Latar Belakang Masalah KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN DATAR SISWA KELAS III SD NEGERI RANDUGUNTING 3 KOTA TEGAL

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Berdasarkan naskah lampiran peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tanggal 23 Mei 2006 mengenai standar isi, disebutkan bahwa pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut, pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam di dalam Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Permendiknas 2006: 1. Sistem Pendidikan Nasional merupakan integrasi dari komponen-komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Di dalamnya terdapat segala sesuatu yang mengatur proses pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Hakikat pendidikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional pada Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 yaitu: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif 2 mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Usaha-usaha tersebut diwujudkan dalam berbagai bentuk jalur pendidikan. Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, informal, maupun nonformal. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Kegiatan pendidikan jalur formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Berdasarkan Bab IV Pasal 6 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar SD dan madrasah ibtidaiyah MI atau bentuk lain yang sederajat, serta sekolah menengah pertama SMP dan madrasah tsanawiyah MTs, atau bentuk lain yang sederajat. Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat 10 mata pelajaran yaitu Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni dan Budaya, Pendidikan Jasmani dan Olahraga, Keterampilan, dan Muatan Lokal. Di dalam naskah lampiran peraturan Menteri Pendidikan Nasional 2006: 416 ditegaskan bahwa mata pelajaran Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan 3 menciptakan teknologi di masa depan, diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari Sekolah Dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Pada proses pembelajarannya, siswa masih kurang bisa menyesuaikan diri pada kondisi pembelajaran yang cenderung bersifat kaku dan didominasi oleh guru. Oleh karena itu, seorang guru harus lebih kreatif dan inovatif dalam membelajarkan Matematika kepada siswa, misalnya dalam menggunakan permainan atau games dan media pembejaran. Permainan merupakan sesuatu yang erat hubungannya dengan dunia anak-anak. Mereka memiliki ketertarikan yang tinggi akan hal tersebut. Melalui permainan, siswa akan terbawa dalam suasana yang menyenangkan sambil mempelajari suatu materi. Siswa tidak akan merasa terbebani dalam belajar ketika pembelajaran yang dirancang guru disesuaikan dengan karakteristik perkembangan mereka. Namun pada kenyataannya, pembelajaran di SD pada umumnya masih menerapkan model pembelajaran konvensional. Bernero 2000 dalam Hillen dan Leigh 2006: 4 mengungkapkan pendapat mengenai pembelajaran konvensional melalui pernyataan berikut ini “Traditional teaching in math classrooms has focused on ‘teacher talks–students listen’. Learning in this manner tends to be very passive and memory-based, making low cognition demands on learners ” . Pendapat Bernero tersebut dapat diartikan bahwa pembelajaran Matematika yang menggunakan model 4 konvensional terfokus pada guru yang berbicara dan siswa yang mendengarkan. Pembelajaran seperti ini cenderung sangat pasif dan bersifat hafalan, serta membuat rendahnya perkembangan kognisi siswa. Akibatnya, Matematika dianggap sebagai salah satu mata pelajaran di SD yang sulit, minat siswa rendah, dan capaian hasil belajar siswa kurang maksimal, termasuk hasil belajar siswa pada materi Bangun Datar. Berdasarkan Permendiknas 2006: 417 , ruang lingkup mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SDMI meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1 Bilangan; 2 Geometri dan pengukuran; dan 3 Pengolahan data. Pembelajaran Geometri di kelas III SD bertujuan untuk menanamkan konsep Bangun Datar. Untuk membantu siswa memahami konsep tersebut, guru membutuhkan media dan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik perkembangan mereka. Pengamatan dan wawancara yang peneliti lakukan dengan guru kelas III SD Negeri Randugunting 3, pada 8 Januari 2013, dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran Geometri, guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini menyebabkan ada beberapa siswa yang nilainya belum melampaui Kriteria Ketuntasan Minimal KKM. KKM yang ditetapkan untuk mata pelajaran Matematika yaitu 68. Oleh karena itu, diperlukan suatu inovasi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi serta karakteristik perkembangan siswa, sehingga siswa dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan dan berpartsipasi aktif dalam proses pembelajarannya. Masalah di atas dapat diatasi dengan menerapkan model pembelajaran yang lebih tepat. Penggunaan model pembelajaran harus disesuaikan dengan materi dan karakteristik siswa. Model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mereka yang senang bermain salah satunya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe make a match juga sesuai 5 untuk semua tipe gaya belajar siswa, yaitu tipe belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match dikembangkan oleh Lorna Curran 1994. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match membuat pasangan memiliki keunggulan, yaitu melalui model ini siswa dapat mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan Rusman 2011: 223. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional pada pembelajaran Matematika materi Bangun Datar, dengan judul “Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match terhadap Peningkatan Hasil Belajar Matematika pada Materi Bangun Datar Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri Randugunting 3 Kota Tegal”.

1.2 Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Adaptasi Makhluk Hidup

0 11 215

Pengaruh model pembelajaran kooperatif metode make A match terhadap pemahaman konsep matematika siswa

4 18 201

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match terhadap Prestasi Belajar Sosiologi dalam Pokok Bahasan Pengendalian Sosial

0 26 151

Efektivitas pembelajaran kooperatif model make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di SMP Islam Al-Syukro Ciputat

0 21 119

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MATERI BANGGA SEBAGAI BANGSA INDONESIA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH SISWA KELAS III SD NEGERI KEMANDUNGAN 3 KOTA TEGAL

2 10 210

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SUMBER DAYA ALAM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH PADA KELAS III SD NEGERI KEMANDUNGAN 3 TEGAL

0 6 290

Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Materi Perkembangan Teknologi Kelas IV SD Negeri Pekiringan 02 Kabupaten Tegal.

0 0 217

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SD NEGERI 3 PALAR, KLATEN.

0 0 237

Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Model Kooperatif Tipe Make a Match

0 0 7