Prinsip Kebijakan Luar Negeri Cina dalam UNFCCC

60 dengan negara lain. Selanjutnya, prinsip kedua adalah bersama-sama menentang adanya suatu agresi. Kemudian, prinsip ketiga adalah tidak adanya intervensi dari pihak manapun termasuk dalam pelaksanaan hubungan internasional. Prinsip keempat adalah adanya persamaan hak dan keuntungan bersama. Kemudian prinsip terakhir adalah adanya koeksistensi damai dalam pembangunan hubungan diplomatik, ekonomi, maupun pertukaran kebudayaan dengan negara lain. Menurut PM Wen Jiabao Jiabao 2011, Cina mempunyai prinsip kebijakan luar negeri yang bebas merdeka dan damai. Kebijakan ini mempunyai pengertian bahwa semua negara harus merdeka tidak ada imprealisme dari pihak manapun dan bebas mengembangkan berbagai aspek kepentingan negara seperti pengembangan ekonomi, politik, dan sosial demi kesejahteraan bersama. Selanjutnya, makna damai adalah negara ini menginginkan kehidupan yang damai antar negara di dunia. Selain itu, Cina membangun kerjasama dengan negara- negara lain seperti AS, Rusia dan Uni Eropa untuk membangun dunia agar damai. Pada dasarnya, perkembangan Cina dalam berbagai aspek contohnya: ekonomi, politik, dan sosial tidak akan mengganggu dan mengancam negara manapun sesuai dengan prinsip kebijakan luar negerinya dan akan terus berjalan secara turun temurun. Pada pelaksanaan konferensi perubahan iklim termasuk saat konferensi Copenhagen 2009, menurut Chingk Lee dikutip dalam Felisia 2008, 8 Cina mempunyai sejumlah prinsip diplomasi lingkungan yang harus dipegang teguh, yaitu; prinsip kedaulatan, independensi, hak untuk membangun right to development, serta prinsip tanggung jawab negara-negara maju untuk mengalokasikan bantuan finansial dan teknologi bagi negara-negara berkembang. Felisia 2008, 8 menjabarkan prinsip-prinsip tersebut lebih lanjut. Prinsip 61 kedaulatan mengandung pengertian bahwa semua negara di dunia adalah sama dan tidak ada pemisahan antara negara besar ataupun kecil, terutama tidak adanya dominasi dari suatu negara. Selanjutnya, independensi mempunyai pengertian bahwa semua negara harus mandiri dan tidak tergantung dengan negara lain serta memiliki hak untuk menentukan nasib sendiri. Kemudian, hak untuk membangun berarti semua negara berhak untuk meningkatkan perekonomiannya guna mensejahterakan seluruh warga negaranya. Prinsip terakhir adalah Cina menganggap aktor penyebab utama terjadinya perubahan iklim adalah akibat dari kegiatan industri negara maju yang telah berlangsung lama sehingga negara-negara tersebut harus bertanggung jawab dengan memberikan bantuan finansial dan transfer teknologi ke negara-negara berkembang. Dengan adanya prinsip ini, dampak negatif dari perubahan iklim diharapkan dapat mendorong semua pihak untuk menyadari bahwa tindakan yang kongkrit dan cepat sangat dibutuhkan guna kemaslahatan hidup umat manusia pada masa mendatang.

B. Aktor-aktor dalam Pembuatan Kebijakan Luar Negeri Cina dalam

UNFCCC pada Konferensi Copenhagen Tahun 2009 Pada pelaksanaan kebijakan luar negeri Cina, sesuai Pasal 89 konstitusi negara ini, seorang perdana menteri PM mempunyai tugas untuk mewakili negaranya dalam membangun hubungan internasional Lieberthal 1995, 373. Pada tahun 2009, PM Wen Jiabao, mewakili pemerintah Cina dalam UNFCCC pada konferensi perubahan iklim di Copenhagen, Denmark Xianzhi ed. 2009. Selain PM Cina yang menjadi aktor dalam konferensi perubahan iklim terdapat instansi pemerintah lain yang tergabung dalam delegasi tersebut seperti Ministry of Foreign Affairs MFA. Menurut Heggelund 2007, 173 MFA 62 memainkan peranan penting dalam proses politik internasional tentang perubahan iklim meskipun instansi ini kurang dilibatkan dalam bidang sains dan teknis. Selain itu, Heggelund menambahkan 2007, 173 dengan MFA mewakili pemerintah Cina sebagai kepala negosiasi, perubahan iklim dipandang sebagai masalah dalam kebijakan luar negeri dan karena itu dipengaruhi oleh isu lainnya di bawah lingkup kementerian. Selain MFA juga terdapat The National Development and Reform Commission NDRC. Menurut Heggelund 2007, 171 NDRC merupakan salah satu komisi yang paling kuat di Cina dan merupakan komisi utama perencanaan ekonomi serta bertanggung jawab bagi pembangunan ekonomi. Heggelund menambahkan 2007, 172 selain menangani masalah ekonomi, NDRC juga bertanggung jawab untuk mengembangkan energy security. Ketika NDRC menjadi wakil ketua delegasi untuk negosiasi dalam perubahan iklim dan memimpin diskusi tingkat tinggi, serta bekerjasama dengan MFA maka perkembangan ekonomi dan isu-isu energi merupakan perhatian utama Cina Heggelund 2007, 172.

C. Tujuan Kebijakan Luar Negeri Cina dalam UNFCCC pada saat

Konferensi Copenhagen Tahun 2009 Kebijakan perubahan iklim internasional secara umum merupakan topik yang sensitif karena terkesan menghambat perkembangan ekonomi suatu negara. Oleh karena itu, pada saat negosiasi, bagi MFA negara-negara industri maju harus bertanggung jawab atas perubahan iklim global yang terjadi dan selalu menekankan perlunya melakukan transfer teknologi dan membentuk mekanisme pendanaan internasional Heggelund 2007, 173. Transfer teknologi merupakan pemberian teknologi maju dari negara industri maju ke negara berkembang, agar