5. Mekanisme Pelepasan Obat TINJAUAN PUSTAKA

20 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menghasilkan mikropartikel. Untuk menentukan nilai persen perolehan kembali digunakan rumus Kumar et al., 2011: = × 100 Keterangan : PK = faktor perolehan kembali g. W m = bobot mikropartikel yang diperoleh g. W t = bobot bahan pembentuk mikropartikel

2.6.2. Pemeriksaan bentuk dan morfologi permukaan

Bentuk dan morfologi mikropartikel diamati dengan menggunakan alat Scanning Electron Microscope SEM Gowda D.V, et al, 2010. SEM sangat cocok digunakan dalam situasi yang membutuhkan pengamatan permukaan kasar dengan pembesaran berkisar antara 20 kali sampai 500.000 kali. SEM terdiri dari sebuah senapan elektron yang memproduksi berkas elektron pada tegangan dipercepat sebesar 2 – 30 kV. Berkas elektron tersebut dilewatkan pada beberapa lensa elektromagnetik untuk menghasilkan image berukuran ~10nm pada sampel yang ditampilkan dalam bentuk film fotografi atau ke dalam tabung layar Tucker, Maurice, 1988.

2.6.3. Distribusi Ukuran Partikel

Diameter suatu partikel dapat diukur dengan beberapa metode, diantaranya 1 Metode pengayakan, 2 Metode mikroskop, 3 Metode zona aliran elektrik Coulter counter, 4 Metode pemotongan dengan sinal laser, 5 Metode Sedimentasi John Staniforth dalam Aulton, M.E., 2001 Dasar pemilihan metode untuk menentukan ukuran partikel yang pertama adalah ketersediaan instrumen yang digunakan dalam metode tersebut. Selain itu dasar pemilihan juga mempertimbangkan karakter partikel yang dihasilkan dan ukuran yang akan ditentukan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan metode penentuan ukuran partikel. Berikut ini rangkuman informasi yang dapat dijadikan dasar pemilihan metode penentuan ukuran partikel. 2,1 21 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 2.1 . Rangkuman Karakteristik Instrumen Penentuan Ukuran Partikel. Metode Analisa Lingkungan sampel yang dianalisa Kece- patan analisa Print- out Data Rentang ukuran partikel µm Bi- aya Gas Cairan berair Cairan tak berair Repli- ka 0,001 - 10 1-10 10- 100 100- 1000 ↑ ↓ Pengayakan √ √ √ √ √ √ M ik ro sk o p Caha- ya Manual √ √ √ √ √ √ √ Semi- otomatis √ √ √ √ √ √ √ Otomatis √ √ √ √ √ √ √ √ √ Elektron √ √ √ √ √ √ Zona Aliran Listrik √ √ √ √ √ √ √ √ Pemotong cahaya laser Difraksi √ √ √ √ √ √ √ √ √ Doppler √ √ √ √ √ √ √ √ Sedimen- tasi Gravitasi √ √ √ √ √ √ √ √ Sentrifu- gasi √ √ √ √ √ √ √ [Sumber : M. E. Aulton, 2001, telah diolah kembali]

2.6.4. Penentuan Kandungan Obat dan Efisiensi Penjerapan

Penentuan kandungan obat dalam mikropartikel dilakukan untuk mengetahui banyaknya zat aktif yang terjerap di dalam mikropartikel tersebut sehingga dapat diketahui apakah metode pembuatan mikropartikel yang digunakan efisien atau tidak. Evaluasi dapat dilakukan dengan metode analisa kuantitatif menggunakan spektrofotometri UV. Pelarut yang digunakan berdasarkan kelarutan zat aktif atau polimer yang digunakan. Matriks perlu dihancurkan untuk melepas obat yang terjerap di dalamnya sehingga diperoleh kadar obat yang terjerap secara akurat. Perusakan dapat dilakukan dengan cara penggerusan, pengadukan dengan kecepatan tinggi maupun perendaman pada pelarut yang dapat melarutkan matriks mikropartikel. Persen penjerapan diperoleh dengan membandingkan jumlah kandungan zat inti yang diperoleh dengan jumlah zat inti teoritis Adiningsih, U.T., 2012. Ada banyak faktor yang mempengaruhi efisiensi penjerapan obat pada mikropartikel kitosan di antaranya sifat kelarutan obat, konsentrasi polimer, perbandingan polimer dengan obat, dan kecepatan pengadukan V.R. Sinha et al.,