e. Present Worth value of an annuity factor PA, adalah untuk mencari P bila
diketahui A, i, dan n, dengan rumus: P = A
n n
i i
i 1
1 1
+ −
+ atau P = A PA, i, n
f. Capital rcovery factor AP, adalah untuk mencari A bila diketahui P, i, dan
n, dengan rumus: A = P
1 1
1 −
+ +
n n
i i
i atau A = P AP, i, n
3.3.5. Pengertian Investasi
3
Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan berinvestasi diantaranya adalah penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang dihasilkan, peningkatan
pendapatan, penghematan devisa maupun penambahan devisa, dalam menggunakan pengertian proyek investasi sebagai suatu rencana untuk
menginvestasikan sumber-sumber daya yang bisa dinilai secara cukup independent.
Ada beberapa cara dalam menggolongkan usulan investasi, salah satunya penggolongan usulan yang didasarkan menurut kategori, sebagai berikut:
1. Investasi penggantian, adalah penggantian aktiva lama dengan yang baru.
2. Investasi dengan penambahan kapasitas, sering juga berrsifat penggantian.
3. Investasi penambahan jenis produk baru, yaitu investasi untuk menghasilkan
produk baru disamping tetap memproduksi yang lama.
3
J. Fred. Weston dan Eugene F. Bigham, Manajemen Keuangan, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
4. Investasi lain-lain, yaitu investasi yang tidak termasuk dalam ketiga golongan
di atas. a.
Net Present Value NPV NPV merupakan selisih antara Present value dari benefit dan Present value
dari biaya. Suatu proyek dikatakan layak bila NPV ≥ 0. Jika NPV = 0, berarti
proyek tersebut akan mengembalikan persis sebesar Social Opportunity Cost of Capital. Jika NPV 0, proyek ditolak.
NPV =
∑
=
+ −
n t
t
i Ct
Bt
1
1 Keterangan:
Bt = Benefit sosial kotor sehubungan dengan suatu proyek pada tahun t. Ct = Biaya sosial kotor sehubungan dengan proyek pada tahun t, tidak dilihat
apakah biaya tersebut dianggap bersifat modal pembelian peralatan, tanah, konstruksi, dan sebagainya.
n = Umur ekonomis dari suatu proyek. i = Social Opportunity Cost of Capital yang ditunjukkan sebagai Social
Discount Rate. b.
Internal Rate of Return IRR IRR adalah tingkat pertumbuhan rata-rata uang yang diinvestasikan dimana
net cash flow dari hasil investasi, diinvestasikan kembali untuk usaha tersebut. IRR adalah nilai discount rate i yang membuat NPV dari proyek sama dengan
nol. IRR dapat dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dari suatu proyek asal setiap benefit bersih yang diwujudkan bernilai positif.
Universitas Sumatera Utara
=
∑
=
+ −
n t
t
IRR Ct
Bt
1
1 = 0
c. Periode Batas Cut off
Priode batas adalah jangka waktu tertentu dimana investasi yang ditanam pada suatu proyek sudah harus kembali. Panjang priode batas ini berbeda dari satu
proyek ke proyek yang lain dan dari satu waktu ke waktu yang lain, tergantung pada situasi yang mungkin bersifat ekonomis atau non-ekonomis.
d. Periode Kembali Modal Pay- off period
Periode kembali modal adalah jangka waktu yang diperlukan untuk dapat kembalinya modal investasi. Pilihan jatuh pada proyek yang periode
kembalinya paling pendek. e.
Keuntungan rata-rata Pertimbangan kelayakan berdasarkan pada besarnya keuntungan rata-rata
pertahun. Kriteria keuntungan rata-rata sangat dipengaruhi oleh umur proyek. Dalam perhitungan keuntungan rata-rata perlu dipertimbangkan biaya tahunan
rata-rata terkecil. f.
Benefit Cost Ratio BCR Benefit Cost Ratio BCR adalah suatu ukuran kriteria ekonomis dari suatu
perusahaan. Benefit proyek dapat dibagi kedalam 3 jenis yaitu: 1.
Direct Benefits, dapat berupa kenaikan output fisik, atau kenaikan nilai output yang disebabkan adanya perbaikan kualitas, perubahan lokasi,
perubahan dalam waktu penjualan, penurunan biaya dan kerugian. Manfaat langsung dari suatu proyek adalah kenaikan nilai hasil produksi
barang atau jasa atau penurunan biaya sebagai akibat langsung dari suatu
Universitas Sumatera Utara
proyek. Kenaikan nilai hasil produksi tersebut dapat berupa meningkatnya jumlah hasil kuantitas atau meningkatnya mutu produksi kualitas.
Contohnya : a
Kenaikan produksi padi karena adanya irigasi adalah contoh manfaat langsung dari proyek tersebut.
b Contoh penurunan biaya adalah berkurangnya biaya transportasi
karena adanya proyek perbaikan jalan. 2.
