UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.3. Penentuan Ukuran Partikel dalam Suspensi Setelah Proses Gelasi Ionik
Penentuan ukuran partikel dalam suspensi menggunakan PSA Particle Size Analysis. Sebanyak 10 ml suspensi disiapkan untuk dilakukan pengukuran.
Dari ketiga formula yang diukur ukuran partikelnya kemudian dipilih yang memiliki ukuran partikel berapa pada rentang 3-5
µm untuk dilakukan karakterisasi selanjutnya
Kristmundsdottir, O.S. Gudmundsson, K. Ingvarsdottir, 1996 dengan modifikasi
3.3.4. Pembuatan Kurva Kalibrasi 3.3.3.1.Penentuan Panjang Gelombang Maksimal
Larutan diltiazem hidroklorida 10 ppm dalam dapar fosfat pH 7,4 dan larutan asam klorida 0,1 N pH 1,2 masing-masing diukur serapan maksimalnya
menggunakan spektrofotometer UV pada rentang panjang gelombang 200-400 nm Nadia A. et al., 2011 dengan modifikasi
3.3.3.2.Pembuatan Kurva Kalibrasi
Kurva kalibrasi dibuat dalam dua medium yang berbeda. Larutan induk 100 ppm masing-masing medium dibuat dengan melarutkan 25 mg diltiazem
hidroklorida pada 250 ml dapar fosfat pH 7,4 dan pada 250 ml larutan asam klorida 0,1 N pH 1,2. Kemudian dari masing-masing larutan induk masing-masing
dibuat seri konsentrasi 5, 10, 15, dan 25 ppm untuk medium asam klorida 0,1 N dan konsentrasi 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, dan 15 ppm untuk medium dapar fosfat pH
7,4. Kemudian larutan tersebut dianalisa menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang masing-masing yang diperoleh dari uji penetapan panjang
gelombang. Kurva kalibrasi dibuat dengan menghubungkan konsentrasi larutan dengan hasil absorbansi yang dihasilkan sehingga diperoleh persamaan regresi
liniernya y= a + bx Nadia A. et al., 2011 dengan modifikasi.
3.3.5. Pengeringan Mikropartikel
Proses pengeringan mikropartikel dilakukan secara liofilisasi. Alat yang digunakan untuk mengeringkan partikel adalah freeze dryer. Sebanyak 500 ml
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
suspensi mikropartikel formula F1 dibekukan kemudian dimasukan ke dalam alat freeze dryer
Raditya I., Effionora, 2013 dengan modifikasi.
3.3.6. Karakterisasi Mikropartikel 3.3.6.1. Uji Perolehan Kembali
Faktor perolehan kembali ditentukan dengan membandingkan bobot total mikropartikel yang diperoleh terhadap bobot bahan pembentuk mikropartikel.
Ditimbang dan dicatat secara seksama kitosan, natrium tripolifosfat, dan diltiazem hidroklorida sebagai bobot bahan pembentuk mikropartikel. Selanjutnya partikel
hasil gelasi ionik, ditimbang dan dicatat sebagai bobot total mikropartikel yang diperoleh. Kemudian, dimasukkan ke dalam persamaan Kumar et al., 2011 :
3.1
Keterangan : PK = faktor perolehan kembali g. Wm = bobot mikropartikel yang diperoleh g. Wt = bobot bahan pembentuk mikropartikel
3.3.6.2. Distribusi Ukuran Partikel
Distribusi ukuran
mikropartikel kitosan-tripolifosfat
mengandung diltiazem hidroklorida diukur menggunakan mikroskop optik
Optical Microscop. Sejumlah mikropartikel didispersikan di dalam minyak zaitun,
kemudian diletakan di kaca objek dan dilihat di bawah mikroskop dengan perbesaran 100 kali Weekarody et al., 2008 dengan modifikasi.
