26
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akhlak Remaja
Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas bahwa masa remaja awal adalah masa bangkitnya akal ratio, nalar reason dan kesadaran
consciousness. Dalam masa ini terdapat energi dan kekuatan fisik yang luar biasa serta tumbuh keingintahuan dan keinginan coba-coba. Mereka juga
banyak menghadapi masalah terutama yang berhubungan dengan akhlak dan agama. Perkembangan keberagamaan remaja sangat berpengaruh terhadap
akhlakmoralnya. Oleh karena itu dalam pembinaan akhlakmoral remaja, agama mempunyai peranan penting, karena nilai-nilai moral yang datang dari
agama sifatnya tetap, tidak berubah-ubah oleh waktu dan tempat..
49
Untuk lebih jelas lagi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak remaja, Bambang Syamsul Arifin menyebutkan bahwa pengaruh
tersebut bersumber dari dalam diri sendiri dan bersumber dari faktor luar seperti berikut ini:
50
a. Faktor Intern
1. Faktor Hereditas Hereditas adalah totalitas sifat-sifat karakteristik yang dibawa atau
dipindahkan dari orang tua ke anak keturunannya.
51
Salah satu pewarisan orang tua kepada anaknya adalah pewarisan yang bersifat tingkah laku baik
terpuji maupun tercela.
52
Dengan demikian orang tua yang memiliki akhlak yang baik, maka kemungkinan anak juga memiliki akhlak yang
baik atau terpuji begitu pula sebaliknya. 2. Tingkat Usia
48
A. Nasir, Peranan..., h. 67
49
Daradjat, Ilmu…, h. 84
50
Arifin, Psikologi…, h. 78
51
Abdul Mujib, Fitrah dan Kepribadian Islam, Jakarta: Darul Falah, 1999, h. 95
52
Mujib, Fitrah…, h. 96
27
Sebagaimana telah dijelaskan dahulu bahwa remaja pada masa ini sedang mengalami Sturm und drang atau storm and stress, yang berarti
masa ketidakstabilan perasaan dan emosi. Keadaan tersebut terefleksi kepada akhlakmoralnya. Jika keraguan atau kebimbangan berakhir dengan
tunduk kepada ketentuan yang ada, maka akhlak remaja tersebut dapat dikatakan baik begitu pula sebaliknya.
3. Kepribadian Kepribadian menurut pandangan psikologi terdiri dari dua unsur, yaitu
unsur hereditas dan pengaruh lingkungan. Hubungan antara kedua unsur inilah yang membentuk kepribadian dan menyebabkan munculnya tipologi
lebih menekankan pada unsur bawaan dan tak dapat diubah dan munculnya karakter lebih menekankan adanya pengaruh lingkungan dan
dapat diubah. Kepribadian yang berawal dari unsur bawaan sering disebut juga
sebagai identitas jati diri seseorang yang sedikit-banyak menampilkan ciri-ciri pembeda dari individu lain di luar dirinya. Perbedaan dalam
kepribadian inilah diperkirakan berpengaruh terhadap perkembangan aspek-aspek lainnya termasuk jiwa agama yang berpengaruh terhadap
akhlaktingkah lakunya. 4. Kondisi Kejiwaan
Kondisi kejiwaan terkait dengan kepribadian sebagai faktor intern. Menurut Bambang Syamsul Arifin, ada beberapa model pendekatan yang
mengungkapkan hubungan ini yaitu: a
Model Psikodinamik Sigmund Freud yang menunjukkan bahwa gangguan kejiwaan ditimbulkan oleh konflik yang
tertekan di alam ketidaksadaran manusia, dan konflik ini akan menjadi sumber gejala kejiwaan yang abnormal.
b Pendekatan biomedis, fungsi tubuh yang dominan
mempengaruhi kondisi seseorang, penyakit ataupun factor genetik atau konisi sistem syaraf diperkirakan menjadi
sumber munculnya perilaku yang abnormal.
c Pendekatan eksistensial, menekankan pada dominasi
pengalaman kekinian manusia, Dengan demikian sikap
28
manusia ditentukan oleh stimulan rangsangan lingkungan yang dihadapinya saat itu.