Indirect Benefits, merupakan benefit yang timbul atau dirasakan di luar proyek karena adanya realisasi suatu proyek, merupakan multiplier effects
dari proyek. Misalnya pemerintah bermaksud untuk mendirikan proyek pembangkit tenaga listrik. Proyek pembangkit tenaga listrik ini akan
memberikan manfaat tak langsung seperti: a
Mendorong tumbuhnya industri-industri lain yang dapat memanfaatkan listrik tersebut.
b Pertambahan nilai hasil produksi dari industri-industri tersebut di atas
adalah manfaat tak langsung sebagai multiplier efects dari proyek pembangkit tenaga listrik.
c Berkembangnya pertanian, pertambangan dan usaha lain disekitar
daerah pembangunan proyek Disamping itu, manfaat langsung dari proyek pembangkit listrik tersebut
adalah jumlah kapasitas listrik kilowatt dikalikan harga tarif listrik tersebut.
Universitas Sumatera Utara
3. Intangible Benefits, merupakan benefit yang sulit dinilai dengan uang,
contoh-contoh Intangible Benefits dari pendirian suatu proyek adalah: a
Perbaikan lingkungan hidup b
Perbaikan pemandangan karena adanya suatu taman c
Perbaikan distribusi pendapatan d
Integrasi nasional dan pertahanan nasional e
Berkurangnya pengangguran, dan sebagainya Melihat 3 macam manfaat seperti yang diuraikan di atas, maka manfaat
langsung relatif lebih mudah untuk diidentifikasikan dan dihitung jumlahnya dibandingkan manfaat tak langsung. Disamping itu, manfaat langsung dapat
direalisir, manfaat tidak langsung tidak akan otomatis terwujud. Misalnya, kalau proyek bendungan sudah berhasil meningkatkan tenaga listrik sebagai akibat
langsung dari proyek tersebut maka pertumbuhan industri sebagai manfaat tak langsung belum tentu akan terwujud, karena banyak faktor-faktor lain yang ikut
menentukan. Untuk perbandingan BCR, biaya suatu proyek dapat jaga diklasifikasikan
atas biaya langsung dan biaya tak langsung. 1.
Biaya Langsung Adalah semua pengeluaran yang langsung untuk keperluan proyek, misalnya
biaya investasi, biaya operasi dan biaya pemeliharaan proyek. 2.
Biaya Tak Langsung Biaya tak langsung umumnya berupa biaya tak kentara seperti polusi udara,
bising, perubahan nilai-nilai norma dalam masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Seperti halnya manfaat langsung, maka biaya langsung lebih mudah diidentifikasikan dan dihitung. Karena itu dalam evaluasi proyek, biaya langsung
sering mendapat bobot yang lebih besar dibandingkan biaya tak langsung. Akan tetapi, perlu diingat bahwa semakin besar masarakat yang menanggung biaya tak
langsung misalnya polusi udara maka semakin perlu dipertimbangkan untuk mengevaluasi kelayakan suatu proyek.
BCR merupakan nisbah manfaat biaya yang sering digunakan untuk mengukur kelayakan suatu proyek. Pada BCR yang dilihat adalah perbandingan
antara nilai tunai penerimaan dengan nilai tunai pengeluaran atau biaya. BCR =
PC PV
Oleh karena NPV adalah selisih antara PV dan PC, maka antara NPV dan BCR terdapat hubungan sebagai berikut:
NPV 0, maka BCR 1 NPV 0, maka BCR 1
NPV = 0, maka BCR = 1 Proyek dikatakan layak bila BCR
≥ 1, atau 1 BCR 2 karena bila BCR1 maka usaha tersebut dikatakan rugi, dan bila BCR2 dikenal dengan situasi
overheating yang berbahaya bagi perekonomian karena dapat menyebabkan inflasi.
g. Weighted Average Cost of Capital WACC
Weighted Average Cost of Capital WACC atau biaya investasi rata-rata tertimbang adalah biaya keseimbangan keseluruhan investasi dari suatu usaha
baru atau perusahaan. Rumus untuk menghitung WACC adalah
Universitas Sumatera Utara
WACC = Cdebt x Debt percentage + Cequity x Equity percentage Dimana :
Cost of debt : Suku bunga Pinjaman
Debt percentage : Persentase pinjaman Investasi Cost of equity
: Suku bunga deposito Equity percentage : Persentase Investasi modal sendiri
3.4. Pemasaran
4
Pandangan umum mengenai pemasaran biasanya didasarkan atas asumsi bahwa kegiatan ekonomi itu secara luas dapat dibagi menjadi ke tiga kategori
primer yaitu produksi, pemasaran dan konsumsi. Mula-mula harus diciptakan barang-barang dan jasa-jasa sebelum bisa terjadi konsumsi oleh konsumen.
Menyediakan barang-barang ini dianggap merupakan peranan dari pemasaran. Jika peranan pemasaran dipandang demikian, maka pemasaran itu dapat
didefinisikan sebagai kegiatan menyampaikan barang-barang dan jasa-jasa dari produsen kepada konsumen.
Gambar 3.1. Aliran Proses Pemasaran
4
Rewoldt, Stewart H. Perencanaan dan Strategi Pemasaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 1991.
PRODUKSI PEMASARAN
KONSUMEN
Universitas Sumatera Utara