37
3. Kondisi Ekonomi
a. Konsep Sistem Ekonomi Cina pada Masa Mao Hingga Saat Ini tahun
1954-2009 Menurut Reynolds 1984, 73 Sekitar tahun 1950an, Cina merupakan
negara agraris yang sangat luas dan hasil pertaniannya mampu mencapai 35 persen dari gross national product GNP dan sekitar 70 persen rakyatnya masih bekerja
di ladang. Selanjutnya, Lieberthal 1984, 56 menjelaskan bahwa pada masa pemerintahan Mao Zedong periode 1954-1959, sekitar 80 persen rakyatnya
tinggal di daerah pedesaan dan sebagian besar dari mereka bekerja sebagai petani. Pada saat itu, Cina hanya bergantung dari hasil pertanian, sehingga menjadikan
negara ini menjadi salah satu negara miskin di dunia. Menurut Naisbitt 2010, 37 pada masa Mao Zedong terdapat sistem yang
disebut da-guo-fan yang berarti di dalam satu kuali besar. Sistem tersebut dipandang sebagai jaminan bahwa kebutuhan rakyat akan terpenuhi dengan asumsi
bahwa setiap orang akan mendapat jumlah makanan yang sama tanpa memandang nilai kerjanya dalam penciptaannya. Namun, sistem tersebut hampir tidak
memberikan hasil apa pun kepada semua orang. Dalam penelitiannya Irham 2009, 1 menyebutkan bahwa pada tahun
1958, Mao Zedong mencetuskan kampanye lompatan jauh ke depan the great leap forward yaitu program industrialisasi yang radikal namun mengalami kegagalan.
Wibowo dikutip dalam Irham 2009, 1 menjelaskan bahwa kegagalan program ini karena sikap Mao Zedong yang konservatif dan alergi terhadap keterbukaan
sehingga mengakibatkan Mao Zedong mengundurkan diri sebagai Presiden Cina pada tahun 1959.
38 Reynolds 1984, 71 menjelaskan bahwa sebagai negara agraris, total
ekspor yang berasal dari produk hasil pertanian Cina pada awal tahun 1950 sekitar 50 persen, sementara pada tahun 1969 sekitar 37 persen, dan pada tahun 1979
menurun drastis hingga sekitar 23 persen. Namun, pada awal tahun 1980, Cina menjadi negara importir produk pertanian sehingga total nilai impornya melebihi 1
Milliar USD. Hal ini terjadi karena pada tahun 1979 terjadi transformasi perekonomian yang besar di Cina.
Kemudian, menurut Irham 2009, 1 pasca meninggalnya Mao Zedong pada tahun 1976 terjadi transisi politik di Cina dengan munculnya Deng Xiaoping
sebagai pemimpin baru. Deng Xiaoping mempunyai visi baru mengenai komunisme negaranya serta menghasilkan kemajuan perekonomian yang
signifikan. Visi baru tersebut diwujudkan dengan menjunjung tinggi ideologi komunisme dengan tetap memegang teguh kekuasaan partai namun tetap memulai
proses liberalisasi dan modernisasi di Cina. Elizabeth J. Perry dikutip dalam Naisbitt 2010, 22 menjelaskan bahwa
Cina mengambil bagian-bagian kapitalisme sebagai alat yang bermanfaat untuk mencapai sasaran ekonomi, tetapi tidak melepas pijakan politiknya. Pada sistem
pembangunan perekonomiannya, Cina mempunyai sistem ekonomi khusus yang hanya dimiliki oleh Cina. Sistem ekonomi ini muncul pada tahun 1978 masa
pemerintahan Deng Xiaoping yang memiliki slogan gaige kaifang yang berarti reformasi dan membuka diri Wibowo 2007, 2.
Menurut Heggelund 2007, 158 Deng Xiaoping melaksanakan inisiatif kebijakan ekonomi yang menjadi prioritas politik Cina dan dianggap telah berhasil
mengurangi kemiskinan serta dapat memperbaiki tingkat hidup masyarakatnya. Heggelund menambahkan 2007, 158 bahwa bentuk kebijakan ekonomi Deng