METODOLOGI PENELITIAN Pembuatan dan Karakterisasi Mikropartikel Kitosan- Tripolifosfat yang Mengandung Diltiazem Hidroklorida untuk Penghantaran Obat Melalui Paru-Paru

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.3. Penentuan Ukuran Partikel dalam Suspensi Setelah Proses Gelasi Ionik

Penentuan ukuran partikel dalam suspensi menggunakan PSA Particle Size Analysis. Sebanyak 10 ml suspensi disiapkan untuk dilakukan pengukuran. Dari ketiga formula yang diukur ukuran partikelnya kemudian dipilih yang memiliki ukuran partikel berapa pada rentang 3-5 µm untuk dilakukan karakterisasi selanjutnya Kristmundsdottir, O.S. Gudmundsson, K. Ingvarsdottir, 1996 dengan modifikasi

3.3.4. Pembuatan Kurva Kalibrasi 3.3.3.1.Penentuan Panjang Gelombang Maksimal

Larutan diltiazem hidroklorida 10 ppm dalam dapar fosfat pH 7,4 dan larutan asam klorida 0,1 N pH 1,2 masing-masing diukur serapan maksimalnya menggunakan spektrofotometer UV pada rentang panjang gelombang 200-400 nm Nadia A. et al., 2011 dengan modifikasi 3.3.3.2.Pembuatan Kurva Kalibrasi Kurva kalibrasi dibuat dalam dua medium yang berbeda. Larutan induk 100 ppm masing-masing medium dibuat dengan melarutkan 25 mg diltiazem hidroklorida pada 250 ml dapar fosfat pH 7,4 dan pada 250 ml larutan asam klorida 0,1 N pH 1,2. Kemudian dari masing-masing larutan induk masing-masing dibuat seri konsentrasi 5, 10, 15, dan 25 ppm untuk medium asam klorida 0,1 N dan konsentrasi 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, dan 15 ppm untuk medium dapar fosfat pH 7,4. Kemudian larutan tersebut dianalisa menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang masing-masing yang diperoleh dari uji penetapan panjang gelombang. Kurva kalibrasi dibuat dengan menghubungkan konsentrasi larutan dengan hasil absorbansi yang dihasilkan sehingga diperoleh persamaan regresi liniernya y= a + bx Nadia A. et al., 2011 dengan modifikasi.

3.3.5. Pengeringan Mikropartikel

Proses pengeringan mikropartikel dilakukan secara liofilisasi. Alat yang digunakan untuk mengeringkan partikel adalah freeze dryer. Sebanyak 500 ml UIN Syarif Hidayatullah Jakarta suspensi mikropartikel formula F1 dibekukan kemudian dimasukan ke dalam alat freeze dryer Raditya I., Effionora, 2013 dengan modifikasi. 3.3.6. Karakterisasi Mikropartikel 3.3.6.1. Uji Perolehan Kembali Faktor perolehan kembali ditentukan dengan membandingkan bobot total mikropartikel yang diperoleh terhadap bobot bahan pembentuk mikropartikel. Ditimbang dan dicatat secara seksama kitosan, natrium tripolifosfat, dan diltiazem hidroklorida sebagai bobot bahan pembentuk mikropartikel. Selanjutnya partikel hasil gelasi ionik, ditimbang dan dicatat sebagai bobot total mikropartikel yang diperoleh. Kemudian, dimasukkan ke dalam persamaan Kumar et al., 2011 : 3.1 Keterangan : PK = faktor perolehan kembali g. Wm = bobot mikropartikel yang diperoleh g. Wt = bobot bahan pembentuk mikropartikel

3.3.6.2. Distribusi Ukuran Partikel

Distribusi ukuran mikropartikel kitosan-tripolifosfat mengandung diltiazem hidroklorida diukur menggunakan mikroskop optik Optical Microscop. Sejumlah mikropartikel didispersikan di dalam minyak zaitun, kemudian diletakan di kaca objek dan dilihat di bawah mikroskop dengan perbesaran 100 kali Weekarody et al., 2008 dengan modifikasi.

