tabel 2
= 7,81; dengan demikian
hitung 2
tabel 2
. Jadi, H diterima sehingga siswa kelas
kontrol berdistribusi normal. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 36.
4.1.1.4. Uji Homogenitas Nilai Evaluasi
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah ketiga kelompok sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Pada penelitian ini uji homogenitasnya
dihitung dengan uji Bartlett. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut : Ho:
2 3
2 2
2 1
sedangkan untuk Ha: paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku.
Hasil perhitungan dengan menggunakan Uji Bartlett menunjukkan bahwa
hitung
x
2
= 2,7752 kemudian dikonsultasikan untuk α = 5 dengan dk = k-1 = 3-1 = 2
diperoleh
tabel
x
2
= 5,99. Ternyata
hitung
F
tabel
F
sehingga hipotesis Ho diterima yang berarti bahwa sampelnya mempunyai varians yang homogen. Hasil perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 37.
4.1.1.5. Uji Hipotesis Nilai Evaluasi
4.1.2.5.1. Uji Analisis Varians One Way Anava Uji anava digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata yang
signifikan dari data yang dihasilkan. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut. Ho :
=
3 2
H
a
: paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku
Tabel 4.3 Tabel Hasil Pehitungan Anava Sumber
Variasi dk
JK KT
F
hitung
F
tabel
Kesimpulan Rata-rata
1 558150,00
558150,00 10,9393 3,094
F
tabel
F
hitung
Antar kelompok
2 1601,69
800,84 Dalam
kelompok 93
6808,31 73,21
Dari distribusi F dengan dk pembilang 2 dan dk penyebut 94 dan peluang 0,95 jadi α=0,05 didapat F
tabel
= 3,094 ternyata bahwa F
hitung
= 10,9393 3,094; jadi hipotesis Ho ditolak dalam taraf nyata 0,05. Ketiga macam pembelajaran itu
menyebabkan rata-rata hasil tes kemampuan komunikasi matematik siswa berbeda secara nyata. Karena Ho ditolak berarti terdapat perbedaan rata-rata hasil tes
kemampuan komunikasi matematik antara ketiga kelompok sampel yang diuji, sehingga harus dilakukan uji lanjut. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
38. 4.1.2.5.2. Uji Lanjut
Berikut ini adalah tabel uji lanjut dengan menggunakan uji LSD. Tabel 4.5 Tabel Hasil Pehitungan Uji Lanjut
Kelas Rata-rata LSD
2 1
x x
3 1
x x
3 2
x x
ket Kontrol
70,6 4,24
7,18 Signifikan
Eksp. I 78,06
9,21 Signifikan
Eksp. II 80,09
2,03 Tidak
signifikan
Kriteria pengujiannya adalah berbeda signifikan dengan
bila
2 1
LSD x
x
j i
jika
j i
x x
berarti kelompok ke- memang lebih tinggi dari
kelompok ke- . Dari tabel di atas diperoleh:
1. rata-rata nilai tes kemampuan komunikasi matematik siswa yang menggunakan model pembelajaran Explicit Instruction berbeda secara signifikan dengan rata-
rata nilai tes kemampuan komunikasi matematik siswa kelas kontrol, karena selisih rata-rata tesnya yang lebih besar dari nilai LSD,
2. rata-rata nilai tes kemampuan komunikasi matematik siswa yang menggunakan model pembelajaran Picture and Picture berbeda secara signifikan dengan rata-
rata nilai tes kemampuan komunikasi matematik siswa kelas kontrol, karena selisih rata-rata tesnya yang lebih besar dari nilai LSD, dan
3. rata-rata nilai tes kemampuan komunikasi matematik siswa yang menggunakan model pembelajaran Explicit Instruction tidak berbeda secara signifikan dengan
rata-rata nilai tes kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Picture and Picture, karena selisih rata-rata
tesnya yang kurang dari dari nilai LSD, dan dari hasil tes kemampuan komunikasi di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Explicit Instruction lebih baik dari pembelajaran ekspositori karena rata-rata nilai tes kemampuan
komunikasi matematika menggunakan model pembelajaran Explicit Instruction
sebesar 78,06 lebih tinggi daripada rata-rata nilai tes kemampuan komunikasi matematika pada pembelajaran ekspositori sebesar 70,6.
2. Pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Picture and Picture lebih baik dari pembelajaran ekspositori karena rata-rata nilai tes kemampuan
komunikasi matematika menggunakan model pembelajaran Picture and Picture sebesar 80,09 lebih tinggi daripada rata-rata nilai tes kemampuan komunikasi
matematika pada pembelajaran ekspositori sebesar 70,6. 3. Pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Picture and Picture sama
baiknya dengan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Explicit Instruction.
Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 39.
4.2. Pembahasan