53
Di antara sebab kegoncangan jiwa dan perasaan yang sering terjadi pada masa remaja adalah pertentangan dan ketidakserasian yang terdapat
dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.
54
b. Faktor Ekstern 1. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak, oleh karena itu kedudukan keluarga terutama orang tua dalam membentuk
akhlakmoral anak sangatlah dominan. Jika orang tua menunjukkan sikap dan tingkah laku yang baik, anak akan cenderung mengidentifikasikan
sikap dan tingkah laku orang tuanya itu pada dirinya. Begitu pula sebaliknya. Selain itu kegoncangan dalam keluarga misalnya, hubungan
ibu-bapak dan anak-anak yang kurang erat, keadaan keluarga yang bercerai berai atau perpisahan yang terlalu lama, dapat menyebabkan kelainan
perilaku anak termasuk remaja. 2. Lingkungan Institusional
Lingkungan institusional yang ikut mempengaruhi akhlakmoral remaja dapat berupa instutusi formal seperti sekolah ataupun yang
nonformal seperti berbagai perkumpulan dan organisasi. Sekolah merupakan lembaga formal yang mempunyai program yang
sistematik dalam melaksanakan bimbingan, pengajaran dan latihan kepada anak agar mereka berkembang sesuai dengan potensinya. Menurut Hurlock
seperti yang dikutip oleh H. Syamsu Yusuf, pengaruh sekolah terhadap perkembangan moralakhlak anak terutama pada masa remaja sangat besar,
karena sekolah merupakan substitusi dari keluarga sementara guru-guru merupakan substitusi dari orang tua.
55
53
Arifin, Psikologi…, h. 82
54
Daradjat, Ilmu Jiwa… , h.119
55
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010, Cet. 11, h. 140
29
Sekolah juga merupakan lingkungan sekunder. Bagi anak yang sudah bersekolah, lingkungan yang setiap hari dimasukinya selain rumah adalah
sekolahnya. Anak remaja yang sudah duduk di bangku SLTP atau SLTA umumnya menghabiskan waktu sekitar tujuh jam sehari di sekolahnya. Ini
berarti hampir sepertiga dari waktunya setiap hari dilewatkan remaja di sekolah. Tidak mengherankan kalau pengaruh sekolah terhadap
pembentukan akhlakmoral remaja cukup besar. Adapun fator yang berpengaruh di sekolah bukan hanya guru dan sarana serta prasarana
pendidikan saja, pergaulan antar teman pun besar pengaruhnya terhadap akhlakmoral anak.
56
3. Lingkungan Masyarakat Yang dimaksud lingkungan masyarakat di sini adalah situasi atau
kondisi yang berpengaruh terhadap perkembangan fitrah beragama dan berakhlak. Dalam masyarakat, individu terutama anak-anak dan remaja
akan melakukan interaksi sosial dengan teman sebayanya atau anggota masyarakat lainnya. Apabila teman sepergaulan itu menampilkan perilaku
yang sesuai dengan nilai-nilai agama berakhlak baik, maka anak remaja pun cenderung akan berakhlak baik. Namun apabila temannya
menampilkan perilaku yang kurang baik amoral, maka anak remaja pun cenderung mengikuti pengaruh tersebut. Hal ini akan terjadi apabila anak
atau remaja kurang mendapatkan bimbingan dalam keluarganya. Dengan melihat berbagai faktor yang mempengaruhi akhlak remaja,
baik faktor intern atau ekstern, maka untuk membentuk remaja yang shaleh pola pikir, sikap dan perilaku yang sesuai dengan ajaran agama,
diperlukan adanya lingkungan yang kondusif bagi perkembangan kesadaran beragama remaja sebagai dasar untuk mewujudkan remaja yang
berakhlak mulia.
2. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga