20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menghasilkan mikropartikel. Untuk menentukan nilai persen perolehan kembali digunakan rumus Kumar et al., 2011:
= × 100
Keterangan : PK = faktor perolehan kembali g. W
m
= bobot mikropartikel yang diperoleh g. W
t
= bobot bahan pembentuk mikropartikel
2.6.2. Pemeriksaan bentuk dan morfologi permukaan
Bentuk dan morfologi mikropartikel diamati dengan menggunakan alat Scanning Electron Microscope SEM Gowda D.V, et al, 2010. SEM sangat
cocok digunakan dalam situasi yang membutuhkan pengamatan permukaan kasar dengan pembesaran berkisar antara 20 kali sampai 500.000 kali.
SEM terdiri dari sebuah senapan elektron yang memproduksi berkas elektron pada tegangan dipercepat sebesar 2 – 30 kV. Berkas elektron tersebut
dilewatkan pada beberapa lensa elektromagnetik untuk menghasilkan image berukuran ~10nm pada sampel yang ditampilkan dalam bentuk film fotografi
atau ke dalam tabung layar Tucker, Maurice, 1988.
2.6.3. Distribusi Ukuran Partikel
Diameter suatu partikel dapat diukur dengan beberapa metode, diantaranya 1 Metode pengayakan, 2 Metode mikroskop, 3 Metode zona aliran elektrik
Coulter counter, 4 Metode pemotongan dengan sinal laser, 5 Metode Sedimentasi John Staniforth dalam Aulton, M.E., 2001
Dasar pemilihan metode untuk menentukan ukuran partikel yang pertama adalah ketersediaan instrumen yang digunakan dalam metode tersebut. Selain itu
dasar pemilihan juga mempertimbangkan karakter partikel yang dihasilkan dan ukuran yang akan ditentukan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan
metode penentuan ukuran partikel. Berikut ini rangkuman informasi yang dapat dijadikan dasar pemilihan metode penentuan ukuran partikel.
2,1
21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 2.1 . Rangkuman Karakteristik Instrumen Penentuan Ukuran Partikel.
Metode Analisa Lingkungan sampel yang
dianalisa Kece-
patan analisa
Print- out
Data Rentang ukuran
partikel µm Bi-
aya Gas
Cairan berair
Cairan tak
berair Repli-
ka 0,001
- 10 1-10
10- 100
100- 1000
↑ ↓ Pengayakan
√ √
√ √
√ √
M ik
ro sk
o p
Caha- ya
Manual √
√ √
√ √
√ √
Semi- otomatis
√ √
√ √
√ √
√ Otomatis
√ √
√ √
√ √
√ √
√ Elektron
√ √
√ √
√ √
Zona Aliran Listrik √
√ √
√ √
√ √
√ Pemotong
cahaya laser
Difraksi √
√ √
√ √
√ √
√ √
Doppler √
√ √
√ √
√ √
√ Sedimen-
tasi Gravitasi
√ √
√ √
√ √
√ √
Sentrifu- gasi
√ √
√ √
√ √
√ [Sumber : M. E. Aulton, 2001, telah diolah kembali]
2.6.4. Penentuan Kandungan Obat dan Efisiensi Penjerapan
Penentuan kandungan obat dalam mikropartikel dilakukan untuk
mengetahui banyaknya zat aktif yang terjerap di dalam mikropartikel tersebut sehingga dapat diketahui apakah metode pembuatan mikropartikel yang
digunakan efisien atau tidak. Evaluasi dapat dilakukan dengan metode analisa kuantitatif menggunakan
spektrofotometri UV. Pelarut yang digunakan berdasarkan kelarutan zat aktif atau polimer yang digunakan. Matriks perlu dihancurkan untuk melepas obat yang
terjerap di dalamnya sehingga diperoleh kadar obat yang terjerap secara akurat. Perusakan dapat dilakukan dengan cara penggerusan, pengadukan dengan
kecepatan tinggi maupun perendaman pada pelarut yang dapat melarutkan matriks mikropartikel. Persen penjerapan diperoleh dengan membandingkan jumlah
kandungan zat inti yang diperoleh dengan jumlah zat inti teoritis Adiningsih, U.T., 2012.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi efisiensi penjerapan obat pada mikropartikel kitosan di antaranya sifat kelarutan obat, konsentrasi polimer,
perbandingan polimer dengan obat, dan kecepatan pengadukan V.R. Sinha et al.,