Aplikasi PDDS Pulmonary Drug Delivery System

13 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diperlukan hirupan yang cukup kuat agar obat masuk ke saluran pernapasan dan hal ini tergantung dari teknik dan kemampuan pasien dalam menghirup udara dan kecepatannya. Namun hal ini dapat diatasi dengan penggunaan alat DPI generasi ketiga atau alat DPI aktif yang menggunakan gas bertekanan atau impeller yang digerakan oleh mesin untuk mendispersikan obat. Mekanisme dispersi aktif digunakan untuk obat yang ditujukan memberi efek sistemik yang harus berpenetrasi lebih jauh ke dalam paru-paru Milala, A. S.. 2013. Dari ketiga bentuk sediaan paru-paru, DPI yang paling disukai dengan keunggulan dalam penggunaannya yaitu tidak dibutuhkan koordinasi antara penekanan alat DPI dengan pernapasan, formulasinya lebih stabil, kemasannya kecil sehingga mudah dibawa, penggunaannya cepat dan ramah lingkungan. Aplikasi terkini pulmonary drug delivery system adalah sebagai berikut: 1 Penerapan sistem penghantaran obat ke dalam paru-paru untuk penyakit asma dan PPOK 2 Penghantaran obat pada paru-paru untuk penyakit sistik fibrosis 3 Penghantaran melalui paru-paru obat antidiabetes 4 Migrain 5 Angina pektoris 6 Penghantaran vaksin ke paru-paru 7 Emfisema 8 Penghantaran ke paru-paru untuk pasien transplantasi 9 Penghantaran melalui paru-paru untuk hipertensi 10 Luka paru-paru akut. 11 Penerapan penghantaran obat ke paru-paru sebagai aerosol surfaktan 12 Terapi gen lewat rute paru-paru 13 Penggunaan sistem penghantaran obat ke paru-paru dalam terapi kanker 14 Penghantaran pentamidin lewat paru-paru 15 Penghantaran amfoterisin lewat rute paru-paru 16 Penghantaran gentamisin lewat rute paru-paru 17 Diagnosis lewat paru-paru 18 Aerosol nikotin untuk terapi berhenti merokok 19 Inhalasi obat dalam terapi tuberkolosis 20 Penghantaran paru-paru untuk heparin berat molekul yang rendah 21 Penghantaran paru-paru untuk gangguan tulang 22 Penghantaran paru-paru obat opioid untuk terapi nyeri Milala, A. S., 2013.

2. 3. Mikropartikel

Mikropartikel merupakan partikel dengan ukuran 1-1000 µm. Secara umum, dikenal dua tipe mikropartikel, yaitu mikrosfer dan mikrokapsul. Mikrosfer merupakan mikropartikel berbentuk bola dimana obat terlarut atau terdispersi homogen dalam matriks polimer dan mikrokapsul adalah mikropartikel 14 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memiliki inti yang dikelilingi oleh bahan yang jelas berbeda dari inti. Inti dapat berupa padatan, cairan, atau bahkan gas Kumar et al., 2011. Gambar 2.2 Variasi Bentuk Mikropartikel. [Sumber : Birnbaum dan Peppas, 2004, telah diolah kembali] Mikrokapsul merupakan mikropartikel dengan suatu bahan inti baik berupa padatan, cairan atau gas yang disalut tipis oleh suatu bahan polimer. Mikrokapsul yang terbentuk dapat berupa partikel atau bentuk agregat, dan biasanya memiliki rentang ukuran partikel antara 5 – 5000 μ m. Ukuran tersebut bervariasi tergantung metode dan ukuran partikel bahan inti yang digunakan Lieberman, H.A. dan L. Lachman 1990 Bahan yang digunakan untuk pembuatan sistem mikropartikulat harus memenuhi beberapa persyaratan seperti, memiliki durasi aksi yang lebih lama, dapat mengendalikan pelepasan kandungan, dapat meningkatkan efikasi terapeutik, memiliki sifat dapat melindungi obat, dapat mengurangi toksisitas, memiliki sifat biokompatibel, relatif stabil, dan sifat kelarutan dalam air atau redispersibilitasnya baik Lieberman, H.A. dan L. Lachman 1990 Dalam proses pemasukkan obat ke dalam mikropartikel kitosan, dibagi menjadi dua cara tergantung pada sifat kelarutan obat. Untuk obat yang larut dalam air proses pemasukkan obat dilakukan secara inkorporasi incorporation dimana obat ditambahkan saat pembuatan mikropartikel, dalam hal ini obat dimasukkan ke dalam larutan kitosan dicampur sampai homogen, dan kemudian mikropartikel dibuat dengan metode yang telah ditetapkan. Untuk obat yang tidak larut air proses pemasukkan obat dilakukan secara inkubasi incubation dimana obat dimasukkan ke dalam mikropartikel setelah mikropartikel terbentuk dengan