menginformasikan suatu hal secara jelas. Penilaian projek dilakukan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pelaporan.
3 Produk Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat
produk-produk, teknologi, dan seni, seperti: makanan contoh: tempe, kue, asinan, baso, dan nata de coco, pakaian, sarana kebersihan contoh: sabun, pasta gigi,
cairan pembersih dan sapu, alat-alat teknologi contoh: adaptor acdc dan bel listrik, hasil karya seni contoh: patung, lukisan dan gambar, dan barang-barang
terbuat dari kain, kayu, keramik, plastik, atau logam. 4 Portofolio
Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya peserta didik secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode
hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta didik sendiri. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri
dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus menerus melakukan perbaikan. Permendikbud no.104, 2013: 17
Nilai ketuntasan keterampilan dituangkan dalam bentuk angka dan huruf, yakni 4,00
– 1,00 untuk angka yang ekuivalen dengan D. Ketuntasan belajar untuk keterampilan ditetapkan dengan capaian optimum 2,67. Permendikbud
no.104, 2013:12
2.1.10 Hakikat IPA
Hardini dan Puspitasari 2012: 149 menyatakan Ilmu Pengetahuan Alam IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Menurut Wisudawati dan Sulistyowati 2014: 22 IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yang mempelajari fenomena alam
yang faktual, baik berupa kenyataan atau kejadian dan hubungan sebab akibatnya. Pada hakikatnya IPA dapat dikaji dari segi produk, proses, sikap, dan teknologi.
Berikut adalah penjelasan masing-masing komponen menurut Susanto 2015, 168 yaitu:
Pertama, IPA sebagai produk, yaitu kumpulan hasil penelitian yang telah dilakukan ilmuan dan membentuk konsep yang telah dikaji sebagai kegitan
empiris dan kegiatan analitis. Bentuk IPA sebagai produk antara lain: fakta-fakta, prinsip, hukum, dan teori-teori IPA. Haryono 2013:43 menjelaskan karakteristik
belajar IPA sebagai berikut: 1 proses belajar IPA melibatkan hampir semua alat indera, seluruh proses berpikir, dan berbagai macam gerakan otot, 2 belajar IPA
dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara teknik, 3 belajar IPA mmerlukan berbagai macam alat, terutama untuk membantu pengamatan, 4
belajar IPA seringkali melibatkan kegiatan-kegiatan temu ilmiah misal seminar, konferensi atau simposium, studi keputakaan, mengunjungi suatu objek,
penyusunan hipotesis dan yang lainnya, 5 belajar IPA merupakan proses aktif, belajar IPA merupakan sesuatu yang harus siswa lakukanm bukan sesuatu yang
dilakukan untuk siswa. Kedua, IPA sebagai proses menurut Haryono 2013: 45 yaitu cara
berpikir atau bertindak untuk menghadapi atau merespons masalah-masalah yang
ada di lingkungan. IPA sebagai proses menyangkut proses atau cara kerja untuk memperoleh hasilproduk yang disebut sebagai proses ilmiah. Ketiga, IPA
sebagai sikap merupakan Sikap yang harus dikembangkan dalam pembelajaran sains. Hal ini sesuai sikap yang harus dimiliki oleh ilmuan dalam melakukan
penelitian dan mengkomunikasikan hasil penelitiannya. Sikap ilmiah itu dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan dalam pembelajaran IPA pada saat
mengikuti diskusi, percobaan, simulasi, dan kegiatan proyek di lapangan. Keempat, IPA sebagai teknologi merupakan pengembangan dari
komponen sebelumnya, yaitu pengembangan prosedur dari proses, sedangkan teknologi dari aplikasi konsep dan prinsip-prinsip IPA sebagai produk. Dari
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa IPA mengandung empat unsur utama yaitu sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur tesebut
diharapkan mucul dalam pembelajaran sehingga siswa dapat mengalami proses pembelajaran yang utuh dan muncul rasa ingin tahu dalam memecahkan masalah
melalui metode ilmiah.
2.1.11 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar