9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
adanya  aliran  caiaran  paru-paru  dan  kemudian  dikeluarkan  dari  saluran pernapasan  melalui mucociliary  escalator Jeffery,  1995,  dalam  Tronde,  A.,
2002.
4. Lapisan Cairan Epitel
Partikel  padat  obat  untuk  saluran  pernapasan  harus  terbasahi  dan  terlarut sebelum  dapat  memberikan  efek  terapinya.  Meskipun  tingkat  kelembaban  di
dalam  paru-paru  mendekati  100,  lapisan  cairan  pada  epitel  ini  kecil, ketebalannya  berkisar  5-10  µm  dan  berangsung-angsur  menurun  sepanjang
saluran pernapasan sampai alveoli 0,05-0,08 µm Patton, 1996, Wiedmann et al., 2000, dalam Tronde, A., 2002.
5. Surfaktan Paru-paru
Sel epitel tipe dua secara aktif mengeluarkan surfaktan paru-paru. Sekitar 85-90  komponennya  merupakan  fosfolipid  dan  sisanya  adalah protein.
Fosfolipid yang dikandung 90 diantaranya adalah fosfogliserol. Surfaktan paru- paru
terletak  di  dinding  internal  wilayah  alveolar  dan  memiliki  fungsi  utama menurunkan  tegangan  permukaan, mempertahankan  morfologi  dan  fungsi
pernapasan  Glyn  Taylor and  lan  Kellaway,  2001 juga pertahanan  paru-paru melawan adhesi mikroorganisme dan meningkatkan fagositosis oleh sel makrofag
Hamm et  al.,1992,  dalam Tronde,  A.,  2002. Surfaktan  mengalami  proses metabolisme konstan dan dinamis termasuk pembersihannya melalui mucociliary
escalator,  fagositosis,  dan  daur  ulang.  Waktu  paruh  fosfolipid yang disekresikan telah  dibuktikan  yaitu  15-30  jam.
Rangsangan  seperti  peningkatan  tingkat ventilasi  dan inflasi  paru-paru volume  tinggi merangsang  sekresi  surfaktan  dari
bagian  lamelar  pada  sel alveolar tipe II Hamm et  al.,1992,  dalam Tronde,  A.,
2002. Implikasinya pada penghantaran obat, lapisan surfaktan menyelimuti jalan
napas  dan lapisan  cairan  alveolar  dengan  bagian  rantai  asam  lemak  yang menghadap ke permukaan Patton, 1996,
dalam Tronde, A., 2002 sehingga dapat terjadi  interaksi  antara  fosfolipid  surfaktan  dengan  obat  inhalasi.  Misalnya
, surfaktan
paru-paru ditunjukkan
untuk meningkatkan
kelarutan glukokortikosteroid, yang dapat mempengaruhi waktu tinggal steroid dalam paru-
paru Wiedmann et al., 2000 dalam Tronde, A., 2002
. Selanjutnya, interaksi kuat
10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dari polipeptida ditirelix dan siklosporin A dengan fosfolipid telah dibuktikan dan telah  disarankan
untuk  membatasi  penyerapan  dari  paru-paru,  sehingga menyebabkan  retensi  berkepanjangan  obat di  paru-paru  McAllister et  al.,  1996
dalam Tronde, A., 2002 . Penggunaan surfaktan eksogen sebagai pembawa untuk
pemberian  obat  paru-paru telah  diusulkan  sebagai  sarana  untuk  meningkatkan penyebaran obat  dalam  paru-paru  Van  t  Veen et  al.,  1999
dalam  Tronde,  A., 2002
.  Namun, interaksi  yang  kompleks  antara  obat  dan  surfaktan  paru-paru, harus dipertimbangkan dalam pengembangan obat.
6. Mucociliary Clearance
Mucociliary  clearance merupakan  mekanisme  pertahanan  paru-paru  yang paling  penting.  Berkoordinasi  dengan  pergerakan  silia,  mucus  disapu  bersihkan
dari  nasal  dan  paru-paru  menuju  faring  dan  kemudian  ditelan.  Kecepatan clearance pada hidung rata-rata 3-25 mmmin Mygind et al.,1998,
dalam Tronde, A.,  2002.  Mucus
terutama  disekresikan  dari  sel  serosa  darikelenjar  submukosa dan  dari  sel  goblet  ,  dan  terdiri  dari  air  95  ,  glikoprotein  mucins  2  ,
protein  1,  garam  anorganik  1, dan  lipid  1  Samet et  al.,  1994 dalam
Tronde,  A.,  2002 .  Peraturan  kadar  air  sangat  penting  yang  signifikan  untuk
mempertahankan sifat viskoelastik optimal. Implikasinya untuk penghantaran obat, yaitu waktu tinggal obat inhalasi di
paru-paru  tergantung pada  lokasi  pengendapan.  Sebuah  proporsi  yang  signifikan dari  obat  dalam  mencapai  paru-paru  dari  sediaan  inhalasi  adalah  terperangkap
dalam  lendir  di  saluran  pernapasan.  Kemampuan  obat  untuk  menembus penghalang  lendir  tergantung  pada  muatan  partikel,  kelarutan,  lipofilisitas,  dan
ukuran  Bhat et  al.,  1995;  Rubin  ,  1996 dalam  Tronde,  A.,  2002
.  Misalnya, mengurangi  transportasi  di  lapisan  lendir  pernapasan  telah  dibuktikan  secara in
vitro untuk  kortikosteroid  Hashmi et  al., 1999 dalam  Tronde,  A.,  2002
dan antibiotik Lethem, 1993
dalam Tronde, A., 2002
2.2.3.3. Faktor farmasetika
Faktor terkait formulasi yang mempengaruhi sistem penghantaran obat ini adalah ukuran,  bentuk,  kerapatan  dan  stabilitas  fisik  partikel. Partikel  dengan
ukuran  lebih  dari  10  µm  akan  bertubrukan  pada  saluran  pernapasan  bagian  atas