mempunyai keberanian melakukan yang benar, meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan. Sementara itu pembentukan lingkungan sangat penting dalam
usaha pengembangan karakter, karena pada dasarnya karakter adalah kualitas pribadi seseorang yang terbentuk melalui proses belajar, baik secara formal
maupun informal Tim Pakar Yayasan Jati Diri Bangsa, 2011: 44. Pembentukan karakter itu sendiri tercermin dari perilaku seorang anak dan tidak pernah lepas
dari pengaruh lingkungan. Jadi secara umum pendidikan karakter adalah penanaman nilai-nilai kepribadian dalam diri seseorang anak untuk memiliki sifat,
watak dan tabiat yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.1.2 Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan utama pendidikan karakter dalam sekolah yaitu untuk mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting supaya menjadi
kepribadian atau kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan; mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian
dengan nilai-nilai yang dikembangkan sekolah; membangun koneksi yang harmoni dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama
Zubaedi, 2012: 16. Menurut Mulyasa 2012: 9 pendidikan karakter bertujuan untuk
meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak peserta didik secara utuh, terpadu, dan
seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter peserta didik diharapkan mampu secara
mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya. Selain itu pendidikan
karakter mampu menginternalisasikan serta mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Jadi dapat
disimpulkan bahwa
pendidikan karakter
bertujuan mengembangkan nilai-nilai baik yang dikembangkan sekolah dalam diri peserta
didik sebagai usaha membentuk karakter dan akhlak mulia sehingga dapat tertanam pada perilaku sehari-hari.
2.1.1.3 Macam-macam Pendidikan Karakter
Pada satuan pendidikan terdapat butir-butir yang menanamkan dan memperkuat pendidikan karakter. Terdapat 25 butir karakter yang tercantum
dalam Kemendiknas 2011 sebagai prioritas penanaman yaitu 1 kereligiusan, 2 kejujuran, 3 kecerdasan, 4 tanggung jawab, 5 kebersihan dan kesehatan,
6 kedisiplinan, 7 tolong-menolong, 8 berpikir logis kritis kreatif dan inovatif, 9 kesantunan, 10 ketangguhan, 11 kedemokratisan, 12 kemandirian, 13
keberanian mengambil risiko, 14 berorientasi pada tindakan, 15 berjiwa kepemimpinan, 16 kerja keras, 17 percaya diri, 18 keingintahuan, 19 cinta
ilmu, 20 kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, 21 kepatuhan terhadap aturan-aturan sosial, 22 menghargai karya dan prestasi orang lain, 23
kepedulian terhadap
lingkungan, 24
nasionalisme, 25
menghargai keberagaman.
Nilai-nilai karakter yang dapat dikembangkan sekolah menurut Narwanti 2011: 84 yang diambil dari butir-butir Standar Kompetensi Lulusan SKL
adalah sebagai berikut. a.
Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Religius.
b. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri
Jujur, bertanggung jawab, bergaya hidup sehat, disiplin, kerja keras, percaya diri, berjiwa wirausaha, berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, mandiri,
ingin tahu, cinta ilmu. c.
Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, patuh pada aturan-aturan
sosial, menghargai karya dan prestasi orang lain, santun, demokratis. d.
Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan Peduli sosial dan lingkungan
e. Nilai kebangsaan
Nasionalis, menghargai keberagaman. Heritage Foundation
dalam Mulyasa 2012: 15-17 merumuskan Sembilan karakter utama yaitu:
a. Cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya,
b. Tanggung jawab, disiplin dan mandiri,
c. Jujur,
d. Hormat dan santun,
e. Kasih sayang, peduli, dan kerja sama,
f. Percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah,
g. Keadian dan kepemimpinan,
h. Baik dan rendah hati, serta
i. Toleransi, cinta damai dan persatuan.
Dalam penelitian akan mengembangkan 3 karakter yaitu disiplin, tanggung jawab, dan kerja sama. Ketiga karakter tersebut merupakan penanaman nilai
karakter di SD yang mengembangkan hubungan dengan diri sendiri dan hubungan dengan sesama. Karakter-karakter tersebut disesuaikan dengan kompetensi dasar
yaitu: 1.