3.3.6.3. Penetapan Kadar Obat dalam

Mikropartikel dan Efisiensi Penjerapan Jumlah diltiazem hidroklorida yang terjerap di dalam mikropartikel ditentukan secara langsung dengan cara menghitung kadar total dalam mikropartikel terhadap kadar teoritis diltiazem yang ditambahkan ke dalam formula. Sebanyak 10 mg serbuk mikropartikel digerus dalam lumpang kemudian didispersikan di dalam 25 ml HCL 0,1N lalu diaduk menggunakan stirer sampai partikel larut. Kemudian larutan disaring dan diukur absorbansinya menggunakan spectrofotometer UV pada panjang gelombang serapan diltiazem yang telah ditetapkan sebelumnya dan kemudian data absorbansi dihitung kadarnya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggunakan persamaan regresi linier dari kurva kalibrasi yang menggunakan larutan diltiazem hidroklorida dalam HCl 0,1 N. Percobaan dilakukan sebanyak tiga kali. Kadar obat dan efisiensi penjerapan kemudian dihitung menggunakan persamaan Nadia A. et al., 2011; Kundawala et al., 2011 dengan modifikasi metode : Efisiensi Penjerapan = 3,2 Keterangan : Ko = kadar obat dalam mikropartikel, Kt = kadar teoritis obat dalam formula Kadar Obat = 3,3 Keterangan : Ko = kadar obat dalam mikropartikel, Mp = massa mikropartikel

3.3.6.4. Pelepasan Obat secara In Vitro

Uji disolusi dilakukan menggunakan alat USP Dissolution Apparatus tipe basket dengan kecepatan pengadukan 150 rpm. Sebuah membran sartorius dari bahan selulosa dengan pori-pori berukuran 0,45 µm dan diameter 47 mm disiapkan dan mikropartikel yang mengandung diltiazem sebanyak 150 mg ditimbang pada membrane kemudian dilipat membentuk kantung dan ujungnya direkatkan dengan lem akrilik. Kantong yang terbentuk lalu dimasukan ke dalam basket. Medium disolusi yang digunakan adalah dapar fosfat pH 7,4 sebanyak 350 ml untuk memastikan sink condition dan suhu medium dijaga pada 37 ± 0,5 °C. Disolusi dilakukan selama sembilan jam dan setiap satu jam dilakukan penc uplikan sampel sebanyak 5 ml dan diganti dengan larutan dapar fosfat sebanyak 5 ml. Kemudian cuplikan sampel disaring menggunakan syringe membran dan dianalisa kadar obat menggunakan spektrofotometri UV dengan panjang gelombang sesuai dengan yang telah ditentukan pada penentuan panjang gelombang. Disolusi dilakukan sebanyak tiga kali Kundawala et al., 2011; Yoen- J.S. et al., 2010 dengan modifikasi. 33 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1. Optimasi Konsentrasi Larutan Kitosan dan Larutan Tripolifosfat

