses produksi gula di PT. Pabrik Gula Candi Baru-Sidoarjo, antara lain :
A. Bakterisida dan Fungisida
Bakterisida dan fungisida ditambahkan dengan tujuan mengontrol pertumbuhan bakteri dan jamur dalam nira serta menurunkan
kehilangan sukrosa yang terjdi karena inversi. B.
Asam Phosfat H
3
PO
4
Kegunaan dari bahan ini adalah sebagai bahan pengendap kotoran. C.
Kapur Tohor CaO Penambahan kapur dalam nira dilakukan dalam bentuk susu kapur
atau suspense yang bertujuan untuk menaikkan pH nira dari asam menjadi alkalis, mencegah terjadinya inversi, dan menjernihkan nira.
Bahan ini disimpan dalam gudang kapur untuk menjaga agar tidak terkena udara.
D. Sulfur
Sulfur atau belerang digunakan untuk memproduksi CaOH
2
yang akan digunakan dalam proses permurnian.
E. Flokulan
F. Larutan Kaporit
G. Caustic Soda Flake
Caustic Soda Flake adalah padatan atau solid yang digunakan dalam pembersihan evaporator. Pemakaian bahan ini bertujuan untuk
melunakkan kerak yang ada. H.
Tawas Tawas berfungsi untuk mengendapkan air sungai yang digunakan
sebagai feed water boiler. I.
MPQ, MCP, dan Oxytrol berfungsi sebagai pengikat ion Ca, Mg dan Si yang terlarut dalam air ketel agar terbentuk endapan yang lunak
berupa sludge agar mudah di-blodown. Kebutuhan-kebutuhan bahan baku penunjang sebenarnya bervariasi dari waktu ke
waktu. selain tawas yang kebutuhannya tergantung kejernihan air sungai, kebutuhan bahan-bahan baku penunjang proses juga tergantung pada berat tebu
yang digiling. Berat tebu yang digiling sendiri berfluktuasi dari hari ke hari sehingga semua jumlah kebutuhan bahan baku penunjang umumnya merupakan
nilai rata-rata.
2.8.4. Proses Pembuatan Gula