Tabel 2.1 Implementasi pembelajaran melalui Model Problem Based
Learning dengan Media Audiovisual
Sintaks Model Problem Based
Learning menurut
Arends dalam
Wisudawati dan
Sulistyowati, 2014: 91
Sintaks media audiovisual Arsyad, 2014: 147
Langkah-langkah pembelajaran melalui Model Problem Based
Learning dengan
media audiovisual
1.Memberikan orientasi suatu masalah pada
siswa 1. Menyajikan konsep-konsep dan
gagasan-gasan satu per satu 1. Guru mempersiapkan siswa
mengikuti pembelajaran 2.Mengorganisasi siswa
untuk meneliti 2.Gunakan bidang penayangan di
layar untuk tujuan-tujuan tertentu untuk menyampaikan pesan materi
pelajaran 2.
Guru mengarahkan
pertanyaan untuk
mengekpresikan ide siswa 3.Mendampingi
dalam penyelidikan
sendiri maupun kelompok
3.Menyusun unsur-unsur gambar dan hubungan antar unsur gambar,
pesan utama terletak di tengah dan informasi lain pada ruang di sisi
ruangan 3.
Guru melibatkan
siswa menemukan konsep masalah
4.Mengembangkan dan mempresentasikan
hasil 5.Memilih slide berkualitas baik
6.Memilih musik
yang dapat
menyentuh perasaan
untuk penyajian
7.Gunakan efek suara asli untuk memberikan
bayangan realisme
dalam penyajian 4. Guru membimbing siswa
melakukan penyelidikan
5.Analisis dan evaluasi dari proses pemecahan
masalah 5.Siswa mempresentasikan hasil
kerja 6.Guru menayangkan tayangan
audiovisual 7.Siswa mengkaji ulang hasil
diskusi terhadap
tayagan audiovisual
8.Guru memberikan evaluasi
2.2 Kajian Empiris
Penelitian ini juga didasarkan pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti dengan menggunakan penerapan model
Problem Based Learning dengan media audiovisual dalam pembelajaran. Adapun beberapa penelitian tersebut antara lain sebagai berikut:
Penelitian tentang penerapan model Problem Based Learning telah dilakukan oleh Hipi 2013: 48-60
dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi IPA melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan LKS
di SD Negeri 2 Tuladenggi”. Hasil penelitian menunjukkan penerapan pembelajaran berbasis masalah berbantuan LKS dapat meningkatkan hasil belajar
materi IPA di SD Negeri 2 Tuladenggi. Peningkatan hasil belajar siswa dikarenakan siswa yang memiliki kemampuan berpikir rendah mempunyai
kesempatan yang sama untuk mencari informasi dari berbagai sumber tentang permasalahan serta dapat bekerjasama dengan teman-teman yang lebih tinggi
kemampuan berpikirnya. Penelitian tentang penerapan model Problem Based Learning juga telah
dilakukan oleh Perwita 2012: 1- 8 dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah unttuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA untuk Siswa sekolah Dasar”. Hasil menunjukkan Aktivitas siswa selama 2 siklus pada saat proses
pembelajaran berlangsung sudah mengalami peningkatan. Aktivitas guru selama 2 siklus saat proses pembelajaran berlangsung sudah meningkat. Pada siklus I
aktivitas guru menunjukkan persentase 70,14, dan pada siklus II meningkat menjadi 83,33. Hasil belajar afektif, psikomotorik, dan kognitif mengalami
peningkatan. Penelitian tentang penggunaan model Problem Based Learning dilakukan
oleh Lestari 2014: 1-13 dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPS melalui
Model Problem Based Learning pada Siswa Kelas V SD Negeri Pojokerto I Jombang”. Hasil menunjukkan aktivitas guru pada siklus I 71,1 , dan pada
siklus II 86,8. Persentase keberhasilan aktivitas siswa pada siklus I 63,8 dan pada siklus II 83,8. Persentase siswa yang memiliki pemahaman konsep
berkategori baik pada siklus I 47,8 , dan pada isiklus II 82 . Penelitian lain dilakukan oleh Yeo 2005: 541-551 dengan judul
“Problem-based learning: lessons for administrators, educators and learners. Berdasarkan penelitian bahwa pelaksanaan PBL tidak hanya dari guru dan siswa
namun didukung kerjasama dengan kepala sekolah untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi untuk mengahasilkan keluaransiswa yang
optimal. Penelitian yang lain dilakukan oleh Frank Ng, 2006: 416-428 dengan
judul A problem-based learning approach to entrepreneurship education. Penelitian menunjukkan bahwa PBL dengan permasalahan dunia nyata dapat
memberikan keuntungan pada pendidikan. Hal ini diwujudkan melalui kerjasama antar siswa, lembaga terkait, dan infrastuktur yang mendukung.
Penelitian lain dilakukan oleh Tomkinson 2012 dengan judul “Creating sustainable development change agents through problem-based learning.
Penelitian menunjukkan untuk menguji keberhasilan setiap proyek siswa belajar untuk berpikiran terbuka, kreatif dan analitis serta logis. Selain itu siswa
mengulangi masalah secara berkelanjutan untuk menumbuhkan wawasan kreatif dan logis.
Penelitian tentang penggunaan media audiovisual dilakukan oleh Mukaromah 2014: 1-9
dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Menerapkan Media Audio Visual pada Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar”.
Hasil menunjukkan aktivitas guru pada siklus I sebesar 80,1 dan siklus II sebesar 83,3, aktivitas siswa pada siklus I sebesar 81,2 dan siklus II yaitu
84,4. Hasil belajar nilai kognitif pada siklus I sebesar 79,4 dan siklus II sebesar 82,3 dan nilai afektif siklus I sebesar 77,8 dan siklus II sebesar 84,3.
Didukung juga dari penelitian yang dilakukan oleh Rahayu 2013: 1-9 dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Menggunakan Media
Audio Visual Kelas V SD”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas guru mengalami peningkatan pada I yaitu 71,8 dan pada siklus II meningkat menjadi
88,3. Sementara itu, ketuntasan belajar menyimak cerita dengan menggunakan media audio visual siswa mengalami peningkatan. Pada siklus I ketuntasan
mencapai 68 dan pada siklus II ketuntasan mencapai 84.
2.3 Kerangka Berpikir