Dari data hasil optimasi diketahui bahwa larutan kitosan dengan konsentrasi 1 dan larutan tripolifosfat konsentrasi 3 menghasilkan suspensi dengan partikel berukuran pada rentang ukuran yang diinginkan dibandingkan konsentrasi lainnya. Adapun foto penampakan mikropartikel di bawah mikroskop optik dengan pembesaran 100 kali terlampir. 33 Pada optimasi konsentrasi larutan tripolifosfat yang digunakan adalah 2, 3, dan 4 dengan larutan kitosan 1. Data hasil optimasi dapat dilihat pada tabe O 4.2. Optimasi konsentrasi larutan kitosan dilakukan untuk mengetahui konsentrasi optimum larutan kitosan yang dapat menghasilkan mikropartikel dengan ukuran yang diinginkan dan memiliki bentuk yang sferis. Larutan kitosan yang digunakan berkonsentrasi 1, 2, dan 3, pada larutan tripolifosfat 3 Data hasil optimasi dapat dilihat pada tabe O 4.1. Dari hasil optimasi larutan kitosan 1 yang dapat membentuk mikropartikel berukuran 3-5 µm, sehingga dipilihlah kitosan dengan konsentrasi 1 untuk optimasi larutan tripolifosfat. Penelitian ini diawali dengan penentuan konsentrasi larutan kitosan dan larutan tripolifosfat yang dapat membentuk mikropartikel berukuran 3-5 µm. Mikropartikel yang dihasilkan berdasarkan interaksi ionik yang terjadi antara ion kitosan dan natrium tripolifosfat sehingga membentuk partikel secara spontan Boonsongrit, Ampol, dan Bernd, 2006. Berdasarkan penelitian Moura, et al 2009 disebutkan bahwa peningkatan konsentrasi kitosan dan tripolifosfat akan meningkatkan ukuran partikel yang terbentuk. Oleh karena itu konsentrasi larutan kitosan dan konsentrasi larutan tripolifosfat perlu dioptimasi. Sedangkan kecepatan pengadukan, pH larutan penyambung silang, suhu dan lamanya waktu sambung silang tidak dilakukan optimasi karena pada penelitian sebelumnya telah dilakukan optimasi untuk kondisi-kondisi tersebut Ko et al., 2002, Emmanuel C.I., et al., 2011. 34 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 4.1 Hasil Optimasi Konsentrasi Larutan Kitosan Konsentrasi Larutan Kitosan Konsentrasi Larutan Tripolifosfat Hasil Pengamatan Gambar 1 3 Terbentuk partikel berukuran kecil- kecil 2 Terbentuk partikel benang-benang halus 3 Terbentuk partikel benang-benang kasar Tabel 4.2 Hasil Optimasi Konsentrasi Larutan Tripolifosfat Konsentrasi Larutan Kitosan Konsentrasi Larutan Tripolifosfat Hasil Pengamatan 1 2 Partikel halus berukuran rata-rata 2 µm 3 Partikel halus berukuran rata-rata 3 µm 4 Partikel halus berukuran rata-rata 5 µm Sebagaimana telah dikemukakan oleh Ko, et al. 2002, peningkatan konsentrasi tripolifosfat akan meningkatkan ketahanan fisik partikel karena jumlah tripolifosfat yang meningkat menyebabkan reaksi sambung silang ionik dengan gugus positif dari kitosan semakin banyak sehingga membentuk formasi 35 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta gel yang lebih stabil secara fisik. Akan tetapi diameter dan bobot mikropartikel juga mengalami peningkatan Ji-Woong C. et al., 2009.

4. 2. Pembuatan Mikropartikel

Kitosan Tripolifosfat Mengandung Diltiazem HCl Pembuatan mikropartikel kitosan tripolifosfat yang mengandung diltiazem HCl dilakukan dengan menggunakan metode gelasi ionik. Pada pembuatannya terdapat tiga formula dengan letak perbedaannya pada jumlah zat aktif yang ditambahkan ke dalam mikropartikel. Hal ini bertujuan untuk mengetahui efek penambahan zat aktif dalam peningkatan ukuran partikel yang dihasilkan. Pada formula pertama perbandingan bobot polimer dan zat aktif sebesar 1:1, pada formula kedua perbandingannya 1:2, dan pada formula tiga 1:3. Berdasarkan gambar 4.1, suspensi koloidal dari ketiga formula tersebut secara kasat mata tidak terlihat perbedaan kekeruhan sampai akhirnya diukur ukuran partikel menggunakan PSA Particle Size Analyzer. Gambar 4.1 Suspensi Mikropartikel Kitosan 4. 3. Pembuatan Kurva Kalibrasi. 4.3.1. Penetuan Panjang Gelombang Maksimal Penentuan panjang gelombang maksimal diltiazem hidroklorida dilakukan pada konsentrasi 10 ppm dalam medium dapar fosfat pH 7,4 dan asam klorida 0,1 N pH 1,2. Menurut literatur panjang gelombang maksimum diltiazem hidroklorida adalah 240 nm British Pharmacopoea, 2009, sedangkan panjang gelombang maksimum yang dihasilkan dari percobaan pada medium asam klorida 0,1 N pH 1,2 adalah 236 nm dan pada medium dapar fosfat pH 7,4 adalah 236,4 nm.