Teori Belajar Bruner Teori Belajar Matematika

12 dan tepat, dalam pemecahan masalah, 2 Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3 Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4 Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; 5 Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 tahun 2006, ruang lingkup mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SDMI meliputi aspek Bilangan, Geometri dan Pengukuran, serta Pengolahan data. Salah satu aspek Geometri yang diajarkan pada siswa di kelas III SD yaitu materi Bangun Datar. Sebenarnya, pengenalan berbagai bentuk bangun datar bukan merupakan topik yang terlalu sulit untuk diajarkan, hanya saja, selama ini guru sering kali kurang memerhatikan batasan-batasan sejauh mana materi yang perlu diberikan kepada siswa. Matematika merupakan ilmu yang cara bernalarnya abstrak, tetapi harus diberikan kepada siswa SD yang cara berpikirnya masih pada tahap operasi konkret. Oleh karena itu, guru perlu berhati-hati dalam mengajarkan konsep-konsep matematika tersebut. Siswa SD belum mampu berpikir abstrak, berpikirnya harus dikaitkan dengan gambar-gambar ataupun benda-benda konkret yang ada di sekitar mereka.

2.1.5 Teori Belajar Matematika

2.1.5.1 Teori Belajar Bruner

Berdasarkan teori ini, manusia adalah pemroses, pemikir, dan pencipta informasi. Menurut Bruner t.t dalam Aisyah dkk. 2007: 1.5, belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang 13 terdapat di dalam materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep- konsep dan struktur-struktur matematika itu. Siswa harus dapat menemukan keteraturan dengan cara mengotak-atik objek. Jadi, siswa haruslah terlibat aktif agar dapat mengenal konsep dan struktur yang sedang dibicarakan, siswa akan memahami materi yang harus dikuasainya itu. Bruner memaparkan tiga tahapan penyajian pengetahuan yaitu tahap enaktif, ikonik, dan simbolik yang dikenal dengan teori belajar Bruner. 1 Tahap Enaktif Pada tahap ini, siswa belajar sesuatu pengetahuan secara aktif. Siswa belajar dengan menggunakan benda-benda konkret. Siswa akan memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan sesuatu. 2 Tahap Ikonik Dalam tahap ini, kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan pada pikiran internal di mana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar- gambar atau grafik yang dilakukan siswa. Rangkaian gambar atau grafik tersebut berhubungan dengan mental yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya. 3 Tahap Simbolik Pada tahap ini, pembelajaran direpresentasikan dalam bentuk simbol- simbol abstrak, yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan, baik simbol-simbol verbal, lambang-lambang matematika, maupun lambang- lambang abstrak yang lain. 14 Bruner t.t dalam Aisyah dkk. 2007: 1.20 memaparkan bahwa terdapat beberapa langkah dalam penerapan teori belajarnya. Langkah-langkah yang dimaksud yaitu sebagai berikut: 1 Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep yang hendak diajarkan. Misalnya: guru hendak mengajarkan bentuk bangun datar segiempat. Untuk contoh, guru memberikan bangun datar persegi dan persegi panjang, sedangkan segitiga, segilima, dan lingkaran mewakili bangun yang bukan merupakan contoh dari segiempat. 2 Bantu siswa untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep. Misalnya berikan pertanyaan kepada siswa seperti berikut ini: ”Apakah nama bentuk ubin yang sering digunakan untuk menutupi lantai rumah? Berapa cm ukuran ubin-ubin yang dapat digunakan?”. 3 Berikan satu pertanyaan dan biarkan siswa untuk mencari jawabannya sendiri. Misalnya: “Jelaskan ciri-ciri bangun ubin tersebut”. 4 Ajak dan beri semangat siswa agar mereka berani mengemukakan pendapatnya. Guru dapat menggunakan pertanyaan yang dapat memandu siswa untuk berpikir dan mencari jawaban yang benar sehingga akan tercipta pembelajaran yang efektif.

2.1.5.2 Teori Belajar Dienes

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Adaptasi Makhluk Hidup

0 11 215

Pengaruh model pembelajaran kooperatif metode make A match terhadap pemahaman konsep matematika siswa

4 18 201

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match terhadap Prestasi Belajar Sosiologi dalam Pokok Bahasan Pengendalian Sosial

0 26 151

Efektivitas pembelajaran kooperatif model make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di SMP Islam Al-Syukro Ciputat

0 21 119

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MATERI BANGGA SEBAGAI BANGSA INDONESIA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH SISWA KELAS III SD NEGERI KEMANDUNGAN 3 KOTA TEGAL

2 10 210

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SUMBER DAYA ALAM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH PADA KELAS III SD NEGERI KEMANDUNGAN 3 TEGAL

0 6 290

Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Materi Perkembangan Teknologi Kelas IV SD Negeri Pekiringan 02 Kabupaten Tegal.

0 0 217

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SD NEGERI 3 PALAR, KLATEN.

0 0 237

Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Model Kooperatif Tipe Make a Match

0 0 7