21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 2.1 . Rangkuman Karakteristik Instrumen Penentuan Ukuran Partikel.
Metode Analisa Lingkungan sampel yang
dianalisa Kece-
patan analisa
Print- out
Data Rentang ukuran
partikel µm Bi-
aya Gas
Cairan berair
Cairan tak
berair Repli-
ka 0,001
- 10 1-10
10- 100
100- 1000
↑ ↓ Pengayakan
√ √
√ √
√ √
M ik
ro sk
o p
Caha- ya
Manual √
√ √
√ √
√ √
Semi- otomatis
√ √
√ √
√ √
√ Otomatis
√ √
√ √
√ √
√ √
√ Elektron
√ √
√ √
√ √
Zona Aliran Listrik √
√ √
√ √
√ √
√ Pemotong
cahaya laser
Difraksi √
√ √
√ √
√ √
√ √
Doppler √
√ √
√ √
√ √
√ Sedimen-
tasi Gravitasi
√ √
√ √
√ √
√ √
Sentrifu- gasi
√ √
√ √
√ √
√ [Sumber : M. E. Aulton, 2001, telah diolah kembali]
2.6.4. Penentuan Kandungan Obat dan Efisiensi Penjerapan
Penentuan kandungan obat dalam mikropartikel dilakukan untuk
mengetahui banyaknya zat aktif yang terjerap di dalam mikropartikel tersebut sehingga dapat diketahui apakah metode pembuatan mikropartikel yang
digunakan efisien atau tidak. Evaluasi dapat dilakukan dengan metode analisa kuantitatif menggunakan
spektrofotometri UV. Pelarut yang digunakan berdasarkan kelarutan zat aktif atau polimer yang digunakan. Matriks perlu dihancurkan untuk melepas obat yang
terjerap di dalamnya sehingga diperoleh kadar obat yang terjerap secara akurat. Perusakan dapat dilakukan dengan cara penggerusan, pengadukan dengan
kecepatan tinggi maupun perendaman pada pelarut yang dapat melarutkan matriks mikropartikel. Persen penjerapan diperoleh dengan membandingkan jumlah
kandungan zat inti yang diperoleh dengan jumlah zat inti teoritis Adiningsih, U.T., 2012.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi efisiensi penjerapan obat pada mikropartikel kitosan di antaranya sifat kelarutan obat, konsentrasi polimer,
perbandingan polimer dengan obat, dan kecepatan pengadukan V.R. Sinha et al.,
22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2004. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa peningkatan konsentrasi kitosan akan meningkatkan viskositas larutannya dan hal ini dapat meningkatkan
efisiensi penjerapan dengan mencegah kristal obat meninggalkan droplet partikel V.R. Sinha et al., 2004.
Perbandingan obat dengan polimer, Dhawan dan Singla et al., 2003 dikutip dalam V.R. Sinha et al., 2004 melaporkan bahwa pemasukkan obat
yang terlalu banyak akan menurunkan efisiensi penjerapannya. Terlebih lagi pemasukkan obat yang terlalu banyak menyebabkan permukaan mikropartikel
yang tidak halus Miglani, 2002 dalam V.R. Sinha et al., 2004. Untuk kecepatan pengadukan, Singla et al., 2001 dikutip dalam V.R.
Sinha et al., 2004 melaporkan bahwa ketika nifedipin dicampurkan ke dalam larutan kitosan dengan pengadukan selama proses pembuatan mikropartikelnya,
efisiensi penjerapan mengalami peningkatan. Dalam hal ini pengadukan membuat obat terdispersi secara homogen dalam larutan polimer.
Kelarutan obat juga sangat berpengaruh terhadap efisiensi penjerapan karena menentukan proses pemasukkan obat ke dalam mikropartikel.
2.6.5. Pelepasan Obat dari Mikropartikel secara In Vitro
Uji pelepasan in vitro dilakukan untuk mengukur laju dan jumlah pelarutan obat dalam suatu medium. Hasil uji disolusi in vitro akan memberikan gambaran
profil pelepasan obat dari mikropartikel dalam tubuh yaitu bagaimana kecepatan dan ketersediaan zat aktif dalam tubuh untuk memberikan efek terapeutik yang
diinginkan Adiningsih, U.T., 2012. Noyes dan Whitney menggambarkan proses pelepasan bahwa pelepasan zat padat dimulai dengan pelarutan bahan pada
permukaan partikel zet aktif yang membentuk larutan jernih di sekeliling partikel. Obat yang terlarut dalam larutan jernih diasumsikan sebagai stagnan layer atau
lapisan tetap yang tipis, yang selanjutnya berdifusi dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah.
Adapun persamaan yang menggambarkan persamaan laju disolusi adalah : =
Keterangan: dCdt = Perubahan konsentrasi suatu fungsi obat terhadap perubahan waktu, k = Konstanta kecepatan disolusi,
Cs = konsentrasi larutan jenuh, Ct = konsentrasi zat terlarut pada waktu t
2,2