Indikator Kinerja Guru Hakikat Kinerja Guru IPS

Guru yang memiliki kompetensi pedagogik dapat memahami peserta didiknya, dengan memahami peserta didik guru dapat merancang perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan karakter peserta didik. Dengan demikian, pelaksanaan pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan guru dapat mengetahui metode maupun media yang cocok digunakan saat pembelajaran. Selain itu, guru dapat merancang penilaian dengan memilih teknik penilaian yang tepat sesuai dengan apa yang ingin dinilai. Dengan memahami karakteristik peserta didik, guru dapat mengetahui potensi-potensi yang dimiliki peserta didik sehingga guru dapat membantu mengambangkan potensi yang dimiliki peserta didiknya tersebut. Mulyasa 2013: 75, mengemukakan kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran meliputi hal berikut: 1 Memahami landasan kependidikan 2 Memahami peserta didik 3 Mengembangkan kurikulumsilabus 4 Merancang pembelajaran 5 Melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis 6 Pemanfaatan teknologi pembelajaran 7 Evaluasi hasil belajar 8 Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Syaiful Sagala 2011: 32 menjelaskan kompetensi pedagogik sebagai kemampuan dalam mengelola peserta didik yang meliputi: 1 Pemahaman guru tentang landasan dan filsafat pendidikan. 2 Pemahaman guru tentang potensi dan keberagaman peserta didik. 3 Kemampuan guru mengembangkan kurikulumsilabus dalam bentuk dokumen maupun implementasi dalam bentuk pengalaman belajar. 4 Kemampuan guru menyusun rencana dan strategi pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. 5 Kemampuan guru melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan suasana dialogis dan interaktif. 6 Kemampuan guru melaksanakan evaluasi hasil belajar sesuai dengan prosedur dan standar yang dipersyaratkan. 7 Kemampuan guru mengembangkan bakat dan minat peserta didik melalui kegiatan intrakuler dan ekstrakurikuler untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. Sudarwan Danim 2013: 22 mengungkapkan lima sub kompetensi yang terkandung dalam kompetensi pedagogik guru, yaitu: 1 Pemahaman peserta didik yang mendalam. 2 Perencanaan pembelajaran, termasuk pemahaman tentang landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran. 3 Pelaksanaan pembelajaran. 4 Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. 5 Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dari awal perencanaan pembelajaran sampai dengan evaluasi pembelajaran, sehingga dapat membimbing peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Kemampuan ini mencakup konsep kesiapan mengajar yang ditunjukan dengan penguasaan dan keterampilan mengajar. Pada penelitian ini indikator yang digunakan terkait dengan kompetensi pedagogik guru sesuai dengan kompetensi inti guru dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru, yaitu: 1 Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, kultural, emosional, dan intelektual. 2 Menguasai teori-teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. 3 Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu. 4 Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. 5 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. 6 Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 7 Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik. 8 Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 9 Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. 10 Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. b. Kompetensi Kepribadian Kepribadian setiap individu berbeda-beda dan memiliki keunikan tersendiri. Kepribadian dapat terbentuk dari bawaan sejak lahir akan tetapi dipengaruhi juga oleh lingkungan sekitar. Sjarkawi 2006: 11, kepribadian adalah karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil dan juga bawaan seorang sejak lahir Nana Syaodih 2005: 136 mengungkapkan bahwa kepribadian merupakan keterpaduan antara aspek psikis dan aspek fisik. Keterpaduan aspek psikis dan fisik tersebut lebih dari sekedar penjumlahan ciri-ciri atau sifat-sifat menonjol atau yang lebih sering diperlihatkan kepada orang lain, sebab dalam keterpaduan terdapat hubungan fungsional yang saling mempengaruhi. Baharuddin 2009: 209 merumuskan definisi kepribadian sebagai berikut: 1 Suatu kebulatan yang terdiri dari aspek-aspek fisik dan psikis; 2 Bersifat dinamis dalam hubungannya dengan lingkungan; 3 Kepribadian seseorang adalah khas, berbeda dari orang lain; 4 Kepribadian berkembang dengan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari luar dan dalam. Berdasarkan rumusan tersebut dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah suatu keterpaduan dari sistem fisik dan psikis individu yang khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Sehingga kepribadian yang dimiliki seseorang tidak terjadi secara spontan tetapi sebagai hasil dari bawaan dan penyesuaian dengan lingkungan. Sebagai individu yang berkecimpung di dunia pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Ungkapan “guru bisa digugu dan ditiru” mengandung makna bahwa seorang guru haruslah dapat dipercaya dan dapat menjadi teladan, sehingga sebagai seorang guru haruslah memiliki kepribadian yang baik. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir b, dikemukakan bahwa kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Mulyasa 2013: 117 mengemukakan bahwa setiap guru dituntut memiliki kompetensi kepribadian yang memadai, bahkan menjadi landasan bagi kompetensi-kompetensi lainnya. Hal ini dikarenakan guru tidak hanya dituntut untuk mampu memaknai pembelajaran, tetapi bagaimana guru dapat menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik. Kompetensi kepribadian adalah kesiapan mental, kepribadian, dan moralitas guru untuk mengemban amanah sebagai guru Ayusita Mahanani, 2011: 51. Sehingga kompetensi kepribadian ini haruslah tercermin dalam sikap dan perilaku guru dalam kehidupan sehari-hari, baik selama kegiatan pembelajaran di sekolah maupun di luar sekolah. Moh Roqib dan Nurfuadi 2009: 122 berpendapat bahwa kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpancar dalam perilaku sehari-hari. Hal ini dengan sendirinya berkaitan erat dengan falsafah hidup yang mengharapkan guru menjadi model manusia yang memiliki nilai-nilai luhur. Nilai-nilai luhur tersebut diharapkan bisa menjadi teladan bagi peserta didiknya. Martinis Yamin dan Maisah 2010: 9 mengemukakan pendapat tentang kompetensi kepribadian sebagai kemampuan personal yang dimiliki guru. Kompetensi kepribadian guru dapat digambarkan sebagai berikut: 1 Mantap; 2 Stabil; 3 Dewasa; 4 Arif dan bijaksana; 5 Berwibawa; 6 Berakhlak mulia; 7 Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; 8 Mengevaluasi kinerja sendiri; 9 Mengembangkan diri secara berkelanjutan Kunandar 2011: 75 mengemukakan standar kompetensi kepribadian guru, yaitu: 1 Mantap dan stabil. 2 Dewasa. 3 Disiplin dan arif. 4 Berwibawa. 5 Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan. Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang harus dimiliki guru yang tercermin dari tata kelakuan, tutur kata, dan perilaku sehari-hari. Dalam penelitian ini indikator yang digunakan terkait dengan kompetensi kepribadian guru sesuai dengan kompetensi inti guru dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru, yaitu: 1 Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia. 2 Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. 3 Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. 4 Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri. 5 Menjunjung tinggi kode etik profesi guru. c. Kompetensi Profesional Istilah profesional berasal dari profession. Arifin 1995: 105 mengemukakan bahwa profession mengandung arti yang sama dengan kata occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan khusus. Martinis Yamin 2007: 3 mengemukanan profesi mempunyai pengertian seseorang yang menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik, dan prosedur berlandaskan intelektualitas. Kunandar 2011: 45 menyebutkan bahwa profesional berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Jadi, profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu. M. Uzer Usman 2010: 14-15 mengemukakan bahwa profesional merupakan sebuah pekerjaan yang memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum. Kata profesional itu sendiri berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperi guru, dokter, hakim, dan sebagainya. Dengan kata lain, pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain. Berdasakan pendapat para ahli tentang profesional tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa profesional merupakan keahlian, kemampuan, dan keterampilan seseorang terhadap pekerjaan yang dimiliki yang diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan. Hal ini berarti guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. M. Uzer Usman 2010: 14-15. Atau dengan kata lain, guru profesional adalah orang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya. Guru yang profesional tentunya harus memiliki kompetensi profesional. Kompetensi profesional merupakan kompetensi yang harus dikuasai guru dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas utamanya, yaitu mengajar. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir c kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan guru untuk membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Pendidikan Nasional. Ayusita Mahanani 2011:56 menjelaskan kompetensi profesional sebagai kemampuan melaksanakan tugas pokok guru di bidang pembelajaran secara optimal, terutama dalam hal penguasaan dan pengembangan materi pembelajaran. Dwi Siswoyo 2011: 130 mengemukakan kompetensi profesional sebagai kemampuan yang harus dimiliki pendidik di sekolah berupa penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Dalam hal ini mencakup penguasaan materi pelajaran yang diampu, penguasaan kurikulum dan silabus sekolah, metode khusus pembelajaran bidang studi, dan wawasan etika dan pengembangan profesi. Martinis Yamin dan Maisah 2010: 11 mengemukakan kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi yang dimiliki, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuan. Dwi Siswoyo 2011: 136 menjelaskan prinsip-prinsip profesionalisme guru sebagai berikut: 1 Berdasarkan minat, panggilan jiwa, dan idealisme. 2 Profesi yang menuntut komitmen tinggi terhadap peningkatan mutu pendidikan, iman taqwa dan akhlak mulia. 3 Kualifikasi akademik dan latarbelakang pendidikan yang relevan. 4 Memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang tugasnya di sekolah. 5 Menuntut tanggungjawab tinggi atas tugas profesinya demi kemajuan bangsa. Yamin dan Maisah 2010: 11 juga menjelaskan kompetensi profesional secara lebih ringkas sebagai berikut: 1 Memiliki konsep struktur dan metode keilmuan yang sesuai dengan materi ajar yang diampu. 2 Materi ajar yang diampu ada dalam kurikulum sekolah. 3 Saling berhubungan antar mata pelajaran yang terkait. 4 Menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari. 5 Menggunakan konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional. M. Uzer Usman 2010: 17-19, kompetensi profesional yang harus dipenuhi atau dimiliki seorang guru atau calon guru adalah: 1 Penguasaan terhadap landasan pendidikan, yakni memahami tujuan pendidikan agar dapat mencapai tujuan pendidikan nasional, memahami fungsi sekolah sebagai bagian dalam masyarakat, memahami prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar. 2 Penguasaan terhadap bahan pengajaran yang diampu, yakni menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan menengah, menguasai bahan pengayaan. 3 Memiliki kemampuan untuk menyusun program pengajaran, yakni menetapkan tujuan pembelajaran, memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran, memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar, memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai, memilih dan memanfaatkan sumber belajar. 4 Melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan program yang telah disusun, yakni menciptakan iklim belajar yang tepat, mengatur ruangan belajar, dan mengolah interaksi belajar mengajar. 5 Melaksanakan penilaian hasil dan proses belajar mengajar, yakni menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran dan menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Berdasarkan berbagai pendapat tentang kompetensi profesional nampak bahwa kompetensi profesional merupakan kompetensi yang harus dikuasai guru dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas utamanya mengajar. dengan demikian kompetensi profesional membantu guru dalam menguasai jenis-jenis materi pembelajaran, mengurutkan materi pembelajaran, mengorganisasikan materi pembelajaran, dan mendayagunakan sumber belajar sebaik mungkin agar menghasilkan siswa yang berkualitas. Mulyasa 2013: 136-138 mengemukakan secara lebih khusus kompetensi profesional guru sebagai berikut: 1 Pemahaman terhadap Standar Nasional Pendidikan 2 Kemampuan mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 3 Penguasaan materi pembelajaran yang diampu. 4 Pengelolaan program pembelajaran. 5 Kemampuan mengelola kelas. 6 Menggunakan media dan sumber pembelajaran saat pembelajaran berlangsung. 7 Penguasaan terhadap landasan kependidikan. 8 Memahami dan melaksanakan pengembangan peserta didik. 9 Memahami dan menyelenggarakan administrasi sekolah. 10 Memahami penelitian dalam pembelajaran. 11 Menampilkan keteladanan dan kepemimpinan dalam pembelajaran. 12 Mengembangkan teori dan konsep dasar pendidikan. 13 Memahami dan melaksanakan konsep pembelajaran individual. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi profesional guru adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan guru dapat melaksankan tugas utamanya yaitu mengajar. Kompetensi profesional mengacu pada perbuatan yang bersifat rasional dan memiliki spesifikasi tertentu dalam melaksanakan tugas kependidikan. Guru sebagai tenaga profesional dituntut untuk memiliki kemampuan yang sesuai dengan bidangnya. Dalam penelitian ini indikator yang digunakan terkait dengan kompetensi profesional guru sesuai dengan kompetensi inti guru dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru, yaitu: 1 Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. 2 Menguasai standar kompetensi, dan kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu. 3 Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. 4 Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. 5 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. d. Kompetensi Sosial Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial diartikan sebagai suatu yang berhubungan dengan masyarakat. Sedangkan kata sosialisasi diartikan sebagai proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat dilingkungannya. Jadi kata sosial erat kaitannya dengan kehidupan yang berhubungan dengan orang lain yang berada di lingkungan sekitar tempat kita hidup, karena manusia tidak akan mampu hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Hal ini berarti kompetensi sosial guru berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Guru merupakan bagian dari kehidupan sosial masyarakat sehingga guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang memadai. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir d kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tuawali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Agus Wibowo dan Hamrin 2012: 124 mengemukakan kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi, menjalin kerja sama, dan berinteraksi secara efektif dan efisien, dengan anak didik, sesama pendidik, orang tuawali, maupun dengan masyarakat sekitar. Ayusita Mahanani 2011: 54 menjelaskan kompetensi sosial adalah kemampuan guru dalam menjalin relasi yang positif, empatik, dan santun dengan atasan, sesama guru dan pegawai, siswa, wali, murid, dan masyarakat. Dwi Siswoyo 2011: 131 mengemukakan kompetensi sosial sebagai kompetensi yang harus dimiliki guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengen peserta didik, sesama guru, orang tuawali, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini mencerminkan sikap profesional guru di hadapan anak didik maupun masyarakat sekitar. Moh Roqib dan Nurfuadi 2009: 132 mendefinisikan kompetensi sosial guru merupakan kemampuan guru dalam memahami dirinya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat dan mampu mengembangkan tugas sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Kompetensi sosial juga mengandung arti bahwa seorang guru tidak boleh membeda-bedakan peserta didik meski berbeda latar belakang ekonomi, sosial, maupun budayanya. Seorang guru harus bisa bersikap obyektif dimanapun berada. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang nampak pada kemampuannya untuk berkomunikasi secara efektif dengan lingkungan sekolah maupun dengan lingkungan masyarakat. Martinis Yamin dan Maisah 2010: 12 secara ringkas menerangkan kompetensi sosial guru sebagai berikut: 1 Berkomunikasi lisan dan tulisan 2 Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional 3 Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tuawali peserta didik, dan 4 Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar Kompetensi sosial guru memiliki poin-poin yang mencakup kewajiban seorang guru untuk ditetapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mulyasa 2013: 173 telah menguraikan hal tersebut lebih lanjut dalam RPP tentang guru, bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk: 1 Berkimunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat. 2 Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional. 3 Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tuawali peserta didik. 4 Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. Dalam penelitian ini indikator yang digunakan terkait dengan kompetensi sosial guru sesuai dengan kompetensi inti guru dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru, yaitu: 1 Bersifat inklusif dan bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. 2 Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. 3 Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya. 4 Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