3.3.6.3. Penetapan Kadar Obat dalam
Mikropartikel dan Efisiensi
Penjerapan
Jumlah diltiazem hidroklorida yang terjerap di dalam mikropartikel ditentukan secara langsung dengan cara menghitung kadar total dalam
mikropartikel terhadap kadar teoritis diltiazem yang ditambahkan ke dalam
formula. Sebanyak 10 mg serbuk mikropartikel digerus dalam lumpang kemudian didispersikan di dalam 25 ml HCL 0,1N lalu diaduk menggunakan stirer sampai
partikel larut. Kemudian larutan disaring dan diukur absorbansinya menggunakan spectrofotometer UV pada panjang gelombang serapan diltiazem yang telah
ditetapkan sebelumnya dan kemudian data absorbansi dihitung kadarnya
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menggunakan persamaan regresi linier dari kurva kalibrasi yang menggunakan larutan diltiazem hidroklorida dalam HCl 0,1 N.
Percobaan dilakukan sebanyak tiga kali.
Kadar obat dan efisiensi penjerapan kemudian dihitung menggunakan persamaan Nadia A. et al., 2011; Kundawala et al., 2011 dengan modifikasi
metode : Efisiensi Penjerapan =
3,2
Keterangan : Ko = kadar obat dalam mikropartikel, Kt = kadar teoritis obat dalam formula
Kadar Obat = 3,3
Keterangan : Ko = kadar obat dalam mikropartikel, Mp = massa mikropartikel
3.3.6.4. Pelepasan Obat secara In Vitro
Uji disolusi dilakukan menggunakan alat USP Dissolution Apparatus tipe basket dengan kecepatan pengadukan 150 rpm. Sebuah membran sartorius dari
bahan selulosa dengan pori-pori berukuran 0,45 µm dan diameter 47 mm disiapkan dan mikropartikel yang mengandung diltiazem sebanyak 150 mg
ditimbang pada membrane kemudian dilipat membentuk kantung dan ujungnya direkatkan dengan lem akrilik. Kantong yang terbentuk lalu dimasukan ke dalam
basket. Medium disolusi yang digunakan adalah dapar fosfat pH 7,4 sebanyak 350 ml untuk memastikan sink condition dan suhu medium dijaga pada 37 ± 0,5 °C.
Disolusi dilakukan selama sembilan jam dan setiap satu jam dilakukan penc
uplikan sampel sebanyak 5 ml dan diganti dengan larutan dapar fosfat sebanyak 5 ml. Kemudian cuplikan sampel disaring menggunakan syringe
membran dan dianalisa kadar obat menggunakan spektrofotometri UV dengan panjang gelombang sesuai dengan yang telah ditentukan pada penentuan panjang
gelombang. Disolusi dilakukan sebanyak tiga kali Kundawala et al., 2011; Yoen- J.S. et al., 2010 dengan modifikasi.
33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1. Optimasi Konsentrasi Larutan Kitosan dan Larutan Tripolifosfat
Dari data hasil optimasi diketahui bahwa larutan kitosan dengan konsentrasi 1 dan larutan tripolifosfat konsentrasi 3 menghasilkan suspensi
dengan partikel berukuran pada rentang ukuran yang diinginkan dibandingkan konsentrasi lainnya. Adapun foto penampakan mikropartikel di bawah mikroskop
optik dengan pembesaran 100 kali terlampir.
33 Pada optimasi konsentrasi larutan tripolifosfat yang digunakan adalah 2,
3, dan 4 dengan larutan kitosan 1. Data hasil optimasi dapat dilihat pada tabe
O 4.2. Optimasi konsentrasi larutan kitosan dilakukan
untuk mengetahui konsentrasi optimum larutan kitosan yang dapat menghasilkan mikropartikel
dengan ukuran yang diinginkan dan memiliki bentuk yang sferis. Larutan kitosan yang digunakan berkonsentrasi 1, 2, dan 3, pada larutan tripolifosfat 3
Data hasil optimasi dapat dilihat pada tabe O 4.1. Dari hasil optimasi larutan kitosan
1 yang dapat membentuk mikropartikel berukuran 3-5 µm, sehingga dipilihlah kitosan dengan konsentrasi 1 untuk optimasi larutan tripolifosfat.
Penelitian ini diawali dengan penentuan konsentrasi larutan kitosan dan larutan tripolifosfat yang dapat membentuk mikropartikel berukuran 3-5 µm.
Mikropartikel yang dihasilkan berdasarkan interaksi ionik yang terjadi antara ion kitosan dan natrium tripolifosfat sehingga membentuk partikel secara spontan
Boonsongrit, Ampol, dan Bernd, 2006. Berdasarkan penelitian Moura, et al 2009 disebutkan bahwa peningkatan konsentrasi kitosan dan tripolifosfat akan
meningkatkan ukuran partikel yang terbentuk. Oleh karena itu konsentrasi larutan kitosan dan konsentrasi larutan tripolifosfat perlu dioptimasi. Sedangkan
kecepatan pengadukan, pH larutan penyambung silang, suhu dan lamanya waktu sambung silang tidak dilakukan optimasi karena pada penelitian sebelumnya telah
dilakukan optimasi untuk kondisi-kondisi tersebut Ko et al., 2002, Emmanuel C.I.,
et al., 2011.
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.1 Hasil Optimasi Konsentrasi Larutan Kitosan
Konsentrasi Larutan
Kitosan Konsentrasi
Larutan Tripolifosfat
Hasil Pengamatan Gambar
1
3 Terbentuk partikel
berukuran kecil- kecil
2 Terbentuk partikel
benang-benang halus
3 Terbentuk partikel
benang-benang kasar
Tabel 4.2 Hasil Optimasi Konsentrasi Larutan Tripolifosfat
Konsentrasi Larutan Kitosan
Konsentrasi Larutan Tripolifosfat
Hasil Pengamatan
1 2
Partikel halus berukuran rata-rata 2
µm
3 Partikel halus berukuran rata-rata 3
µm
4 Partikel halus berukuran rata-rata 5
µm
Sebagaimana telah dikemukakan oleh Ko, et al. 2002, peningkatan konsentrasi tripolifosfat akan meningkatkan ketahanan fisik partikel karena
jumlah tripolifosfat yang meningkat menyebabkan reaksi sambung silang ionik dengan gugus positif dari kitosan semakin banyak sehingga membentuk formasi
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
gel yang lebih stabil secara fisik. Akan tetapi diameter dan bobot mikropartikel juga mengalami peningkatan Ji-Woong C. et al., 2009.
4. 2. Pembuatan Mikropartikel
Kitosan Tripolifosfat
Mengandung Diltiazem HCl
Pembuatan mikropartikel kitosan tripolifosfat yang mengandung diltiazem HCl dilakukan dengan menggunakan metode gelasi ionik. Pada pembuatannya
terdapat tiga formula dengan letak perbedaannya pada jumlah zat aktif yang ditambahkan ke dalam mikropartikel. Hal ini bertujuan untuk mengetahui efek
penambahan zat aktif dalam peningkatan ukuran partikel yang dihasilkan. Pada formula pertama perbandingan bobot polimer dan zat aktif sebesar 1:1, pada
formula kedua perbandingannya 1:2, dan pada formula tiga 1:3. Berdasarkan gambar 4.1, suspensi koloidal dari ketiga formula tersebut secara kasat mata tidak
terlihat perbedaan kekeruhan sampai akhirnya diukur ukuran partikel
menggunakan PSA Particle Size Analyzer.
Gambar 4.1 Suspensi Mikropartikel Kitosan
4. 3. Pembuatan Kurva Kalibrasi. 4.3.1. Penetuan Panjang Gelombang Maksimal
Penentuan panjang gelombang maksimal diltiazem hidroklorida dilakukan pada konsentrasi 10 ppm dalam medium dapar fosfat pH 7,4 dan asam klorida 0,1
N pH 1,2. Menurut literatur panjang gelombang maksimum diltiazem hidroklorida adalah 240 nm British Pharmacopoea, 2009, sedangkan panjang gelombang
maksimum yang dihasilkan dari percobaan pada medium asam klorida 0,1 N pH 1,2 adalah 236 nm dan pada medium dapar fosfat pH 7,4 adalah 236,4 nm.