22 terjadi karena perubahan iklim akibat dari pemanasan global global
warming.
7. Konflik Sosial
Menurut Yosandi Yulius 2009: 17, Konflik sosial dalam konteks ini diartikan sebagai perkelahian antar masyarakat atau perkelahian
yang melibatkan massa yang besar dan melibatkan antar kelompok, golongan maupun suku bangsa. Konflik sosial ini dapat dipahami
sebagai akibat adanya upaya-upaya untuk menguasai sumber-sumber daya atau kekuasaan yang berkenaan dengan kepentingan umum.
Upaya-upaya untuk menguasai kekuasaan tersebut antara lain memperebutkan atau mempertahankannya dengan cara konflik dan
saling menghancurkan. Konflik ini umumnya didahului dengan konflik pribadi dan aksi premanisme.
Konflik sosial dapat menjadi bencana ketika telah mewujud menjadi kekerasan yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa,
kerusakan sarana prasarana umum dan tempat tinggal serta meninggalkan trauma psokologis yang amat dalam. Sebut misalnya
tragedi Sambas dimana suku Madura konflik dengan suku Melayu dan Dayak, Tragedi Poso dan Maluku yang memporak-porandakan
kerukunan umat beragama, konflik politik di Aceh yang amat berkepanjangan sehingga tidak terhitung lagi berapa korban jiwa dan
harta benda akibat pertikaian GAM dan pemerintah pusat, juga tragedi Mei 1998 yang memicu krisis Multidimensi di Indonesia.
23
8. Teror
Menurut Yosandi Yulius 2009: 17,Teror adalah suatu kondisi takut yang nyata, perasaan luar biasa akan bahaya yang mungkin
terjadi. Keadaan ini sering ditandai dengan kebingungan atas tindakan yang harus dilakukan selanjutnya. Tujuan teror adalah menarik opini
publik dan penguasa atau pihak tertentu guna menimbulkan rasa takut dan memperkuat posisi tawar untuk mencapai kehendak tertentu.
Sasarannya adalah sarana atau objek vital seperti kantor pemerintah, sarana transportasi dan komunikasi, industri, tempat keramaian seperti
tempat pariwisata atau pasar modern mall, instlasi militer, hotel dan lain-lain yang mempunyai daya tarik apabila dihancurkan.
Selain pengetahuan mengenai makna dan jenis-jenis bencana, penting pula untuk diketahui untuk skala bencana agar bencana dapat
ditangani secara efisien dan efektif. Skala bencana atau tingkat bahaya bencana serta risiko yang dapat ditimbulkannya sebagaimana
tercantum dalam tabel berikut ini hanyalah merupakan gambaran umum, tidak mewakili keadaan yang sesungguhnya.
Tabel 1. Tabel Skala Bencana Sumber Ari Priambodo:2009; di dalam buku Yosandi Yulius, 2009: 18
SKALA TINGKAT
BAHAYA MANUSIA
BANGUNAN A
Ringan Cedera
Rusak Ringan B
Menengah Luka paah
Rusak Sedang C
Berat Cacat Permanen
Rusak Sedang D
Dasyat Meninggal dunia
Hancur
24
C. Tahapan Penanggulangan Bencana
Pada prinsipnya, sistem pemantapan penanggulangan bencana itu bersifat simultan, tidak berjalan sepotong-sepotong. Meskipun demikian,
diperlukan gambaran secara garis besar untuk membedakannya satu tahapan dengan tahapan yang lainnya. Secara umum sistem tanggap
bencana tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut:
1. Pra Bencana
a. Kesiagaan
Kesiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta
melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna Ramli, Manajemen Bencana, 2010.
b. Peringatan dini
Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang tentang
kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang BNPB, 2009. Peringatan dini
diperlukan untuk memberikan peringatan kepada masyarakat tentang bencana yang akan terjadi sebelum kejadian seperti
banjir, gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi atau badai. Peringatan dini harus segera disampaikan kepada semua pihak,
khususnya mereka yang yang potensi terkena bencana akan