4. Penilaian Kinerja Guru

Penilaian kinerja mempunyai hubungan dengan produktivitas suatu organisasi karena merupakan indikator dalam menentukan usaha untuk mencapai tingkat produktivitas yang lebih tinggi. Penialaian kinerja guru juga digunakan untuk mengetahui apakah tugas, tanggung jawab, dan wewenang guru sudah terlaksana atau belum. Kemendiknas 2011: 1 menjelaskan penilaian kinerja guru diperlukan untuk menjamin terjadinya proses pembelajaran yang berkualitas di semua jenjang pendidikan. Penilaian kinerja guru bermanfaat untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan sesuai dengan standar yang telah ditentukan dan sekaligus sebagai umpan balik bagi guru untuk dapat memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya. Mulyasa 2013: 90 menjelaskan pengertian penilaian kinerja guru sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja guru melalui pembinaan dan pengawasan yang dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan. Pembinaan dan pengawasan tersebut dapat dilakukan oleh sesama guru, kepala sekolah, maupun pengawas. Nanang Priatna 2013: 1 mengemukakan penilaian kinerja guru merupakan sistem penilaian yang dirancang untuk mengidentifikasi kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya melalui pengukuran penguasaan kompetensi yang ditunjukan dalam unjuk kerjanya. Kompetensi dalam penilaian kinerja guru disesuaikan dengan amanat Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru yaitu Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesional, dan Kompetensi Sosial. Kemendiknas 2011: 3 fungsi utama dari penilaian kinerja guru yaitu untuk menilai kemampuan guru dalam menerapkan kompetensi dan keterampilan yang diperlukan serta untuk mengehitung angka kreditnya. Hasil dari penilaian kinerja guru dapat menggambarkan kekuatan dan kelemahan guru dalam rangka memperbaiki maupun meningkatkan kualitas kinerjanya. Penilaian kinerja guru juga menjadi acuan untuk menentukan kebijakan dari kepala sekolah terkait dengan peningkatan kinerja dan mutu sekolah.

D. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Arum Mita Pertiwi Skripsi. Mahasiswi jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi yang meneliti tentang “Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SDMI se-Kecamatan Wadaslintang Kabupaten Wonosobo” penelitian tersebut menyatakan bahwa pe rsepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru penjasorkes tingkat SDMI se-Kecamatan Wadaslintang Kabupaten Wonosobo menunjukan kriteria tinggi yaitu 84,79 atau dengan total skor rata-rata 83, 94 dari total skor 99, dengan distribusi sebagai berikut: kompetensi kepribadian sebesar 89,15 atau dengan rata-rata 21,40 dari total skor 24, kompetensi pedagogik sebesar 87,34 dengan skor rata-rata 20,96 dari skor total 24, kompetensi profesional sebesar 79,82 dengan skor rata-rata 26,34 dari total skor 33, dan kompetensi sosial sebesar 84,70 dengan skor rata-rata 15,25 dari total skor 18. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama meneliti kinerja guru. Perbedaan penelitian terletak pada obyek yang diteliti dan lokasi penelitian. Pada penelitian yang dilakukan oleh Arum Mita Pertiwi obyek penelitian adalah guru penjasorkes SDMI di Kecamatan Wadaslintang Kabupaten Wonosobo. Sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti obyek penelitiannya adalah guru IPS SMP di Kota Yogyakarta. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Asih Rahayu Skripsi, yang meneliti tentang “Peran Kepala Sekolah sebagai Motivator dalam Pengoptimalan Kinerja Guru dan Karyawan di SMK Yayasan Pendidikan Ekonomi YPE Cilacap”. Penelitian tersebut menyatakan bahwa peran kepala sekolah sebagai motivator untuk mengoptimalkan kinerja guru dan karyawan di SMK YPE Cilacap yaitu dengan 1 membuat empat program, yaitu a memfokuskan pada pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di sekolah, b mengembangkan kreativitas guru dalam mengajar dengan membuat program tahunan, program semester, dan rencana program pembelajaran yang mengikuti kurikulum terbaru yakni kurikulum 2013, c penyediaan sarana dan prasarana, dan d menegakan disiplin di lingkungan sekolah dengan memberikan contoh hadir tepat waktu pada jam kerja; 2 pelaksanaan program berjalan cukup baik. Meskipun masih ada kendala, kepala sekolah bersikap tanggap terhadap permasalahan yang ada dan melakukan pengawasan secara langsung dan tidak langsung; 3 kepala sekolah melakukan evaluasi kinerja guru dan karyawan mulai dari proses pelaksanaan sampai dengan pembuatan laporan hasil kerja. Perbedaan dengan penelitian tersebut yaitu pada obyek yang diteliti. Penelitian Asih Rahayu meneliti peran dari kepala sekolah sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu tentang penilaian kepala sekolah.

E. Kerangka Berpikir

Persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru merupakan suatu proses dimana kepala sekolah memberikan respontanggapan terhadap kinerja guru. Persespi dilakukan berdasarkan pengumpulan datainformasi termasuk juga respon dan kesan terhadap kinerja yang dilakukan oleh guru dalam melakasanakan tugas-tugas kependidikan di sekolah. Persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru akan mempengaruhi sikap, perilaku, dan kebijakan yang akan diambil kepala sekolah tersebut. Sesuai dengan Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen kinerja guru pada penelitian ini mencakup empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Melalui persepsi kepala sekolah tersebut akan menjelaskan atau menggambarkan bagaimana kinerja guru IPS. Melalui hasil yang diperoleh tersebut dapat menjadi bahan bagi kepala sekolah untuk mengambil kebijakan agar guru dapat memiliki kinerja yang lebih baik, selain itu dapat pula sebagai masukan bagi guru untuk memperbaiki dan mengembangkan kinerjanya.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, BUDAYA SEKOLAH, DAN PENGELOLAAN STRES TERHADAP KINERJA GURU DI SMP NEGERI KOTA GUNUNGSITOLI.

0 3 39

PERSEPSI GURU TENTANG POLA MANAGERIAL KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI GURU TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH Persepsi Guru Tentang Pola Managerial Kepala Sekolah Dan Motivasi Guru Terhadap Kinerja Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri Di Kecamatan Kebakkramat Tah

0 4 17

PENGARUH PROFESIONALISME GURU DAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA Pengaruh Profesionalisme Guru Dan Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Di SMA Sragen Kota.

0 2 12

PENDAHULUAN Pengaruh Profesionalisme Guru Dan Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Di SMA Sragen Kota.

0 3 7

HUBUNGAN IKLIM ORGANISAI DAN PERSEPSI TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU DI SMP NEGERI KOTA MEDAN.

0 1 12

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DAN PERSEPSI TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU DI SMP NEGERI KOTA MEDAN.

0 0 22

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN PERSEPSI GURU TERHADAP SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU SMP NEGERI DI KOTA MEDAN.

0 2 21

PENGARUH KINERJA KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURU TERHADAP BUDAYA MUTU PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI : Survey Terhadap Persepsi Guru di Kota Bandung.

0 16 93

Pengaruh Komitmen Guru dan Persepsi Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SMA Negeri Di Kota Sawahlunto.

0 1 15

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOHESIVITAS GURU DI SMP NEGERI KOTA YOGYAKARTA.

0 0 194