Disiplin Kohlberg dalam Unaradjan 2003: 47 mengatakan bahwa disiplin
merupakan perilaku yang dilandasi oleh keyakinan bahwa yang dilakukan adalah benar tanpa merasa terpaksa. Senada dengan hal tersebut Arikunto
1990: 14 mengatakan bahwa disiplin yaitu menunjukkan kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib dengan sungguh-
sungguh karena didorong oleh kesadaran yang ada pada kata hatinya. Indikator yang dapat menunjukkan seseorang dikatakan disiplin dalam
Narwanti 2011: 66 yaitu hadir tepat waktu, mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran, dan mengikuti prosedur kegiatan pembelajaran.
2. Tanggung Jawab
Tanggung jawab menurut Narwanti 2011: 30 diartikan sebagai sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya
yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan alam, sosial, dan budaya, negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Senada
dengan hal itu Muchlas 2012: 51 menyatakan bahwa tanggung jawab yaitu melakukan tugas sepenuh hati, bekerja dengan etos kerja yang tinggi,
berusaha keras untuk mencapai prestasi terbaik giving the best, mampu mengontrol diri dan mengatasi stres, berdisiplin diri, akutabel terhadap
pilihan dan keputusan yang diambil.
Indikator yang menunjukkan tanggung jawab diantaranya yaitu selalu melaksanakan tugas sesuai dengan aturan atau kesepakatan, dan
bertanggung jawab terhadap semua tindakan yang dilakukan Narwanti, 2011: 69. Menurut Kemendiknas di dalam Wibowo 2012: 104 indikator
yang menunjukkan tanggung jawab yaitu membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukan dalam bentuk lisan maupun tertulis, melakukan tugas
tanpa disuruh, menunjukkan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup terdekat, dan menghindarkan kecurangan dalam pelaksanaan
tugas. 3.
Kerja sama Menurut Muchlas 2012: 118 kerja sama memiliki makna
tindakan dan sikap mau bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dan keuntungan bersama. Senada dengan hal tersebut kerja
sama adalah usaha bersama antara individu atau kelompok untuk mencapai tujuan atau beberapa tujuan bersama Soerjono Soekanto dalam Sudjarwo,
2011: 63. Johnson 2012: 8-10 mengungkapkan adanya beberapa komponen pokok dari kerja sama yaitu:
a. Interdependensi Positif
Setiap anggota kelompok memandang bahwa mereka terhubung antara satu sama lain, sehingga seseorang tidak akan bisa berhasil jika
semua orang berhasil. Siswa harus menyadari bahwa usaha dari setiap anggota akan bermanfaat bukan hanya bagi individu yang bersangkutan,
tetapi juga bagi semua anggota kelompok.
b. Interaksi yang mendorong
Siswa saling membantu, mendukung, menyemangati dan menghargai usaha usaha satu sama lain untuk belajar.
c. Kemampuan interpersonal dan kelompok kecil
Siswa dituntut untuk mempelajari pelajaran atau tugas akademik dan juga kemampuan interpersonal dan kelompok kecil yang dibutuhkan
agar dapat berfungsi sebagai sebuah tim. Kemampuan yang dimaksudkan seperti kepemimpinan, pengambilan keputusan, membangun kepercayaan,
komunikasi dan manajemen konflik harus diajarkan dengan sama bertujuannya dan sama tepatnya dengan kemampuan akademis.
d. Pemrosesan kelompok
Anggota kelompok berdiskusi mengenai seberapa baik mereka telah mencapai tujuan masing-masing dan seberapa baik mereka telah
memelihara hubungan yang mereka telah memelihara hubungan yang efektif. Kelompok perlu menggambarkan tindakan anggota manakah yang
telah sangat membantu dan tidak membantu dan membuat keputusan tentang sikap mana sajakah yang perlu dilanjutkan atau diubah.
2.1.2 Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD